Tentang Menyembuhkan dan Memaafkan Diri dari Dalam

Inner Healing – Forgive Yourself

Sejujurnya aku tidak pernah bisa membahasakan kondisi dan tingkah lakuku selama ini dengan baik. Sampai akhirnya aku mengetahui sebuah istilah baru yaitu self-esteem. Saat pertama kali mengenal hal tersebut di kelas Komunikasi Interpersonal zaman kuliah, aku tidak terlalu peduli dan tidak terlalu memahami maksudnya. Tetapi tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini, intinya hari itu aku menemukan istilah itu lagi saat aku membaca versi English dari buku Laskar Pelangi. Akhirnya tanpa mampu mendefinisikan trigger yang jelas, aku mempelajari lebih lanjut tentang self-esteem.


Self-esteem refers to a person’s overall sense of his or her value or worth. It can be considered a sort of measure of how much a person “values, approves of, appreciates, prizes, or likes him or herself” (Adler & Stewart, 2004).



Self-esteem is quite simply one’s attitude toward oneself (Morris Rosenberg, 1965).


Adapun berikut ini adalah ciri-ciri orang dengan self-esteem yang rendah.


  • You people please

  • You’re easily angered or irritated

  • You feel your opinion isn’t important

  • You hate you

  • What you do is never good enough

  • You’re highly sensitive to others opinions

  • The world doesn’t feel safe

  • You doubt every decision

  • You regularly experience the emotions of sadness and worthlessness

  • You find it hard keeping relationships

  • You avoid taking risks or trying new things

  • You engage in addictive avoidance behaviors

  • You struggle with confidence

  • You find it difficult creating boundaries

  • You give more attention to your weaknesses

  • You are often unsure of who you are

  • You feel negative experiences are all consuming

  • You struggle to say no

  • You find it difficult asking for your needs to be met

  • You hold a pessimistic or negative outlook on life

  • You doubt your abilities or chances of success

  • You frequently experience negative emotions, such as fear, anxiety or depression

  • You compare yourself with others and often you come in second best

OMG, setelah mengetahui hal tersebut, aku jadi merasa bahwa hampir semua hal tersebut mendefinisikan diriku dengan sangat tepat. Mempelajari self-esteem lebih dalam, scrolling halaman hasil pencarian Google bahkan ke halaman-halaman yang tidak lazim di buka orang lain karena dianggap tidak relevan pun semakin membuatku sadar. Aku tidak pernah benar-benar sadar sebelumnya bahwa tingkat self-esteem diriku sangat rendah. Lantas, terkait penyebabnya, aku ingin mengutip kalimat dari buku Laskar Pelangi dengan sedikit penyesuaian.


My low self-esteem was acute, a consequence of being marginalized for years that had penetrated every aspect of my lives.


Mungkin orang-orang di sekitarku pernah kesal, atau mungkin ada yang berpikir aku lebay, atau mungkin ada yang sampai merasa terganggu akan sifatku yang satu ini. Jika memang pernah ada, aku melalui hal ini ingin menyampaikan permintaan maafku yang sebesar-besarnya. Tetapi, sejujurnya, jujur dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku tidak pernah secara sengaja melakukan hal tersebut. Aku sangat minder, parah bahkan, hampir dalam segala hal dalam hidupku. Terkadang aku berusaha menutupi hal tersebut dengan bersikap pecicilan, tetapi mengubah hal tersebut yang secara tidak sadar tumbuh dan sudah terpatri dalam diriku sejak aku kecil tidaklah semudah Thanos menghancurkan dunia ini setelah memiliki Infinity Stone, hanya dengan menjentikkan jari saja.

Dan sekali lagi tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini dan semuanya terjadi seperti yang sudah dikehendaki Tuhan, hari itu aku mengikuti salah satu acara karena diajak oleh seorang teman dan aku ‘diceramahi’ dengan pernyataan berikut.


Saat kamu mengeluh tentang dirimu sendiri, berarti kamu tidak mengampuni dirimu sendiri yang secara tidak langsung juga berarti kamu tidak mengampuni Tuhan; dan tidak mampu mengampuni adalah dosa yang paling tidak bisa diampuni Tuhan, karena Yesus sendiri mengajari kasih.


Pernyataan tersebut benar-benar sampai ke sudut hatiku yang paling dalam #lebay. Semua perilakuku dalam menyikapi hal-hal di dalam hidup rasanya diputar kembali di kepalaku di dalam ingatanku.

Aduh kenapa sih tangan dan kaki aku basah sepanjang waktu jadi keganggu susah jalan nggak enak pake sendal terus suka ngotorin karena becek, aduh kenapa sih aku nggak cantik kayak adik aku, aduh kenapa sih aku nggak tinggi semampai dengan kaki jenjang, aduh kenapa sih paha aku gede banget, aduh kenapa sih rambut aku nggak jatuh gitu kayak rambut cici-cici cantik, aduh kenapa sih aku bego banget, aduh kenapa sih aku suka terlalu takut dan malah menyia-nyiakan peluang, aduh kenapa sih aku gagal mulu, serta beribu aduh kenapa sih lainnya. Atau mungkin sikap denial diriku yang selalu bilang, dih mana ada, da aku mah apa atuh, aku kan nggak cantik, nggak ada sih kayaknya yang mau sama aku, nggak bisa sih kayaknya aku manage orang, duh aku nggak nyaman sama apa yang aku punya sekarang, dan pernyataan-pernyataan lain yang menjadi toxic untuk diriku sendiri.

Hari itu aku, setelah mengingat-ngingat semua itu, aku mengakhirinya dengan dengan mengucapkan, “Aku mengampuni diriku sendiri, dalam nama Yesus”.

Sulit memang, sangat sulit bagiku. Bahkan aku pun merasa aku belum mencapai titik sepenuhnya memaafkan diriku namun setidaknya mengetahui hal itu aku merasa lega karena aku tahu apa dan harus berusaha melakukan yang harus kulakukan setiap kali aku ada di posisi itu, mengampuni diriku sendiri. Beriman Tuhan bekerja di niat baik tersebut.

Semoga jika ada yang memiliki sifat yang sama denganku saat ini, aku berdoa semoga dia dapat mulai mengampuni dirinya sendiri dengan tetap meminta pertolongan Tuhan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

A reliable and hardworking individual with strong will to learn. Friendly and outgoing with passion for helping people. Majoring Information System and Information Technology in Institut Teknologi Bandung and looking for opportunity where I can give impact by using my knowledge about Information System and Information Technology.