[CERPEN] Wanita, Kekasih Lelaki, dan Anjing Kesayangannya (Part II)

Maafkan aku Nandar,.

Januari bulan bersejarah bagiku, ini adalah pertama kalinya aku merasakan apa yang dinamakan bekerja. Ya, inilah hari pertamaku bekerja sebagai dokter hewan. Alasanku bekerja di sini cukup simpel, aku hanya ingin bisa menyelamatkan hewan hewan terlantar meskipun kenyataannya aku tidak bisa menyelamatkan orang yang aku kasihi. 

Ouh iya perkenalkan namaku Indah, mereka sering memanggilku Ibu dokter, padahal kenyataannya aku masih gadis. Umurku 21 tahun, mungkin aku terlalu muda untuk dipanggil ibu tetapi aku tidak bisa menolaknya karena suatu saat aku pasti akan menikah dan menjadi seorang ibu untuk anakku.

Aku tinggal di kota Bandung, aku memiliki seorang kekasih, Kami sudah berpacaran kurang lebih selama 4 tahun lamanya. Rasanya sulit ketika dia harus bekerja jauh dariku, jarang pulang dan susah untuk berkomunikasi membuatku merasa galau. Hingga akhirnya apa yang aku takutkan menjadi kenyataan, dia hilang tanpa kabar sedikit pun. Membuatku merasa kacau dan susah untuk bangkit. Tetapi waktu masih bersahabat sehingga aku masih bisa menjalani waktuku lagi.

Hingga suatu saat di bulan Agustus ada seorang pria datang ke klinik hewan tempat aku bekerja. Dia begitu tenang membawa anjingnya yang terluka. Katanya anjingnya tertabrak motor, melihat anjingnya merintih kesakitan membuatku sedikit iba.

“Mas, maaf, tolong elus elus kepala anjingnya, biar dia agak tenang,”

"Ya," jawabnya sebari mengelus ngelus dia berucap: “Njing, sabar ya, Njing, aku bakal rawat kamu sampai kamu sembuh”.

Mendengar perkataan itu aku hanya tersenyum sebari melanjutkan pekerjaanku.

“Mas, sudah selesai, hanya luka baret, dia baik baik saja mungkin satu sampai dua bulan akan sembuh kembali," ungkapku.

Pria itu hanya tersenyum penuh syukur, senyumnya mengingatkanku padanya, seseorang yang sangat jauh dan hilang ditelan samudra. Dia mengingatkanku lagi padamu, kenapa? Kenapa harus ada orang yang begitu manis sepertimu lagi? Aku berusaha menolak untuk mengingatmu lagi.

Aku pulang ke rumahku dengan sejuta perasaan aneh. Ketika rasa yang aku buang jauh ke dalam jurang hatiku, dia kembali timbul. Seakan membuka luka yang sudah aku basuh. Merobek lagi hatiku, aku tidak mau mengingat sedikit pun kamu, senyummu, wajahmu dan namamu. Aku ingin melupakan semuanya tentangmu. Tetapi sifat orang ini, manisnya orang ini, persis seperti kamu. Tolong, aku rindu padamu lagi. Tolong aku.

Suara dering alarm HPku kembali berbunyi. Oh, sudah siang, jawabku. Badanku tak se-fit biasanya, mungkin efek semalam. Aku tidak bisa tidur, aku terus menangis hingga meninggalkan lebam mataku. Aku meminta ijin kepada temanku untuk tidak bisa bekerja hari ini, temanku mengiyakan nya. Ya, aku tidak mau mereka tahu akan kerapuhan hatiku. Aku ingin menghabiskan seharian ini untuk memperbaiki semuanya. Aku kumpulkan semua kenangan tentangnya, dan aku buang semuanya. Aku harus melupakannya, aku harus melupakannya teriakku.

Hingga beberapa bulan berlalu, sepertinya hatiku tak serapuh dulu lagi, aku sudah tidak peduli dengan wajahnya, kenanganya. Aku sudah move on ungkapku tetapi sesuatu menariku. Aku merasa penasaran dengan pria itu. Aku hanya bergumam, jika suatu saat kita bertemu dan bertatap muka lagi, aku ingin mengenal dia lebih jauh lagi. 

Akan aku anggap teman atau sahabat? Bisakan? Aku akan jadikan dia sebagai sahabat saja cukup. Lagipula aku bekerja di klinik hewan dengan semua staff wanita, akupun ingin memiliki sahabat lelaki agar aku lebih memahami lelaki itu seperti apa.

Hingga akhirnya saat yang aku harapkan tiba, aku yang ingin pergi ke apotik untuk membeli vitamin untuk kecantikan, aku bertemu lagi dengan pria itu. Dia masih mengingatku dan kita bertegur sapa. “Mas, bagaimana anjingnya apakah sudah sembuh?” tanyaku. "Sudah mbak, terimakasih banyak berkat mbak anjing ini jadi sehat lagi”

Oh iya syukur kalau begitu, mas asli orang sini? Kok aku jarang melihat mas ya di daerah sini?"

"Tidak mbak, saya tinggal di Jalan Kenanga, aku ke sini jikalau lagi ada waktu segang saja, sekalian membawa anjingku ini keluyuran, yaa biar sehat juga kan? Mbak sendiri ngapain kesini?” percakapan panjang yang akhirnya membawa kaki kita menuju rumahku.

Aku sampai lupa aku harus membeli vitamin ke apotek, tetapi wajahnya, perkataannya seakan menghipnotisku untuk terus berbincang, hingga langkah kita terhenti didepan rumahku, “Mas, terima kasih ya sudah menamaniku pulang” sahutku. “iya mbak, eh mbak boleh minta nomor hape mbak gak? Kira saja nanti aku menemukan anjing yang harus dirawat lagi? dalam hatiku aku berkata “modus mas?” tetapi modus itu membuatku membuka mulut untuk memberikannya, karena kamu cukup menarik bagiku.

Hingga saat itu dia mengatakan cintanya padaku, dia lelaki yang Gentelman, tidak lebay tidak juga cuek dia seakan pria yang sempurna. Ya, meskipun bercandanya kadang tidak aku mengerti, sebagai wanita aku hanya berusaha tertawa menghargainya. “sayang, nanti hari sabtu kita bertemu ditaman kota ya? Aku punya sesuatu buat kamu” ungkapnya “ada apa mas? Kenapa tidak sekarang saja?” aku tidak ingin sekarang, aku ingin nanti sabtu saja, aku tidak akan menjemput kamu datang kesana sendiri ya? Aku tunggu tuturnya.

Aku merasa sedikit penasaran, apa yang akan dia lakukan? Apa dia akan melamarku? Ouh tidak mungkin, mungkinkah dia akan meninggalkanku seperti yang sebelumnya? Aku tidak mau. Tuhan aku jatuh cinta pada pria ini, meskipun terkadang aku merasa bersalah karena aku menyukainya karena dia mirip dengan mantanku dulu. Maafkan aku mas, aku tidak akan mengungkapkan semua ini padamu. Biarkan ini menjadi dosaku kepadamu.

Hari yang kita janjikan tiba aku bersiap mandi dan memaksimalkan diriku secantik mungkin, agar jika dia memang akan memutuskanku dia tidak akan jadi karena melihatku begitu anggun jelita, dan jikalau dia mau melamarku aku sudah bersiap dengan rupaku yang menawan.

Kemudian “tok tok ttok” suara seseorang mengetuk pintu rumahku. Sebentar jawabku. Aku bingung siapa di luar sana? Bukannya dia berkata tidak akan menjemputku? Tetapi ya sudahlah mungkin dia berubah pikiran? “tok tok tok” sebentar mas, aku pakai baju dulu” sahutku. 

Lalu aku berlari ke depan pintu sebari siap menambutnya, ketika aku buka pintu secara perlahan. Betapa kagetnya aku melihat bukan Mas Nandar yang aku lihat, tetapi mantan pacarku yang sudah lama hilang. “Mau apa kamu kesini?” sapaku. Dia hanya tertunduk meminta maaf padaku, dia beralibi bahwa dia mengalami kecelakaan fatal ketika disana, sehingga dia tidak bisa mengabariku begitu lama.

“Kenapa kamu tidak menelponku melalui temanmu? Atau siapapun di sana? Mengapa baru sekarang kamu datang ke sini? Kamu tidak tahu berapa lama aku mengunggu kamu? Berapa lama aku mengharapkan kabar darimu?” tangisku kembali berjatuhan berputar bersama amarahku yang tidak terkendali. Dia berusaha memeluku, aku sadar tubuhnya mengecil tidak seperti dulu, namun sifat sabarnya masih bisa aku rasakan. 

Dia berusaha memelukku namun aku menolak dan terus memaki dirinya. “Seharusnya kamu mengerti, aku tidak bermaksud untuk meninggalkanmu begitu saja indah, aku tidak bermaksud” aku mengalami koma lebih dari enam bulan maafkan aku. Keluargaku tewas semua, yang tersisa hanya aku sendiri maafkan aku” ungkapnya dia menangis sebari menutup matanya, hatiku terbuka lebar.

Aku galau, aku merasa kacau, aku tidak bisa meninggalkan Mas Nandar begitu saja, tetapi aku juga tidak bisa melupakanmu lagi. Aku tidak mau kehilanganmu lagi. Aku hanya marah melemparkan semua yang ada dihadapanku. Berharap bahwa ini hanya mimpi buruku saja. Aku tenggelam dalam tangisanku hingga seakan air mataku telah menguburku hidup-hidup.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bekerja Sebagai Pengelola Website Yayasan terbaik di kabupaten Sumedang