Tolong, Jangan Mendekat Jika Hanya Ingin Mencelat. Aku Hanya Menunggu yang Datang Memikat

Patah hati rasanya memang sakit. Apalagi jika baru pertama mengalami. Untuk yang sudah sering mengalaminya saja, masih tetap merasa sakit jika terjadi lagi pada dirinya. Bahkan, terkadang sakitnya lebih berkepanjangan dari terdahulu.

Beberapa kali mengalami hal serupa. Hati seolah berontak, ingin menangis. Menghujat keadaan yang begitu bengis, mengiris sebelah hati yang tipis. Tak bisa menyalahkan orang lain. Hanya saja, gejolak jiwa yang belum reda terkadang tak tahu arahnya mau kemana.

Ditinggalkan oleh kekasih hati, dengan alasan yang tak pasti. Membuat hati sakit bertubi-tubi. Tapi kini, setelah bangkit dan telah kembali ke dunia yang sebenarnya ini. Hati menjadi semakin berhati-hati. Tak bisa menerima sembarang hati. Bukan trauma, hanya ingin berhati-hati agar tak lagi salah arti.

Dulu, sebelum ini terjadi, aku sangat percaya diri. Sangat mudah jatuh hati. Sampai akhirnya kini, luka yang kau tinggalkan di sebelah hati , tak bisa membuatku bangkit begitu dini. Beberapa ingin datang mendekat, tapi aku berusaha menghindar. Bukan karena aku tak mau, mungkin karena aku belum siap atau rasa sakitnya masih terkesiap. Sekarang, aku tak semudah dulu membuka hati. Maaf, bukan berarti aku angkuh, bagiku ini adalah perlakuan terbaik untuk hatiku saat ini.

Aku tak ingin menyesali keadaan yang sudah terjadi padaku. Bagaimanapun, kau pernah membawa sebongkah harapan besar untuk hidupku, meski kau sendiri yang mengikisnya. Walau begitu, tetap aku bersyukur. Tuhan memberitahuku sedari sekarang. Sebelum perasaanku terlalu jatuh padamu. Bukan hal yang jarang, ingatan tentangmu berenang diotakku. Tapi, aku berusaha menikmatinya. Menikmati rasa sakitnya. Kau datang dengan bahasa yang penuh cinta dan pergi membawa luka tanpa kata. Aku berusaha untuk ikhlas, tapi tak bisa. Aku hanya manusia biasa, yang tak bisa semudah itu mengatakan kata iya tentang maaf. Aku bukan Tuhan yang maha pengampun. Kali ini aku belum bisa memiliki jiwa pemaaf seperti malaikat. Aku hanya sedang berusaha merelakan kenangan-kenangan yang dulu indah, meski sekarang terasa menyakitkan. Pada waktunya nanti, ketika kenangan itu sudah tak berdampak lagi di hatiku, disitulah kata ikhlas merelakanm, terjadi dihidupku.

Aku tak menyalahkan, bahwa aku seperti ini sekarang karenamu. Tapi, dalam kenyataannya rasa sakit yang kau buat membuatku menjaga hatiku sejak dini. Setelah hubungan kita berakhir, ada beberapa yang mendekatiku. Tapi aku tak seantusias dulu. Otakku masih jahat dengan berpikir bahwa semua laki-laki akan sama saja. Awalnya memberikan kesan indah, kemudian berujung sakit yang membuat resah.

Tolong, jangan mendekat jika hanya ingin mencelat. Aku hanya menunggu yang akan memikat. Setiap hubungan pasti menginginkan ujung yang indah yaitu sebuah ikatan yang sakral seumur hidup. Sama halnya, akupun begitu. Kali ini aku mohon maaf, jika hanya ingin bermain-main lebih baik dengan orang lain. Aku menunggu kedatang si pembawa rasa cinta yang tak pernah mati oleh pekatnya bahaya dunia.

Bagimu, yang telah tertakdirkan denganku. Nikmatilah duniamu, sampai kau menemukanku. Begitu juga denganku. Aku akan bebenah untukmu, sehingga saatnya kau tiba, kau merasa aku memang pantas kau berikan cinta.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pencinta novel remaja, penikmat senja, anak ketiga yang sedikit manja. Sedikit saja.