#HipweeCerpen – Sudut Pandang Seorang Buruh

Menjadi buruh adalah sebuah kebahagiaan, katanya.

Pagi ini seperti pagi yang sudah-sudah, Anggraini berjalan kaki dari kost nya menuju pabrik tempat ia bekerja. Di temani suara hiruk-pikuk kendaraan yang berlalu lalang silih berganti. Dari sela gang sempit muncul rekan kerjanya yang juga sedang menuju ke pabrik pagi itu.

Advertisement

Mereka saling berbalas tatap satu sama lain. Semakin ia mendekati pabrik, makin banyak pula wanita-wanita seusianya yang berjalan menuju masuk ke dalam mulut pabrik, untuk sesegera mungkin mengantri dan melakukan kegiatan awal para pekerja pagi itu, yaitu absensi.

Anggraini meletakan ibu jari nya ke sebuah mesin berbentuk kotak,  beberapa detik dan mesin itu berbunyi terima kasih. Dan Anggraini pun membalas sama-sama. Selama 5 tahun bekerja di pabrik itu hanya mesin kotak absensi dengan cahaya hijau di tengah nya yang dengan tulus selalu mengucapkan terima kasih kepada Anggraini.

Sebelum para buruh memasuki ruang kerja mereka, ada sebuah kotak besar untuk detektor keamanan pabrik. Semua buruh yang bekerja pagi itu di wajibkan untuk melalui detektor berbentuk persegi sebelum memasuki ruang kerja.

Advertisement

Ada yang berbeda di pagi hari ini, karena bertepatan dengan hari Senin. Di mana setiap pegawai yang masuk hari ini  di wajibkan untuk mengikuti upacara pabrik yang di pimpin oleh kepala pabrik dan pengawas pabrik. Semua pegawai pabrik berbaris teratur layaknya seorang pasukan yang sedang mengikuti upacara hari kemerdekaan.

Baiklah sebelum kita mulai upacara pengabdian tulus kepada perusahaan Sejawat Utama yang telah memberikan kehidupan dan kebaikan  nya. Mari kita menunduk sejenak untuk menyanyikan himne Sewajat Utama, mengheningkan cipta mulai!

Advertisement

Ribuan buruh pabrik yang sudah berbaris teratur pagi itu pun serentak menundukkan kepalanya, takdzim menyanyi himne Sewajat Utama dalam kekhusyukan nya. Di ruang utama produksi pabrik yang mempunyai luas 3 kali lapangan sepak bola, seluruh buruh serta petinggi pabrik pagi itu sedang takzim melaksanakan upacara rutin Senin pabrik.

Pabrik Sewajat Utama mempunya Tri ikrar buruh, mari kita bacakan bersama-sama sebagai tanda pengabdian kita yang tulus kepada Sewajat Utama yang telah memberikan kita kehidupan.


1. Kebebasan itu perbudakan

2. Menjadi buruh adalah kebahagiaan

3. Kebodohan adalah kekuatan


Setelah serempak Tri Ikrar Sewajat Utama di bacakan, semua bertepuk tangan riuh, bahkan ada beberapa buruh yang meneteskan air mata terharu, penuh penghargaan dan pengharapan.

Setelah upacara Senin Buruh selesai, semua buruh kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Anggraini di bagian finishing kemasan. Ia sudah sangat cepat dan terbiasa dengan pekerjaan itu, hanya tinggal memasukan kemasan minyak kuning dari ekstraksi kelapa sawit ke bagian belalai baja, lalu otomatis belalai canggih itu sempurna menutup kemasan dan memasukannya ke kardus-kardus.

Anggraini sangat menyukai pekerjaan sebagai buruh minyak kelapa kuning itu. Bagi nya Sejawat Utama sangat baik telah memberikan pekerjaan untuk ribuan masyarakat di sekitar nya. Anggraini tak peduli bahwa ia harus bekerja dari jam 07.00-23.00 setiap  hari. kepala pabrik memberikan instruksi agar cepat bekerja agar proses produksi cepat selesai. Bahkan terkadang Anggraini sampai melupakan waktu istirahat nya. Walau sebenarnya Anggraini tidak membawa makanan apa-apa, ia hanya membawa sebotol air dan juga satu butir obat penunda lapar.

Sewajat Utama memberikan bayaran kepada buruh nya setiap hari, selesai para buruh bekerja. Mereka akan berbaris rapih untuk menerima upah dari kepala pabrik sebelum pulang kembali ke tempat tinggal masing-masing. Bagi Anggraini upahnya terbilang cukup, dengan upah itu Anggraini bisa makan sekali sehari dan sisa nya ia tabung untuk bayar uang sewa tempat tinggal nya.

Minggu lalu Anggraini heran mengapa ada 5 orang buruh yang protes kepada Sewajat Utama. Padahal mereka sudah baik sekali karena memberikan kehidupan kepada masyarakat sekitar. Anggraini selalu mengingat Tri Ikrar Sewajat Utama: kebebasan itu perbudakan, menjadi buruh adalah kebahagiaan, kebodohan adalah kekuatan. Lantas mengapa ada buruh yang masih saja protes kepada Sewajat Utama.

Alhasil ke 5 buruh itu di tembak di tempat oleh para pasukan pengamanan pabrik karena menggangu stabilitas Pabrik. Para buruh tahu kejadian 5 orang yang memprotes itu, tuntutan mereka agar upah di naikan dan waktu kerja di kurang kan dalam sehari. Permintaan itu tidak di gubris sama sekali oleh petinggi Sewajat Utama dan malah menganggap ke 5 buruh itu sebagai pelanggar Tri Ikrar yang setiap Senin mereka suarakan dengan lantang bersama-sama.

Pagi itu rekan kerja Anggraini di temukan pingsan di ruangan tempat ia bekerja. Tubuhnya kaku dan mulutnya mengeluarkan busa. Para pihak keamanan pabrik pun membawa tubuhnya untuk keluar dari ruang produksi minyak kuning. Anggraini bertanya-tanya kenapa rekan nya bisa sampai seperti itu, pihak keamanan mengatakan bahwa rekan nya itu mengalami gagal jantung dan perusahaan berjanji akan mengurus pemakamannya. Sudah 10 kali Anggraini kehilangan rekan kerjanya yang mengalami gagal jantung ketika kerja, yang di ketahui nya dari  informasi pihak keamanan pabrik. Walau mereka tak akrab, tapi Anggraini selalu bertegur sapa ketika bertemu di ruang kerja atau di jalan menuju pabrik.

seperti malam sebelumnya dan sudah berulang ribuan kali jika di akumulasikan dalam 5 tahun. Anggraini mengantri untuk upah harian sebelum pulang ke tempat tinggalnya.

Anggraini! Panggil salah satu pengawas pabrik sambil melihat ke arah barisan buruh yang berbaris tak sabar untuk segera menerima upahnya.

Iya pak, bagaimana? Anggraini menghampiri pengawas pabrik sambil tersungut-sungut menundukkan kepalanya.

Hari ini kamu tidak dapat upah, pulang sana tak usah kau mengantri! Gertak pengawas pabrik dengan nada yang tinggi yang membuat antrian hening seketika.

Ba… baik Pak Pengawas. Anggraini pun pergi tersungut-sungut meninggalkan antrian nya. Malam ini seperti nya Anggraini harus minum 1 butir obat penunda lapar lagi.

bukan pertama kali untuk Anggraini, ini sudah sering sekali terjadi, kalau di akumulasikan mungkin sudah 30 kali ia mengalaminya. Menurut informasi dari rekan buruhnya, biasanya upah tidak di berikan karena melanggar 4 pilar buruh :


1. Over time waktu istirahat

2. Tertangkap kamera sedang berpikir

3. Pekerjaan produksi yang melambat

4. Tersenyum & tertawa  ketika bekerja 


Walau Anggarani merasa ragu bahwa ia melanggar 4 pilar buruh, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Setiap Senin selesai upacara Buruh Sewajat Utama, Anggarani selalu yakin bahwa ia memang salah, Sewajat Utama selalu baik kepada buruhnya.

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Cuma ingin menulis, semoga bermanfaat dan terhibur.

CLOSE