Tidak Semua Orang Bisa dan Boleh Kamu Nasihati, Salah-salah Malah Bikin Sakit Hati

tidak semua orang bisa dinasihati

Nggak ada yang suka dinasihati, apalagi kalau nasihat itu dipaksakan kepada kita. Bukan karena memang kita membutuhkannya dan bertanya kepada mereka. Kesannya kaya si penerima masih bocah ingusan yang nggak tahu dan nggak ngerti apa-apa. Bilangnya, “ini kan demi kebaikan kamu”. Seyakin apa kalau nasihatmu itu memang apa yang paling kami butuhkan? Memangnya kamu cenayang atau paranormal yang bisa melihat apa yang terjadi di hidup kami nanti?

Advertisement

Dari kecil, kita sering kali dinasihati oleh orang tua atau kakek-nenek atau saudara yang lebih tua dari kita. Maksud mereka sih baik, karena mereka hidup lebih lama dari kita dan lebih berpengalaman, maka mereka membagikan apa yang mereka tahu kepada kita. Juga, karena itu sudah tugas mereka sebagai orang tua, untuk mendidik dan membesarkan kita hingga kita siap untuk berdiri sendiri dan masuk dalam lingkungan sosial yang lebih besar.

Ada yang pernah dengar cerita social experiment, tentang lima monyet dengan pisang yang diletakkan diatas tangga? Dikatakan, satu-per-satu monyet-monyet tersebut mencoba untuk menaiki tangga tersebut untuk mengambil pisang itu, tapi setiap ada yang naik tangga, monyet-monyet tersebut akan dihukum dengan disiram air. Ini terus-menerus diulang-ulang hingga mereka jera.

Jera seperti apa? Hingga setiap kali ada monyet yang mendekati tangga, monyet-monyet yang lain akan memukul monyet tersebut hingga tidak ada yang berani mendekati tangga dan pisang itu. Kemudian, satu-per-satu monyet kemudian diganti dengan yang baru. Ya, namanya juga anak baru, masih nggak tau apa-apa, mereka juga mencoba mendekati tangga dan pisang itu. Tapi, setiap kali ada yang mendekat, lagi-lagi ia akan dipukuli oleh monyet-monyet lama. Dan ini terus-menerus berulang. Hingga kelima monyet tersebut diganti semua, tetap tidak ada seekorpun yang berani mendekati tangga dan pisang tersebut.

Advertisement

Cerita tentang monyet dan pisang ini mendeskripsikan mental manusia yang suka ikut-ikutan tanpa alasan yang jelas. Mungkin karena ini, anak-anak yang masuk ke lingkungan sosial yang lebih besar, saat bertemu yang lebih baru darinya akan mencoba ikut-ikutan menasihati. Karena ia terbiasa tumbuh dinasihati. Sayangnya, nasihat yang mereka berikan gak selalu tepat. Tidak jarang malah salah sasaran.

Memberi nasihat seakan-akan dia memiliki tugas untuk mendidik dan membesarkan kita. Memberi nasihat dengan alasan demi kebaikan kita, padahal dia saja tidak mengenal kita dengan baik. Apalagi banyak juga yang kita jumpai, memberikan nasihat karena merasa ia lebih berpengalaman dan lebih pintar daripada kita.

Advertisement

Tapi, yang paling parah dari itu semua adalah mereka yang menasihati orang lain dengan tujuan untuk merubah orang tersebut. Padahal, apa hakmu memaksa kami untuk berubah, apalagi menyuruh kami berubah berkedok menasihati? Kamu mungkin rekan kerja, atau teman, atau atasan kami, tapi kamu bukan orang tua kami.

Sebelum memberikan nasihat, bukankah lebih baik kalau kamu berpikir dulu, apakah kamu menasihati kami karena kamu ingin mengubah kami, atau hanya sekedar ingin berbagi pengalaman? Karena tidak semua orang bisa menerima “niat baikmu” apalagi kalau itu dipaksakan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Spilling irregular ideas through words

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE