Ternyata Tanpamu Hidupku Jauh Lebih Bahagia. Toh, Kehadiranmu Justru Banyak Meninggalkan Luka

tanpamu hidupku bahagia

Aku pernah merasakan yang namanya sepi. Berada di titik terendah seorang diri. Saat itu air mata menjadi teman setia. Sesekali kubuka sosial media sebagai pelipur. Keadaan seperti aku jalani selama beberapa minggu. Dengan terus memanjatkan doa supaya segera berlalu. Bisa kembali tersenyum dan bersemangat seperti sedia kala. Namun Tuhan tidak lansung mengabulkannya. Aku pun terus berusaha untuk bangkit menata ulang tujuan hidupku. Sampai akhirnya Tuhan mempertemukan aku dengan kamu.

Advertisement

Di awal pertemuan kita aku sangat meragukanmu. Aku takut seperti yang sudah-sudah. Datang hanya untuk singgah atau sekedar melepas rasa penasaran. Aku meragukan keseriusanmu juga statusmu saat itu. Apakah benar kamu sedang sendiri? Atau ada wanita lain? Kedatanganmu sekedar melepas bosan atau pelampisan? Apakah kamu akan menetap? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu terucap dalam hati. Aku takut kembali terjatuh. Aku tak ingin kembali kehilangan. Aku tak mau kembali patah hati. Raguku akan kehadiranmu cukup besar saat itu.

Tapi ternyata kamu membuktikan bahwa kamu serius denganku. Kamu berusaha dekat dengan keluargaku. Kamu juga mengenalkan aku ke keluargamu. Setiap saat kau menghubungiku. Setiap weekend kamu mengajakku jalan. Kamu juga berjanji tidak akan meninggalkan seperti yang lain. Dan kamu bilang akan melamarku setelah selesai kuliah nanti. Hal itu cukup membuatku percaya dan yakin menerima kamu. Lama kelamaan aku nyaman akan sikap dan perhatianmu dan segalanya tentangmu. Saat bersama keluargamu aku merasa beruntung dengan sikap hangat mereka. Hari demi hari kita lalui bersama. Semua terasa begitu indah. Aku bisa kembali tersenyum. Merasa menjadi orang paling bahagia.

Hingga akhirnya aku menyadari dirimu tidak seperti dulu lagi. Kamu menjadi kasar dan mengekang aku. Kamu terlalu mengatur hidupku. Kamu memaksa aku menjadi seperti yang kamu mau. Jika aku tidak bisa kamu memarahi aku. Bahkan kamu juga menghinaku. Sungguh sakit! Aku menjadi sangat tertekan. Dulu ketika kita akan bertemu aku sangat bahagia, tapi sekarang aku takut bertemu denganmu. Aku takut kamu bentak jika ada yang tidak berkenan. Aku seperti berada di persimpangan jalan. Tak tahu kemana aku harus melangkah. Meninggalkanmu aku tak sanggup, aku mencitaimu. Bertahan denganmu aku sakit. Aku bingung!

Advertisement

Dua bulan berlalu, kamu semakin menjadi-jadi. Suka tiba-tiba marah tanpa sebab. Aku kamu bentak tanpa tahu salahku apa. Kamu juga enggan bertemu denganku. Membalas pesanku sudah tak sudi. Ya, d isaat inilah aku mulai berontak. Inginku hanya satu yaitu kamu hargai aku. Tapi kamu tak peduli. Hanya air mata yang memelukku erat saat itu. Seakan ia mengerti maksud hatiku. Sampai pada saatnya sabarku hilang. Aku minta pisah dari kamu meskipun aku masih sayang. Aku terpaksa melakukan ini, karena aku sudah tak tahan mengahadapimu. Tapi, lagi-lagi kamu tak peduli. Kamu tetap mendiamkan aku.

Akhirnya aku menemukan sebuah foto di feed Instagram kamu. Kamu bersanding dengan seorang wanita. Pada foto itu tertulis caption “Still forever (disertai emoticon hati berwarna ungu)”. Dan kamu mengakui bahwa itu kekasihmu. Sungguh hancurnya aku! Aku histeris, keringat dingin bercucuran. Sakit yang luar biasa aku rasakan. Kenapa kamu setega ini? Kenapa kamu ingkar dengan janjimu sendiri? Jadi ini alasanmu kasar dan menjauh? Saat itu tak banyak kata yang kuucap hanya air mata dan teriakan yang aku keluarkan. Aku kecewa. Sangat kecewa. Sakitnya luar biasa.

Advertisement

Orang tuaku akhirnya mengetahui hal ini. Kemudian menghubungimu dan memintamu untuk pergi dari aku. Dan kamu mengiyakan. Tanpa kata maaf dan pamit kamu pergi. Kamu memblokir WhatsApp orang tuaku. Kamu juga memblokir Instagram dan WhatsAppku. Kamu benar-benar jahat. Kamu adalah lelaki paling jahat yang pernah aku temui. Aku menyesal menerima kamu. Dan kenapa aku harus bertemu lelaki seperti kamu.

Aku kembali menjalani hari-hariku tanpa kamu. Cukup berat memang. Tapi aku bersyukur aku memiliki orang tua, kakak, dan teman-teman yang sangat peduli. Setiap hari mereka bergantian menghubungiku. Menghiburku di sela-sela kesibukan mereka. Aku sangat berterima kasih kepada mereka. Karena mereka aku bisa kuat dan kembali bangkit.

Sekarang aku merasakan, ternyata tanpa kamu hidupku jauh lebih bahagia. Karena kehadiranmu adalah luka. Cinta itu menerima dan tumbuh bersama. Kalau mengekang itu bukan cinta.

Wanita yang sendiri itu lebih terhormat ketimbang memiliki pasangan tapi hasil merebut milik wanita lain.

Semoga kamu bahagia dengan wanita pilihanmu dan ingat kamu bisa memblokir kontakku tapi kamu tidak bisa memblokir karma..

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemimpi yang sedang belajar mengubah rasa menjadi kata~

Editor

une femme libre

CLOSE