Surat Terbuka untuk Dunia dari Anak-Anak Terali Besi. Kami Sama Sepertimu, Namun Salah Memilih Jalan

Surat terbuka

Tak pernah terbersit sedikitpun dipikiranku, aku akan berakhir disini, ya di sini, di balik jeruji besi. Pertama kali memulai hariku di sini, di balik tembok tinggi, dikelilingi kawat berduri yang menghalangi gerak langkahku sendiri, seolah menguburku hidup-hidup dalam sepi, membutakanku dari indahnya dunia di luar sana. 

Advertisement

Aku tahu di sini bukanlah tempat yang tepat bagiku, anak-anak seusiaku, yang seharusnya duduk di bangku sekolah untuk menimba ilmu, aku malah terperosok kedunia yang tidak seharusnya aku terjatuh. 

Tapi aku berterima kasih kepada Tuhan, karena aku yakin beliau masih menyayangiku. Aku yakin, karena aku berada disini sekarang, bagiku tempat ini adalah tempat penebusan dosa. Mungkin jika aku tidak berada disini sekarang, aku masih bergumul dan bergaul dengan benda-benda terlarang itu. 

Benda yang seakan menghapus mimpi-mimpi indahku menjadi mimpi buruk, dalam keadaan seperti itu, aku tak pernah lagi bisa melihat indahnya pelangi. Yang ada hanyalah awan gelap bertemankan hujan dan petir yang tiada pernah berhenti.

Advertisement

Jangan mengatakan bahwa tak ada penyesalan dalam hati, jika kalian semua bisa membaca pikiranku maka yang kalian temukan hanyalah sebuah penyesalan. Setiap kali aku mengingat masa-masa kelam itu, hatiku menjerit lirih, memohon maaf atas segala kebodohan yang telah aku lakukan. 

Perasaan-perasaan itu menyiksaku, melangkahkan kaki dengan beban yang begitu berat dipundakku. Aku merasa aku adalah aib bagi keluargaku, mengecewakan mereka akibat ulahku. Mengubur mimpi mereka, orang tuaku yang dahulu ketika aku pertama kali hadir dikehidupan mereka. Menangis dan membayangkan aku akan menjadi anak yang berguna dan membanggakan mereka kelak. 

Advertisement

Tapi bisa kalian lihat dimana aku sekarang, aku bahkan tak bisa melihat mereka, aku tahu mereka di sana sedang memikirkanku, dengan perasaan sedih dan khawatir. Aku tak bisa melakukan apa-apa, aku bahkan tak bisa menghapus air mata yang jatuh tiap kali memikirkanku disini. 

Ibu, bapak maafkan aku, maafkan aku telah mengecewakan kalian. Maafkan aku karena aku tidak bisa menjadi anak yang kalian impi-impikan dulu, aku telah gagal menjadi seorang anak. Aku tak bisa menjadi anak yang berbakti apalagi untuk membahagiakan kalian. Jika nanti Tuhan memberiku kesempatan kedua, aku akan menggunakannya dengan sebaik-baiknya, aku janji akan membuat kalian bangga, atau setidaknya bisa membuat kalian tersenyum.

Tetapi kalian tenang saja, disini aku baik-baik saja, aku cukup senang berada disini meskipun aku terpenjara, tidak mengerikan seperti yang banyak orang ceritakan dahulu tentang kejamnya hidup didalam terali besi. Aku masih bisa belajar, aku masih bisa mendapatkan pendidikan di sini, aku dibina dengan baik untuk kembali kejalan yang seharusnya aku tempuh. 

Aku diajari keahlian-keahlian baru disini, aku diberikan jalan untuk mengembangkan bakatku, bahkan aku bisa mendapatkan hal-hal yang jarang dan tidak bisa aku dapatkan diluar sana. Pengalaman-pengalaman baru yang mungkin nanti akan berguna setelah aku keluar dari sini. Aku masih bisa merasakan kasih sayang, aku masih bisa merasakan suasana rumah disini. 

Hai teman-teman diluar sana, salam dari kami anak-anak jeruji besi. Kalian jangan takut, aku sama seperti kalian, bedanya aku telah salah memilih jalan, salah memilih pergaulan. Aku di sini sekarang untuk menebus dosa-dosa yang telah aku lakukan di masa laluku. 

Meski hari ini aku menderita, aku tahu bahwa masa depan tak akan pernah melihat bagaimana masa laluku. Aku tahu masa depan akan mau menerimaku dengan ramah. Jalanku masih panjang, aku akan memperbaiki diriku mulai hari ini. Biarlah waktu membuktikan jika aku mampu bangkit, dan memperbaiki hidupku dan keluargaku menjadi lebih baik.

Jika kalian ingin aku berubah, maka pintaku hanya satu ketika aku pulang nanti, tolong jangan kucilkan aku. Kalau boleh jujur aku pun ingin sembuh hidup normal seperti kalian semua, terimalah aku dengan senyuman, terima diriku seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Tidak berarti melupakan kesalahan-kesalahan yang telah aku lakukan, tetapi tetaplah awasi aku, berikan nasehat padaku. 

Berikan aku kasih sayang yang selama ini jarang aku dapatkan sehingga aku tahu bahwa masih ada orang yang benar-benar peduli padaku disini, bahwa aku masih mempunyai tempat untuk bersandar, yang bisa aku tuju disaat aku tak tahu tahu harus kemana. 

Berilah aku petunjuk agar aku dapat menjauh dari dunia yang kelam itu. Semoga ini menjadi terakhir kalinya bagiku. Aku bersyukur, Tuhan masih memberiku kesehatan dan umur panjang agar aku bisa memperbaiki diri dan menjadi orang yang berguna kedepannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aku hanya ingin berkontribusi lewat tulisan-tulisan sederhana ini

CLOSE