Ternyata Emosi Bukan Berarti Marah Lho! Yuk Mulai Memahami Emosi dan Mengenal Diri Sendiri

Semua emosi adalah sesuatu yang baik, namun apapun yang berlebihan pasti tidak baik bagi diri sendiri.


“Mengenal diri sendiri adalah awal semua kearifan.” (Aristoteles)


Advertisement

Orang-orang suka mengasosiasikan kata “emosi” dengan “marah”. Ketika kita melihat seseorang yang sedang emosi, sering terlintas dipikiran kita orang tersebut sedang marah, atau mungkin sedang terlihat murka menurut kita. Namun tahukah kalian, bahwa sebenarnya ketika seseorang sedang mengalami emosi itu bukan berarti ia marah, tapi sebenarnya dia sedang merasakan luapan perasaan yang terasa campur aduk.

“Batin manusia terdiri atas pikiran, ingatan, perasaan, dan kesadaran. Dari keempat komponen ini yang menjadi provokator atau keutamaan adalah perasaan.” Bahkan KBBI mengatakan hal yang sama. Bahwa emosi adalah Kata Nomina (kata benda) 1) luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat; 2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif); 3) marah.

Begitu banyak pengertian tentang emosi dikarenakan konsep emosi selalu berubah seiring berjalannya waktu, untuk membicarakan tentang konsep emosi pun butuh waktu yang tidak sedikit. Ada banyak teori yang membahas tentang emosi, dan hasilnya selalu menarik. Yuk kita mengutip satu pengertian emosi menurut Don Hockenbury dan Sandra E. Hockenbury dalam bukunya Discovering Psychology, emosi ialah kondisi psikologi yang kompleks dan mencakup tiga komponen berbeda, yaitu respon fisiologis, pengalaman subjektif, dan respon perilaku atau ekspresif (Cherry, 2019). Emosi merupakan fakor penggerak hidup. Gerakan dan emosi merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin movere artinya adalah bergerak (to move). Filsuf Jerman, Immanuel Kant mengatakan emosi memiliki lima dasar : cinta, harapan, bahagia, rendah hati dan sedih. Dalam buku yang terbit tahun 1890, Principles of Psychology, William James, bapak psikologi Amerika, menyederhanakan emosi dasar menjadi empat: cinta, sedih, takut dan marah. Setiap emosi, menurut James, adalah kombinasi dari keempat emosi dasar tersebut. Semua emosi sifatnya normal dan merupakan bentuk komunikasi dari pikiran bawah sadar ke pikiran sadar.

Advertisement

Kita memiliki lobus frontal yang berperan untuk pengaturan proses berpikir dan pemecahan masalah. Kita juga memiliki bagian otak yang dinamakan sistem limbik. Sistem ini berperan untuk menghasilkan emosi dan juga motivasi. Pengambilan keputusan yang baik tentu tidak akan berhasil dilakukan, apabila sistem limbik tidak bekerja. Kita tidak akan bisa memilih, jika sama sekali tidak ada emosi dan motivasi.

Orang seringkali tak bisa membedakan antara ungkapan (expression) dan mengalami (experience) emosi. Mengalami emosi ialah apa yang dirasakan seseorang di dalam tubuhnya. Sementara ungkapan emosi merupakan apa yang dilakukan seseorang karena mengalami emosi. Mengalami emosi tentu melibatkan sensasi di dalam diri, sedangkan ungkapan emosi melibatkan tindakan atau perbuatan luar diri. Ungkapan emosi meliputi gerakan, terjadi di bagian luar tubuh, dan menghasilkan sensasi fisik. Emosi jarang muncul sendiri, tapi berhubungan dan berinteraksi dengan emosi lainnya. Umumnya beberapa emosi muncul dan dapat pudar secara bersamaan. Yang lebih sering terjadi adalah satu emosi muncul terlebih dahulu, lalu menimbulkan emosi lainnya sambil emosi pertama ini memudar atau menghilang.

Advertisement

Yang paling sering kita dijumpai atau alami yaitu emosi takut, sedih, dan marah. Kenapa kita marah? Apa yang sebaiknya kita lakukan ketika sedang marah? Mungkin ada dari kalian yang berpikir, “ya diluapkan, lah!” Namun, pada faktanya beberapa orang tidak merasa bahwa meluapkan amarah dalam bentuk tindakan itu merupakan sesuatu yang mudah, lho!

Menurut psikolog, T.W. Smith mengungkapkan bahwa amarah adalah emosi yang tidak nyaman, berkisar antara terganggu sampai dengan kemurkaan. (Mind Tools, 2017). Kurasa kalian pun mengerti bahwa amarah adalah salah satu emosi yang mendasar pada diri kita seperti bahagia, sedih, dan takut. Ketika sedang marah, hormon stress seperti adrenaline dan cortisol memenuhi tubuh, membuat kita berada dalam situasi fight or flight, lawan atau kabur.

Hal-hal yang menjadi petunjuk untuk menginterpretasikan emosi seseorang (baik diri sendiri maupun orang lain) ini penting bagi kita untuk diketahui. Ketika kita sering atau bahkan mungkin mahir dalam menginterpretasikan emosi seseorang, ini berarti emotional intelligence yang kita miliki  tinggi. Emotional Intelligence atau EQ adalah kemampuan untuk mengerti dan mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain dan menggunakannya untuk berinteraksi dengan efektif (Segal, Smith, Robinson, & Shubin, 2019).

Memiliki EQ yang baik berarti memiliki pengelolaan emosi yang baik dengan lingkungan sekitar. Kita bisa menghindari situasi-situasi yang tidak diinginkan seperti contohnya dibilang tidak peka karena gagal take a hint dari teman yang sudah mengedipkan mata agar bisa bekerja sama untuk berbohong dalam usaha nge-prank teman yang sedang berulang tahun. Berbeda dengan IQ, EQ tidak punya parameter atau standar yang bisa dipakai untuk mengatakan bahwa EQ rendah atau tinggi. Emotional Intelligence is a skill that you can hone as you live

Ada beberapa aspek penting dalam EQ yang perlu kita perhatikan. Salah satunya adalah kesadaran emosional. Ini maksudnya adalah kita harus bisa menyadari dan mengetahui emosi diri sendiri dan orang lain, bagaimana mereka mempengaruhi perasaan kita dan emosi apa yang muncul ketika kita berada di dalam suatu keadaan tertentu. Dengan menyadari kondisi emosional, kita semua dapat menilai diri sendiri lebih baik dan mengambil keputusan yang tepat dalam kondisi tertentu terlepas dari banyaknya emosi yang sedang menghujani.

Semua emosi adalah sesuatu yang baik, dapat berfungsi untuk memberikan informasi, motivasi, serta arah yang akan membantu kita untuk menciptakan suatu kehidupan yang bahagia. Perlu sekali untuk memahami diri bahwasannya emosi dihasilkan oleh pikiran bawah sadar dan merupakan dorongan untuk bertindak, sistem penuntun atau peringatan dini alamiah, dan adalah salah satu bentuk komunikasi dengan pikiran sadar. Memiliki emosi pertanda diri kita dalam kondisi yang sehat.

Nama : Aulia Rindra Khairunnisa

Tempat, tanggal lahir : Malang, 28 Desember 2001

(Mahasiswa Psikologi – Universitas Brawijaya semester 1)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE