Tertawa Tidak Selalu Bahagia. Terkadang Itu Hanya Tameng Terbaik yang Digunakan Manusia

Tertawa tidak selalu bahagia

“Terkadang sebuah tawa adalah topeng dari air mata yang terlalu dijaga oleh ego tuannya” salah satu kutipan dari Raden Rauf yang seakan menampar kembali ke kenyataan. Apakah tawa yang selama ini dikeluarkan merupakan bentuk dari kebahagiaan, atau malah topeng kesedihan yang diciptakan?

Advertisement

Seseorang yang selalu tertawa biasanya menjadi obat bagi teman-temannya. Ia akan menjadi tempat yang di tuju untuk mengubah suasana hati mereka. “Tawamu menular”, itu yang sering mereka lontarkan. Hingga terkadang mereka lupa, ia bisa merasakan perasaan selain bahagia. Atau bahkan mungkin mereka tidak tahu, tawa yang ia keluarkan bisa saja bentuk pengalihan penderitaan. “Kau terluka aku pun mungkin lebih terluka”, isi hatinya siapa yang peduli jika ia harus memperdulikan orang lain.

Pernah kah kalian mendengar bahwa seseorang yang tertawa paling keras adalah orang yang paling sering terluka? Jika ditanya apakah itu fakta sebenarnya, maka jawabannya “entahlah”. Karena kita tidak bisa mengukur atau membanding-bandingkan penderitaan kehidupan seseorang. Begitu pun dengan kebahagiaannya. Tapi, yang harus kita ketahui, bahwa setiap insan manusia akan merasakan segala macam perasaan yang sama. Dengan waktu yang berbeda, kejadian yang berbeda, dan takdir yang berbeda.

Seseorang yang terlihat bahagia setiap harinya bisa saja menutupi lukanya dengan begitu ahli. Bukan tidak ingin berbagi, tetapi ia sulit percaya. Ia mencari orang yang benar-benar tepat untuk mengeluarkan isi hatinya. Bahkan mungkin tidak akan semua cerita ia sampaikan. Setiap manusia pasti memiliki satu rahasia yang tidak pernah ia ceritakan dengan orang lain. Hanya ia dan Tuhan yang mengetahui hal tersebut. Sebab itu lah, terkadang seseorang yang terlihat tidak pernah menceritakan hidupnya, sebenarnya dia sudah mengeluhkannya pada Sang Kuasa.

Advertisement

Karena setiap orang memiliki batas ruangnya sendiri, dan kita tidak bisa mendobrak masuk ke dalamnya, maka kita harus menunggu dia yang membukakan pintu ruangan tersebut. Biarkan ia mengarahkan kita sampai mana ia akan menunjukkan ruangannya. Sesuatu yang di paksakan tidak akan berjalan dengan baik bukan, begitu pun dengan pengungkapan diri. Biarkan waktu yang menjawab kapan ia akan membukakan pintu itu untuk kita.

Ada yang mengatakan jangan terlalu banyak tertawa karena kamu akan menangis selanjutnya. Biasanya itu dikatakan oleh ibu kepada anaknya yang terlalu aktif dalam bermain bahkan hingga matahari mulai terbenam. Dan benar saja, anak itu menangis malam harinya. Bahkan hal ini terus terjadi hingga kita tumbuh dewasa. Ketika kita tertawa terlalu banyak di luar bersama teman-teman, ketika kembali ke rumah akan merasa sangat kosong. Kemana perginya tawa yang begitu kencang tadi? Ia tergantikan oleh beban pikiran yang datang.

Advertisement

Memang benar kebahagiaan datang beriringan dengan kesulitan. Dua hal itu hanya berlomba siapa yang akan muncul terlebih dahulu. Tidak bisa dipisahkan dan tidak bisa dielak. Semakin besar kebahagiaan semakin besar pula cobaannya. Semakin kita kuat melaluinya semakin tinggi hadiah yang akan kita dapatkan.

Semua orang mengalaminya dan itu pasti. Yang berbeda hanya bagaimana cara menyikapinya. Orang yang tertawa setiap hari atau melewati harinya seperti tanpa beban bukan berarti ia tidak memiliki masalah. Akan tetapi, dengan cara itu lah ia menyikapinya. Dia hanya berusaha menyebarkan energi positif dengan menekan kegelisahannya.

Oleh karena itu, kita harus lebih belajar memahami orang-orang terkasih di sekeliling kita. Karena setiap orang pasti memakai topeng entah lapis keberapa yang akan ia gunakan di depan publik. Jika kita memaki orang berwajah dua, pada kenyataannya kita pun melakukan hal yang serupa. Bahkan setiap orang memiliki wajah lebih dari dua yang disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan yang ada di sekitarnya.

Kita tidak bisa menyangkal hal itu. Karena sebenarnya itu adalah senjata perlindungan kita dari luka yang tidak bisa diungkapkan. Dengan menggunakan berbagai topeng tersebut, perasaan kita akan membaik, tetapi tidak menghilangkan luka yang ada. Itu lah mengapa ketika sendirian akan mulai terasa kosong dan luka itu kembali ke permukaan.

Tertawakanlah hal yang memang harus ditertawakan. Dan menangislah jika hal itu memang patut untuk di tangisi. Terkadang egois itu perlu untuk menyelamatkan diri kita. Ungkapkan perasaan sesungguhnya agar mereka paham apa yang kau rasakan. Memang tidak akan semuanya mengerti, tetapi tidak semuanya juga mengabaikan.

Biarkan dirimu mengetahui di mana tempatmu bisa sedikit berbagi. Biarkan mereka yang pantas, menjadi bagian saat tangis dan tawamu. Kau tidak sendirian dan tidak akan pernah sendirian. Sekalipun tidak ada manusia yang kau anggap pantas untuk berbagi, ada Tuhan yang selalu menemani.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE