Stosisme yang Susah-Susah-Gampang untuk Anak Muda

Siapa yang tidak tahu stoisisme? Teori filsafat yang cukup masyhur dikalangan generasi muda melalui buku karya henry manaramping yaitu filosofi teras. Stoisisme menjadi sering diperbincangkan oleh kaum muda karena dirasa dapat menangkal sifat anak muda yang sering overthinking-an. Karena memang di dalam teori stoisime ada semacam prinsip agar kita tidak menggantungkan sesuatu kepada hal-hal yang kadang suka bikin overthinking. 

Advertisement

Henry Manaramping di dalam bukunya Filosofi Teras menyebutkan bahwa dirinya pernah sampai pada level depresi dan dapat sembuh setelah menemukan buku yang juga membahas tentang stoisisme. Dengan berbekal itu, ia ingin juga memberikan positif-vibesnya kepada anak muda agar tidak gampang terserang overthink atau mungkin malah sampai level depresi. Kan sayang, masih muda uda depresi.

Memang, ada satu prinsip atau semacam teori yang apabila bisa diimplementasikan sama anak muda atau semua orang, bisa-bisa tingkat overthinking atau depresi kita akan turun drastis. Teori ini dicetuskan oleh seorang filsuf stoic yaitu epictetus, yaitu Something are up to us, something are not up to us.

Stoisisme membagi kendali manusia menjadi dua hal, atau juga disebut dikotomi kendali, yaitu sesuatu yang ada di bawah kendali kita atau kata epictetus something are up to us, dan sesuatu yang tidak dibawah kendali kita atau something are not up to us. Hal itu menjadi dasar dan harus dipahami secara mendetail.

Advertisement

Dikotomi kendali ini di maksudkan untuk memahami bahwa seorang diri manusia perlu mengetahui bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan semuanya, bahwa ada hal yang kadang memang tidak dapat sesuai keinginannya, bahwa kadang kita harus mencoba menguasai emosi. Hal inilah yang menjadi core pada stoisisme terutama untuk bahasan yang kaitannya anak muda.

Something are up to us atau hal yang dibawah kendali kita adalah semua hal yang dapat kita kontrol, segalanya tentang diri kita, maupun segalanya yang keluar dari diri kita, itu semua merupakan hal yang dapat kita kendalikan. Mindset, fikiran, usaha, emosi, Ekspresi, semua itu adalah hal yang dapat kita kendalikan, hal yang berada di dalam diri kita.

Advertisement

Something are not up to us atau hal yang diluar kendali kita adalah segalanya diluar diri kita, dan itu semua tidak dapat kendalikan. Seperti cuaca, respon orang lain, hasil ujian, perlakuan orang lain, emosi orang lain dan masih banyak lagi. Hal ini harus dapat kita pahami dan kita petakan. 

Dalam stoisime, setelah kita mendikotomikan kendali, maka berikutnya adalah memfokuskan diri kepada apa yang bisa dikendalikan, dan tidak memikirkan terlalu dalam apa yang tidak bisa dikendalikan. Contoh, ketika suatu saat kita sedang bersama orang lain, teman-teman tongkrongan kita, kemudian kok ada satu orang yang nyebelin dan bikin kita bete. Kita harus memahami bahwa sikap orang lain adalah di luar kendali kita. Kita tidak dapat mengendalikannya agar sesuai keinginan kita. Maka yang bisa kita upayakan adalah memposisikan fikiran kita bisa aja teman kita tadi hanya bercanda, dan juga memposisikan emosi kita sehingga tidak mengeluarkan emosi negatif.

Contoh yang lain, contoh ini sempat disampaikan Henry juga pada bukunya Filosofi Teras. Ia mencontohkan ketika ia sedang bekerja,  lalu pak bosnya datang, kemudian ia dengan senang hati membukakan pintu dan menyapa pak bosnya. Tetapi yang terjadi diuar ekspektasi, pak bosnya abai dan diam saja. Jika kita tidak dapat mendikotomi kan kendali, maka yang terjadi pada saat itu adalah kita merasa jengkel dan bete. Jika kita memahami dengan dikotomi kendali, maka kita meyakini bahwa sikap pak bos tadi bukan kendali kita, dan yang bisa kendalikan adalah fikiran kita tentang sikap pak bos yang tadi, serta emosi kita merespon sikapnya tadi. Kata lain kita harus dapat berpositif thingking.

Teori stoisisme sebenernya dapat menangkal overthink dan depresi di anak muda. Dengan dapat memilah dan mempetakan serta memahami dikotomi kendali tadi. Namun, seperti pada judul, teori ini susah-susah-gampang. Penulis sendiri sudah mencoba mengimplementasikan teori ini, namun ada saat dan moment bisa, namun juga ada saat dan moment yang sulit. Akan tetapi jika bisa melakukan ini dapat positifnya ke diri dan fikiran juga cukup luar bisa. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang Mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta