#HipweeCerpen – Stasiun Dalam Sebuah Gerbong

Andai saja aku juga di sini waktu itu, mampukah aku berucap sepatah katapun?

Namaku Ahmad, sekarang aku berumur 19 tahun dan duduk di salah satu jurusan terkece Universitas terkenal di kota pahlawan.

Advertisement

Minggu, 11 September 2006 aku mencoba membaca novel-novel beromansa roman, iya entah mengapa minggu-minggu ini aku ingin membaca hal hal kaygitu yang gak pernah aku baca sebelumnya. Mungkin sejak ia pergi untuk melanjutkan pendidikan di tempat yang lain. Ini mungkin adalah pelampiasanku untuk mengusir rasa aneh-aneh ini dalam hati kecil dan fikiranku. Mungkin aku terlambat atau bahkan tidak ada kesempatan lagi untuk aku dapat bertemu dengannya.

Mentari bersinar terik siang itu. Aku yang memakai jaket yang sama yang mungkin ia kenakan juga saat ada di tempat ini. Tempat di mana ia bercerita dan menanyakan kabarku, mungkin saja senyumku dalam hati, pada tulisan terahir yang ia tulis dalam mobil yang mengantarnya di kota rantau sana. Ah, jika memang itu adalah tulisan dan sapaan untuk ku. Aku ingin menjawab Aku baik-baik saja dan aku sudah mendengar dari beberapa orang yang mengantarmu di tempat ini, hati ku berkata. Rasanya jawaban itu aku belum tuliskan, ingin aku balas demikian, tapi rasanya, aku akan terlihat lemah. Iyahhh walaupun aku memang terlihat lemah seperti ini.


Ting Tong Ting Tong Ting Tong,

Advertisement

suara panggilan di peron kereta, pertanda kereta akan berangkat hari ini.


Aku pejamkan mataku, kurasakan hari tu, di mana ketika dirimu sudah ada dalam kereta dan ibu serta teman-temanmu datang. Petugas kereta dengan permintaan ayahmu yang masih di sana, memanggil namamu ada keluarga yang menunggu di lobi peron. Untuk nama Adinda Meliana Rahma Purtri (Rahma) jurusan Poncol Pasar Senin ditnggu keluarganya. Panggil petugas kereta melalui pengeras suara.

Advertisement

Bergegas mungkin waktu itu, kamu keluar dari gerbong kereta. Mengira aku pun datang. Ah tapi apa daya, aku tidak ingin terlihat lemah dihadapanmu, dan aku tetaplah aku, tetap disana di mana aku belajar untuk menjadi seorang pendidik. Walaupun hari itu, hati ku tidak karuan, bahkan aku melamun dan tersadar oleh murid-muridku yang pas waktu pagi aku bercerita tentangmu pada mereka, iya kamu!.

Hem, mencoba menghembuskan nafas, merasakan dihari itu pukul 14:00 WIB, saat kamu ada di stasiun. Kucoba lihat kanan, kiri sekeliling stasiun ini, membayangkan andai saja aku juga di sini waktu itu. Mampukah aku berucap sepatah katapun? Tersentak aku ketika membaca tulisanmu itu, sekali lagi aku akui bahwa aku menghindar tepat waktu itu karena tidak mau terlihat lemah dihadapanmu. Namun aku yakin dengan omonganku yang sekian kalinya membuat pertanyaan padamu, dengan jawaban yang sama pula kau jawab pertanyan itu.

Hari semakin panas, mungkin isak tangis dari mata yang suci tidak terelakkan olehmu dan orang-orang yang mengantarmu ditempat itu. Tidak termasuk aku. Aku berharap cepat atau lambat kita bertemu lagi dan kau masih menjaga apa harapanmu dan akupun menjaga pernyataanku.

Empat jam aku menunggu di stasiun ini. Sampai akhirnya pukul 12:50 WIB, aku masuk gerbong kereta. Disini aku merasakan hal yang berbeda, merasakan membayangkan, saat kamu yang katanya baru pertama kalinya naik kereta api. Sehingga hatiku yang kedinginan oleh ac gerbong tambah membeku dan membisu, membayangkan yang waktu itu aku tak ada di sini di stasiun.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang hamba Allah yang fakir ilmu dan terus berjuang untuk mendapatkan kebermanfaatan hidup

CLOSE