Tidak Semua Jalan Harus Menuju Roma, Kan?

Pernah ngga si ngerasa makin dewasa makin banyak rasa insecure


"Tidak semua jalan harus menuju roma, kamu punya 'roma' milikmu sendiri. Tidak semua hal yang menjadi pencapaian hidup orang-orang pada umumnya harus menjadi pencapaianmu juga. Ngga semua ikhtiar harus berakhir di roma, bukankah tiap orang punya romanya sendiri-sendiri?"


Advertisement

Pernah ngga si ngerasa makin dewasa makin banyak rasa insecure yang muncul karena terlalu banyak berputar-putar melihat sekitar? Makin dewasa rasa-rasanya makin banyak tuntutan untuk jadi manusia yang serba ideal, selalu berusaha buat nyenengin ataupun nurutin apa kata orang lain tanpa pernah peduli bahwa sebenarnya kita nyaman ngga sih ngelakuin semua itu? Makin dewasa, rasanya buat jadi manusia yang bisa bener-bener jujur sama true voice dari diri sendiri makin lama makin susah, ya? Apapun selalu perihal perspektif orang lain, apapun selalu mikirin sudut pandang orang lain, apapun selalu ikut-ikutan alur hidup orang lain. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, kita ngga bakal bisa nyenengin semua orang, pun juga kita ngga bakal bisa atur bagaimana sudut pandang orang lain terhadap kita. Pun buat apa juga ikutin alur orang lain kalau sejatinya "urip iku mung sawang sinawang." Kadang apa yang ditunjukkan oleh orang lain hanyalah bagian-bagian terbaik yang harus dilihat umum, kita ngga akan pernah tau bagaimana proses dibaliknya.

Pernah ngga si dapet tuntutan karena adanya perspektif umum, seperti "kamu harus jadi PNS biar terjamin segalanya" ataupun "kamu lulusan kimia pasti ntar mau jadi dosen ya" dan alur-alur lainnya yang di idealkan masyarakat pada umumnya. Ditambah lagi sudut pandang yang menimbulkan sekat-sekat di masyarakat seperti "kamu kan cuman lulusan SMA pasti ngga akan lebih sukses dari yang sarjana". Padahal ikhtiar dan goals hidup tiap orang itu berbeda-beda. 

Ngga semua orang harus mendapatkan tujuan akhir yang sama. Ngga semua orang punya tujuan ke roma. Buat apa banding-bandingin pencapaian karena ngga semua orang punya angka cukup yang sama.

Advertisement

Sederhananya begini, masing-masing orang punya angka cukupnya. Ada yang cukupnya diukur dari materi, ada yang cukupnya didapat ketika mereka mampu memenuhi predikat cukup bagi orang lain. Ngga semua orang harus berbondong – bondong mencapai tujuan umum yang sama. Misalnya gini, ada hal krusial yang bikin insecure ketika temen-temen seangkatan kita udah pada diterima kerja di perusahaan A perusahaan B sedangkan kita masih belum kelar skripsi. Ataupun temen-temen seusia kita udah pada banyak yang nikah, sedangkan kita yang mau nyenengin orang tua dulu aja masih belum cukup. 

Tenang, timeline masing-masing orang itu ngga harus sama kok. Semuanya udah diatur seadil-adilnya. Ngga semua standar sukses harus diukur dari seberapa banyak kamu bisa beli tas branded, mobil mewah, rumah megah dan lain sebagainya. Ngga semua orang bahagia karena materi dan kemewahan yang dimilikinya. Ngga semua sukses harus di standarkan bedasarkan materi. Ada yang suksesnya perihal membantu banyak orang yang belum terpenuhi angka cukupnya diluar sana. Ada pula yang suksesnya perihal bagaimana ia mampu memberikan investasi ilmu buat generasi selanjutnya. Ngga semua orang mau ke roma, tiap orang udah punya romanya masing-masing. Jadi tenang, buat mencapai sukses ngga selalu harus seperti si-A yang hidupnya enak, atau si-B yang bisa kerja di perusahaan bonafide, atau si-C yang punya limabelas cabang perusahaan. Ah percaya deh, kamu punya roma milikmu sendiri yang dibangun semegah-megahnya dari proses panjang yang udah kamu lewati. Apapun nanti hasilnya jangan pernah bandingin sama pencapaian orang lain. Selamat jatuh bangun dan kokoh kembali. Dari aku yang bangun tidur tiba-tiba pengen banget nulis ini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE