Untuk Engkau yang di Sisiku, Terima Kasih Sudah Memilih Menua Bersama

Awal perjumpaan kita kelampau sederhana. Media sosial menjadi ruang perdana untuk bersua. Dari sana pertanyaan apa kabar bermula, puncaknya pada keputusan untuk memilih menua bersama. Bila tak ada media sosial mungkin cerita tentang kebersamaan kita tak pernah terjadi. Sepertinya alam semesta suka sekali memberikan kejutan di ujung perjalanan.

Advertisement

Kami telah hidup bersama. Ia yang dulu jadi orang asing, kini telah berdiri di sisi. Doaku selalu dipanjatkan di pagi hari, kiranya kamu selalu diberkahi kesehatan yang berlimpah. Biar hari-hari yang sedang kita jahit berjalan dengan baik-baik saja.

Dia yang sudah menjadi teman hidup saya kadang aneh-aneh di hari-hari yang kami jalani. Tingkah usilnya membuat cerita kami semakin berseri. Sesekali ia memberi kecupan di ujung perjalanan, memohon maaf atas segala salah yang dibuatnya. Saya pun begitu, memintanya untuk bersabar bila menemukan rintangan di perjalanan.   

Teman hidup saya kerap aneh-aneh kala mengendarai roda dua. Ia yang sedang tertatih-tatih untuk menaklukkan kuda besi kebanggaannya. Sesekali di jalan raya ia melewati garis tengah. Beruntung ia tak sedang berpapasan dengan kendaraan lain. Aman terkendali pokoknya.

Advertisement

Di belakangnya, saya membuntutinya dengan motor berbeda. Mulut saya terus merapalkan doa sepanjang jalan. Mendadak religius. Menjadi orang beriman. Memohon agar semuanya berjalan dengan baik-baik saja, agar tiba di tempat tujuan dengan selamat.

Sesekali ia keliru saat di tikungan. Ia melebihi garis tengah. Mengambil jatah jalanan dari kendaraan di arah berlawanan. Fortuna kembali berpihak, ia tak berpapasan dengan kendaraan lain. Jalanan sedang langgeng, tak ada kendaraan yang sedang lewat.

Advertisement

Saat masuk di persimpangan kanan, ia menyalakan lampu sein kiri. Kelakuannya seperti emak-emak beranak empat. Padahal kami baru saja empat bulan menikah, belum dikarunia momongan. Seharusnya ia menyalakan sein kanan. Begitu sampai di rumah, saya memberi ceramah soal literasi lalu lintas. Ia mengangguk tanda mengerti, walau saya belagak sok tahu.

Sekarang kami terpisah jarak tigapuluh kilometer. Tugas sebagai abdi negara pemicunya. Kami berdua bekerja sebagai guru. Saya sebagai guru SD, sedangkan ia sebagai guru SMA. Hari Sabtu sore baru kami bersua. Makanya aktivitas saya di akhir pekan sedikit terganggu. WhatsApp dari teman-teman kerap tak dibalas. Alasan lebih jauhnya akan kalian dapatkan saat dirimu tak lagi jomlo, memiliki pasangan hidup yang acap kali merepotkanmu.

Untukmu, kau yang dipanggil Non, perjalanan hidup kita seperti sedang mengendarai motor. Sesekali kita harus mengendarainya dengan hati-hati, fokus pada tujuan. Jangan mengambil jalanan yang bukan milik kita. Tetap berdiri di sisi. Merajut hari bersama. Kita mengendarai kendaraan sampai tua dan selalu berdua. Semangat selalu. Love you.  

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta Kopi Colol dan Sopi Kobok. Tinggal di Manggarai Timur, Flores. Amat mencintai tenunan Mama-mama di Bumi Flobamora.

CLOSE