Tuhan Sudah Adil, Hanya Kita yang Kurang Bersyukur dan Selalu Menuntut Keadilan

Menuntut ketidakeadilan yang sudah ada.

Selayaknya makhluk hidup, bahkan hewanpun mengenal rasa kecewa apalagi manusia yang mempunyai akal pikiran sempurna. Manusia hidup dengan beragam alasan, ada yang bertahan hidup karena memperjuangkan namun ada juga yang diberikan perjuangan tapi abai dengan banyak alasan.

Advertisement

Kadang saya memang tidak tahu atau sengaja tidak mencari tahu tentang suatu kebenaran, itu bukan karena saya tidak pintar tapi karena saya merasa takut jika apa yang saya bayangkan itu mutlak sebuah hal yang benar. Akhirnya saya memilih untuk tidak tahu menahu tentang hal yang saya takutkan, padahal jika berani mencari tahu akan ada perbedaan di mana lari bukanlah penyelesaian melainkan kelegaan palsu yang hanya bersifat sesaat.

Ketika saya tahu bahwa berbalik kemudian mengambil langkah bukanlah suatu kebenaran, maka saya akan menantang diri saya sendiri. Sampai di mana saya bisa melangkah menjajal mental saya, sampai di mana saya bisa mengerti nilai dari setiap kejadian yang Tuhan sisipkan dalam setiap cerita hidup saya. Berangsur – angsur masalah datang dan pergi mengokohkan karakter dalam diri saya, menjadikan saya sesuatu yang kuatnya menyetarai seekor singa.

Pada titik di manapun saya ingin berhenti kembali saya mengingat bahwa segala sesuatu terjadi karena sebab dan arti, dan karena saya percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah salah dalam memberikan setiap takdir dari kehidupan saya, bahwa Tuhan tidak akan pernah keliru dalam setiap scane kehidupan yang terjadi pada hidup saya, segalanya tidak akan tertukar segalanya juga bukan karena kebetulan.

Advertisement

Bahkan dalam setiap rasa kecewa yang selama ini saya alami saya mengetahui bahwa tersirat makna yang ingin Tuhan sampaikan kepada saya, ada pembelajaran dalam setiap kekecewaan tersebut. Memang benar setiap masalah yang terjadi akan menuntun kita kepada kedewasaan, akan memandu kita kepada rasa syukur ternyata hal yang saya anggap sesuatu yang merepotkan, mungkin lebih buruk kadang saya tidak sengaja menyebut masalah sebagai kutukan.

Ketika saya menyadari bahwa kutukan tersebut ternyata membawa saya kepada diri saya sendiri untuk menyadari rasa syukur secara penuh karena Tuhan telah menciptakan saya apa adanya. Melihat bahwa segala sesuatu yang telah diciptakan kemudian terjadi dapat membawa saya kepada pribadi yang lebih baik, secara perlahan saya dapat menerima setiap kekurangan dalam diri saya.

Menutup mata terhadap diri sendiri dan hanya membuka mata ketika melihat kehebatan atau sebut saja bakat orang lain hanya akan membawa kita untuk menghina-Nya. Menuntut ketidakadilan terhadap-Nya karena menganggap Tuhan tidak adil dalam membagi setiap hal baik pada makhlu-Nya. Padahal saya yang menutup mata atas diri saya sendiri, rasa iri merasuki segala aspek dalam tubuh saya menjadikan saya manusia yang tidak bersyukur.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Perkenalkan saya Fijri Nugroho teman-teman saya memanggil saya Fijri. Saya adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas yang ada di Pekalongan. Hobi saya membaca buku dan menonton anime.

CLOSE