Tentang Indonesia, Terorisme dan Generasi Muda di Negara Kita

Ini saatnya generasi muda bergerak lawan terorisme!

Indonesia merupakan sebuah negara dengan jumlah penduduk mencapai 266 juta jiwa yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara terbesar keempat setelah Republik Rakyta China, India, dan Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan banyaknya ragam suku, budaya, agama, maupun bahasa yang dapat ditemukan dalam negara ini. Hidup dalam keberagaman, memang bukanlah suatu perkara yang mudah. Butuh rasa toleransi tingkat tinggi dan saling menghargai dalam perbedaan. Namun, perbedaan juga bukan suatu alasan untuk “berperang” dan saling melawan yang nantinya berujung pada potensi terganggunya integrasi nasional.

Advertisement


Salah satu kasus intoleransi yang marak terjadi adalah kasus terorisme. Polri menyatakan kasus terorisme meningkat sebesar 42 persen dibandingkan 2017, dari 12 kasus menjadi 17 kasus. "Demikian pula dengan jumlah pelaku teror yang berhasil diungkap sepanjang 2018 meningkat 113 persen," ungkap Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam Rilis Akhir Tahun 2018 di Rupatama, Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (27/12/2018).


Beberapa kasus teror berekor pada insiden saling tuduh dan sindir antar agama atau suku, menyalahkan ajaran yang dianggap sesat, kafir, dan banyak tuduhan lain. Perpecahan pun seringkali terjadi diantara masyarakat akibat kasus teror tersebut. Padahal, insiden perpecahan ini merupakan titik lemah yang mungkin saja memang dinanti oleh para teroris dalam rangka mencapai tujuan mereka.

Tak sedikit dari para pelaku dari kasus teror tersebut berasal dari kalangan para pemuda. Hal ini terjadi karena banyaknya aliran dan jaringan yang berkedok keagamaan yang sebenarnya merupakan kelompok basis terorisme seperti ISIS, JAD, JAK, dan lain sebagainya. Aliran-aliran tersebut diam-diam telah menyusup di berbagai daerah dan meracuni pikiran sebagian orang, bahkan mungkin telah memasuki di universitas sebagai tempat yang identik dengan mahasiswa sebagai kaum muda.

Advertisement

Pikiran yang masih labil dan salah pergaulan bisa jadi beberapa faktor menyebarnya terorisme pada kalangan muda. Apalagi, kini semua hal menjadi mungkin lewat adanya media sosial. Segala hal yang terjadi, suatu ide atau gagasan dapat diakses oleh semua orang tanpa terkecuali. Semua orang bisa saling terhubung, berinteraksi, dan berkomunikasi tanpa memerlukan adanya persamaan ruang dan waktu. Secara tidak langsung hal ini memudahkan tersebarnya jaringan teroris di kalangan muda, atau yang kini biasa kita sebut sebagai generasi milenial yang bisa dibilang bersahabat baik dengan teknologi dan kemajuan infromatika. Ditambah arus globalisasi yang makin deras, informasi dari seluruh dunia bisa dengan bebas masuk dan diakses oleh siapa saja. Termasuk gagasan mengenai garis keras terorisme dari berbagai penjuru dunia.

Dalam kasus seperti ini, mahasiswa dan kaum muda lain secara general sebagai calon penerus bangsa tentu punya andil besar dalam mengehentikan persebaran “racun” negara ini. Ada banyak cara yang dapat dilakukan  sebagai kaum muda, diantaranya adalah menjadi pribadi yang selektif dalam menanggapi berbagai nilai dan ajaran, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Selektif bukan berarti menjadi pribadi yang tertutup dan anti terhadap perubahan jaman serta perkembangan teknologi. Justru sebagai pribadi yang selektif haruslah mempunyai pikiran yang terbuka dan punya banyak koneksi. Dengan begitu, sebagai generasi muda jadi menimba banyak pengetahuan dan pengalaman mengenai berbagai hal dan tahu mana yang baik dan buruk, sesuai dengan perubahan jaman.

Advertisement

Selain itu cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan berprestasi dan berkarya dalam bidang yang disenangi atau sedang ditekuni. Berprestasi dan berkarya pun tidak hanya dalam model kompetisi seperti olimpiade, namun juga bisa dalam bentuk mengabdi pada masyarakat. Sebagai kaum muda, sudah layak dan sepantasnya kita menjadi lebih peka terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Dengan mengabdi pada masyarkat, kita membantu Indonesia selangkah lebih maju dalam mencapai pemerataan dan keadilan sosial. Masyarakat sudah rindu akan aksi nyata para generasi muda sebagai agent of change untuk membawa perubahan bagi keadaan Indonesia. Lewat langkah-langkah kecil,  perubahan yang dibuat bisa menjadi besar apabila semuanya dapat saling bekerja sama bahu membahu mewujudkan kesejahteraan sosial yang didambakan.

Akhirnya, mendekatkan diri pada Tuhan merupakan salah satu cara paling ampuh dalam menepis ajaran-ajaran yang menyesatkan. Semua agama sudah pasti mengajarkan nilai perdamaian dan cinta kasih pada sesama umat manusia, apapun suku, bangsa, budaya, dan latar belakangnya. Tinggal kita yang perlu dengan rendah hati dan tekad yang kuat untuk mengikuti ajaran agama yang baik, dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Disertai dengan menebar kebaikan pada siapa saja, tentu hal ini menjadi pondasi yang kuat dalam langkah kita memerangi terorisme dan hidup harmonis dalam keberagaman.

Sekali lagi, perbedaan agama, budaya, suku tidak dapat diajdikan suatu alat pemecah bangsa Indonesia yang telah berdiri dan merdeka selama 73 tahun ini. Para pendiri dan pejuang bangsa sudah berperang dan bersatu melawan penjajah. Kini saatnya kita, seluruh masyarakat dan generasi muda Indonesia mengisi kemerdekaan ini dengan berperang dan bersatu melawan terorisme dan semua hal yang dapat mengancam kesatuan Republik Indonesia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE