Surat untuk (Calon) Anak-anakku

Untuk (calon) anak-anak ku yang saat ini lucunya entah ada dimana ….

Advertisement

Semoga saat kalian mulai paham akan dunia, internet masih dapat diakses dengan mudah. Dan dengan alasan internet akan menjadi semakin mudah sekaligus media paling aman untuk meninggalkan 'kotak harta karun' itu lah, (calon) bapak mu menuliskannya sekarang, saat ini, di 23 Mei 2016. Karena bagaimana pun, jika tidak terjadi keruntuhan tekhnologi, seperti yang digambarkan dalam film-film Hollywood, internet adalah sarana terbaik untuk meninggalkan jejak-jejak sejarah yang dapat dibaca oleh generasi mendatang. Dan semoga tetap demikian.

(Calon) anak-anak ku yang semoga kalian sudah mulai senang membaca ….

Coretan-coretan yang (calon) bapak mu buat ini, tidak lain adalah juga untuk menggelitik minat baca kalian. Ya. Bacalah, seperti apa yang Tuhan kalian minta. Membaca bukan berarti melulu harus buku atau teks lain yang berupa tulisan. Tetapi bacalah seluruh semesta ini dengan sebuah keingintahuan yang dapat mengantarkan kalian pada suatu pemahaman yang menyenangkan, bagi kalian.

Advertisement

Kemudian, berbicara mengenai pendidikan, maka sebenarnya apa yang (calon) bapak mu inginkan adalah kalian dapat mengenyam pendidikan yang membebaskan. Bukan pendidikan yang justru mempecundangi kalian dengan aturan dan tugas-tugas konyol yang sesungguhnya sama sekali tidak mendidik. Meski begitu, kalian juga harus tetap mengenyam pendidikan di lembaga formal, apa pun yang terjadi. Karena bagaimana pun, apa yang ada dalam lembaga pendidikan itu dapat memberikan kalian pengalaman yang penting bagi kalian kelak. Ya, pengalaman yang ditawarkan lembaga pendidikan itu yang penting, bukan permasalahan pendidikan atau ilmu yang ada didalamnya.

(Calon) anak-anak ku yang hendak berangkat sekolah ….

Advertisement

Saat ini, saat (calon) bapak mu menulis ini, pendidikan kita memang dalam kondisi yang ‘mengenaskan’ (jika boleh dikatakan demikian). Sebagai bahan pengaya bagi pemahaman kalian mengenai kondisi pendidikan yang (calon) bapak mu alami, silahkan searching untuk mendapatkan datanya agar kalian tidak taklid buta atas suatu peristiwa. Ya, ada sebuah ketidakpuasan dalam diri (calon) bapak mu ini mengenai pendidikan, bahkan mungkin terlalu skeptis atasnya.

Mengenai penyebabnya, setelah kalian membaca kondisi pendidikan dimasa (calon) bapak mu, silahkan baca karya Paulo Freire, seorang pejuang pembebasan asal Brasil, mengenai Pendidikan Pembebasan, sebagai pembanding untuk mendapatkan kondisi ideal bagaimana seharusnya pendidikan itu dinikmati. Dimana menurutnya, apa yang dinamakan pendidikan harus lah dengan semangat pembebasan, belajar bebas sebagai seorang manusia yang merdeka. Bukan pendidikan dengan aturan-aturan atau dengan dominasi yang justru menjadi gaya dalam pendidikan di masa (calon) bapak mu alami.

(Calon) anak-anak ku yang bebas sebebas-bebasnya.

Sungguh, (calon) bapak mu menulis ini dengan membawa hawa nafsu dalam dada, mungkin tulisan (calon) bapak mu ini terlalu subjektif, atau terlalu naif mungkin. Ya, semoga Tuhan dapat mengampuni atas apa yang terlontar dengan amarah. Namun, sungguh, tujuan dari tulisan ini semua agar kalian dapat mempertimbangkan perihal apa yang dikatakan dengan pendidikan dan lembaga pendidikan, hingga ketika saat bagi kalian tiba, kalian tidak lagi bingung dengan bagaimana seharusya ‘manusia berpendidikan’ itu.

Dan ingat, kalian harus juga pergi ke sekolah. Apa pun alasannya, sekolah menjadi semesta bagi pertumbuhan psikologis kalian, dimana disana kalian dapat mengenal sekaligus berinteraksi dengan banyak orang. Berjumpa dengan bermacam-macam karakter manusia yang mungkin justru membuat kalian senyum-senyum sendiri. Pergi lah sekolah, dan nikmati lah suasananya. Bersenang-senanglah disana, bertumbuh lah bersama banyak manusia. Tak perlu menjadi pintar, namun kalian harus pintar bergaul. Jangan pernah memilih-milih teman, jadi lah manusia yang adil meski pun pada manusia yang kalian benci sepenuh hati. Jangan jadi pengecut dalam berteman, dan jangan pula menjadi pribadi munafik yang hanya menginginkan ‘keselamatan’ bagi diri sendiri.

Ada sebuah tulisan dari seorang sufi yang mengatakan bahwa kita harus dapat mencari pantai yang dapat meluluhlantahkan gelombang laut yang paling ganas sekali pun. Pantai dapat mengubah gelombang menjadi buih-bih yang dapat menggelitik kaki yang berendam didalamnya. Jadikan lah sekolah sebagai jalan untuk mencari pantai-pantai kalian sendiri. Sebuah jalan untuk dapat menemukan apa yang dapat menghancurkan dan melembutkan egoisme kalian sendiri. Agar dapat menjadi buih-buih lembut yang kemudian dapat berpulang kembali menuju laut dengan tenang.

(Calon) anak-anak ku yang mulai memakai seragam.

Jangan bosan bersekolah, jangan bosan belajar dan jangan pernah bosan untuk membaca. Setelah itu, lakukan semua hal yang kalian suka dengan bangga. Percaya diri lah untuk menjadi manusia yang berpendidikan!

Kecup hangat dari (calon) bapakmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang pria yang ingin menangisi semesta dengan tawa yang amat riang!

CLOSE