The Curse of Knowledge, Blunder yang Sering Dilakukan Saat Menjelaskan Sesuatu

Ketika instruksi > tindakan

Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita sedikit kesusahan dalam memahami suatu hal. Seperti kita bingung bagaimana cara mengoperasikan suatu alat, menyelesaikan soal yang rumit dalam pekerjaan rumah, atau sulit dalam memahami suatu instruksi dalam melakukan sesuatu. Hal ini membuat kita bertanya kepada orang yang lebih paham daripada kita, entah itu orang yang sudah lama bekerja dan menekuni bidang itu atau orang yang memiliki keahlian di bidang tersebut. Namun di saat mereka menjelaskan, penjelasan dari mereka susah atau tak bisa dimengerti entah karena intonasi bicaranya terlalu cepat, instruksinya terlalu berbelit, atau tak jelas dalam menjelaskan sesuatu. Saat itu kita akan menganggap atau dianggap orang tersebut kita yang bodoh, padahal penjelasan mereka yang tak sampai kepada kita. Nah, situasi ini disebut Curse of Knowledge.

Advertisement

The Curse of Knowledge adalah suatu bias kognitif di mana suatu individu merasa menjelaskan sesuatu secara gamblang, jelas, dan menganggap penerima informasi tersebut telah menangkap semua yang telah dijelaskan. Di sini ialah ketika orang pertama menjelaskan sesuatu ke orang kedua, dia menganggap orang kedua benar-benar paham dengan isi otak dari orang pertama, padahal yang terjadi tidak seperti itu. Hal inilah yang akhirnya menjadikan suatu informasi menjadi bias dan tak sesuai dengan aslinya dan dikategorikan sebagai bias kognitif.

Curse of Knowledge sering terjadi pada kalangan orang yang memiliki pemikiran sendiri atau orang yang cenderung jenius dimana mereka biasa menghabiskan waktunya untuk memikirkan suatu hal yang susah dipahami oleh orang biasa. Oleh karenanya mengapa orang jenius susah dipahami oleh orang biasa, bahkan disaat ia menerangkan sesuatu. Hal ini terjadi karena perbedaan sistematika atau alur pikiran otak tiap manusia.

Contoh paling sederhana adalah saat pertandingan bola. Disaat pelatih memberi instruksi kepada pemain di lapangan, terkadang pemain tersebut susah untuk memahaminya sehingga timnya mengalami kerugian. Seperti yang dilakukan Ronald Koeman kepada Oscar Mingueza pada pekan ke-31 La Liga musim kemarin saat Barcelona melawan Getafe. Oscar ditarik keluar oleh Koeman karena dianggap bermain terlalu menyerang. Padahal tim sedang rawan dan Oscar disuruh untuk bertahan namun yang terjadi malah sebaliknya. Alhasil itu membuat Koeman marah dan menarik keluar Oscar di menit ke-75.

Advertisement

Contoh lain adalah saat kita disuruh beli sesuatu di warung saat kita kecil. Apalagi kalau barang yang dibeli cukup banyak serta tak diberi catatan. Alhasil kita membeli barang yang salah dan mendapat amarah dari orang tua kita.

Jadi kesimpulannya, apakah curse of knowledge itu buruk? Bisa dibilang iya dan bisa dibilang tidak. Tergantung konteks yang sedang kita hadapi. Semisal kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang dan berharap orang itu paham namun kita menerangkan sesuatu yang tak dapat diserap lawan diskusi kita, maka itu akan berakibat buruk. Namun sebaliknya, jika kita berada misal dalam suatu tim dan sedang menghadapi musuh, kita bisa menggunakan bias kognitif ini sebagai psywar atau pancingan seolah kita bodoh dan musuh akan menganggap rendah kita dan seolah tau lebih banyak dari kita, padahal kita sudah menyimpan strategi lain. Seperti kata Mao Zedong:

Kita sering berpikir terlalu sempit, seperti katak di dasar sumur yang mengira langit itu hanya sebesar lubang atas sumur. Jika katak itu muncul ke permukaan, dia akan melihat pemandangan yang berbeda.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Microbiology enthusiast, writer, and part-time blogger

CLOSE