Kenal Lebih Jauh Soal Toxic Positivity: Kata-kata Positif yang Bisa Menjadi Racun

toxic positivity adalah

Siapa yang tidak mengenal kata-kata “toxic”? kebanyakan remaja hingga dewasa pasti mengetahui apa itu toxic, yang paling umum adalah toxic relationship atau bisa dibilang dengan hubungan yang tidak sehat. Tapi kebanyakan dari kita belum mengetahui apa itu toxic positivity. Berbeda dengan toxic relationship, toxic positivity adalah sesuatu hal yang diucapkan untuk memaksa atau terus mendorong orang lain yang sedang menghadapi masalah untuk selalu bahagia, semangat, berpikir positif, dan lain sebagainya.

Advertisement

Toxic positivity sangat tidak baik untuk kesehatan mental seseorang. Banyak yang selalu mengatakan dengan mudahnya “Masih banyak orang yang lebih besar masalahnya dibanding kamu, kamu-mah gak seberapa!” , “Kamu harus bersyukur” atau “Be positive!”. Kalimat-kalimat seperti itu memang terdengar bagus tapi tidak semua orang yang sedang memiliki masalah bisa menerima kalimat-kalimat itu dan tanpa kita sadari bisa membuat seseorang stress hingga depresi.

Toxic positivity juga bisa membuat seseorang merasa terobsesi dengan perasaan bahagia, sehingga memanipulasi perasaan sendiri. Yang seharusnya orang itu merasa sedih hingga nangis untuk meluapkan emosinya, jadi tidak bisa karena obsesi pada perasaan bahagianya itu. 

Ternyata toxic positivity dengan optimisme itu berbeda, lho! Optimisme adalah keyakinan kalau kamu selalu memiliki harapan yang baik akan suatu hal, sedangkan toxic positivity ialah memaksakan semua hal agar baik-baik saja. Jika kalian memiliki teman yang sedang mempunyai masalah, kalian bisa mengatakan “Tidak apa-apa menangis”, “Wajar merasa kecewa” dan jangan memaksa mereka untuk tetap bahagia karena mereka sedang mempunyai masalah. 

Advertisement

Karena mereka itu berusaha meluapkan setiap emosi, seperti kecewa, sedih, marah dan lain sebagainya. Jika emosi tersebut dipendam agar terlihat bahagia dihadapan orang lain akan menyebabkan emosinya menumpuk dan dikemudian hari bisa memicu penyakit psikis serta fisiknya.

Ternyata kata-kata seperti “semangat!” itu bahkan bisa menjadi toxic positivity. Mengapa? Karena tidak semua orang butuh diberi semangat saat mereka bercerita tentang masalah yang sedang mereka hadapi. Kebanyakan orang hanya ingin didengarkan dan tanpa dihakimi. Kita juga harus mengindari toxic positivity agar kita memiliki jiwa dan raga yang sehat dan agar bisa mengelola emosi secara tuntas.

Dengan cara tidak memendam emosi-emosi negatif dengan begitu jiwa dan raga kita dipenuhi dengan emosi positif. Jadi mulai sekarang kalian sudah tahu kan apa arti toxic positivity? Jangan sampai kalian dengan sengaja atau tidak sengaja melakukannya, ya! 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE