Tentangmu yang Tak Sebatas Kukenali dan Pahami, Maaf Akhirnya Aku Harus Pergi

Akhirnya aku harus pergi

Teruntuk gadisku yang meninggalkan banyak cerita. Maaf aku harus pergi, untuk kebaikan yang aku pikir itu perlu. Tenang saja, aku akan simpan semua cerita tentang kita dalam ingatanku. Karena sejatinya tidak ada lelaki baik yang lupa akan sejarah perjalanan.

Advertisement

Aku lelaki biasa yang mencoba mencari keberuntungan di kota rantau, yaitu Jakarta. Aku seorang lelaki yang usil terhadapmu kala itu. Selfie dengan wajah biasa dan tentu sangat percaya diri menggunakan ponsel yang kamu perbaiki di tempat aku bekerja, yang mana sebenarnya pada saat itu aku lupa untuk menghapusnya dari album foto di ponselmu.

Itu tidak sengaja aku lakukan, aku hanya memeriksa kembali apa yang jadi keluhan mu terhadap kinerja ku saat itu, dan mungkin itulah jalan yang diberikan Allah untuk aku dan kamu, menjadi kita.

Seiring berjalanya waktu, kita sering membahas banyak hal, tentang keseharian kita masing-masing, masa lalu, pekerjaan, dan kamu yang moody pun sangat jelas dan mudah untuk aku tebak bagaimana karakter mu,  yang akhirnya aku paham siapa kamu. Bagiku kamu adalah gadis tangguh yang siap menghadapi semua dengan tenang dan sabar.

Advertisement

Memang terkadang sangat melankolis, tapi itu wajar, sebagaimana mana gadis lain di dunia ini, semua emosi mu. Kamu tunjukkan tanpa ada rasa canggung atau sandiwara, kamu selalu menjadi dirimu sendiri. Wajah mu yang bagaikan gadis blasteran membuat ku terpesona, dan itu menjadi unik bagiku yang memiliki wajah mayoritas warga Indonesia.

Empat tahun sudah kita saling kenal, berbagi kabar saat kita dekat maupun terpisah kan oleh jarak, saling support ketika ada masalah, tertawa bersama, sedih dan cemas pun sesekali ada dalam hubungan kita. Empat tahun lamanya kita saling suka, menjalin cinta dan kasih sayang. Timbul-tenggelam rasa itu kita jaga. Sifatmu yang  tidak tergila-gila akan materi, itulah salah satu hal besar yang paling aku suka.

Advertisement

Tapi maafkan aku yang pada akhirnya harus pamit dan pergi meninggalkanmu untuk kebaikan yang aku cari. Aku adalah lelaki yang lahir dari orang tua biasa. Bukan maksudku meninggalkan kamu begitu saja, tapi seperti yang pernah aku katakan padamu, aku mencari restu dari orang tua. Apalah arti cinta, jika restu itu tak menyertai.

Bagiku, hidup ini pilihan. Memilih kamu atau orang tua sangat berat bagiku, kamu gadis yang aku sayang dan mereka adalah orang tua yang harus aku hormati dan aku sayangi lebih dari apapun. Aku takut jika mereka terluka bila aku memilih kamu tanpa restu dari mereka. Inilah alasan aku memilih untuk tidak memilih keduanya untuk sementara waktu. Karena menurut aku,  lebih baik aku sendiri dulu. Fokus untuk perbaiki keadaan dengan bekerja lebih giat lagi.

Aku percaya kalau jodoh tidak akan kemana. jika memang kita ditakdirkan bersatu, jangan ragu, aku pasti datang kepada orang tuamu dan melamar mu untuk ku jadikan pendamping hidupku, menikmati semua yang telah kita capai selama ini. Menikmati apa yang telah kita impikan selama empat tahun hubungan ini kita jalani. Yang aku sadar itu bukanlah waktu yang singkat, banyak suka duka di dalamnya.

Mengenai pesan yang kamu kirimkan padaku kala itu.


Sebisa mungkin aku akan menutup hati untuk yang lain, kalau bukan menjadikan aku sebagai istri, pergi lah jauh. Tapi kalau kamu mau melamar aku, segala maaf masih ada untuk kamu, datang lah kerumah orang tuaku, katakan pada mereka kamu mau menikah dengan aku putrinya ini


Aku sangat berterima kasih atas maaf yang selalu ada untukku.

Tapi maaf, mulai saat ini aku menganggapmu sebagai teman. Ya, sekali lagi, kita hanya teman. Meski berat dan sulit, tapi aku percaya kamu dan aku pasti bisa. Kita akan bertemu jika tiba saatnya nanti Allah merestui hubungan kita menjadi sepasang suami-istri.

Terima kasih atas waktunya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE