Waspada, Isu Akan Terjadi Tsunami Setinggi 20 Meter di Pesisir Selatan Jawa, Jangan Termakan Hoax Ya!

Isu Tsunami di Pesisir Selatan Jawa

Tsunami adalah bencana alam yang berhubungan dengan gelombang. Ombaknya sangat besar dan daratannya runtuh. Tsunami berasal dari bahasa Jepang, dengan Tsu untuk pelabuhan dan Nanyi untuk ombaknya. Secara literal tsunami bisa disebut sebagai gelombang besar di pelabuhan. Secara ilmiah, tsunami mengacu pada pergerakan badan air yang disebabkan oleh perubahan mendadak pada permukaan laut vertikal. Gelombang tsunami adalah gelombang yang mampu menempuh jarak ribuan kilometer ke segala arah.

Advertisement

Ketika gelombang berada di daratan dekat pusat interferensi maka daya rusak yang ditimbulkan oleh gelombang tersebut akan lebih besar. Sebaliknya, semakin dekat Anda dengan ekosistem pantai, kecepatan gelombang tersebut semakin berkurang, hanya sekitar 35 hingga 50 kilometer per jam. Namun ketinggian ombak akan bertambah, hingga 20 meter. Di ketinggian ini, gelombang tsunami bisa masuk ke daratan yang jaraknya puluhan kilometer.

Dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan munculnya isu gempa bumi megathrust di pesisir selatan Jawa. Isu tersebut terjadi ketika Institut Teknologi Bandung (ITB) menginformasikan hasil penelitian mereka bahwa pesisir selatan Jawa Barat dan Jawa Timur berpotensi akan diterjang tsunami. Tinggi tsunami tersebut bisa mencapai ketinggian 20 meter di pesisir selatan Jawa Barat dan 12 meter di pesisir selatan Jawa Timur. Hal tersebut membuat banyak masyarakat Indonesia yang merasa takut dengan tsunami yang diprediksi bisa terjadi sampai dengan ketinggian 20 meter di wilaya selatan Pulau Jawa. 

Prediksi tersebut lantas mendapat respon dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau biasanya dikenal dengan BMKG. BMKG mengatakan, tsunami bisa terjadi. di banyak wilayah Indonesia, jalur pertemuan lempeng dapat memicu tsunami yang mungkin menjadi sumber gempa bumi di laut. Indonesia adalah negara yang banyak memiliki wilayah pertemuan lempeng, sehingga tsunami bisa saja terjadi di banyak tempat. Mulai dari Laut Andaman di tenggara Sumatera, di Simeulue, Nias, Mintawai, Enggano, hingga bagian Jawa selatan, lalu ke Nusa Tenggara, Tsunami mungkin terjadi.

Advertisement

BMKG mengatakan, wilayah tersebut memiliki potensi sumber gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami. Selain kemungkinan tsunami, hal ini juga terlihat melalui hasil berbagai studi sedimen tsunami masa lalu. Rahmat Triyono mengapresiasi penelitian ITB yang menyebutkan kemungkinan tsunami 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan tsunami 12 meter di selatan Jawa Timur. Hasil penelitian dapat menyadarkan dan mengedukasi masyarakat tentang potensi ancaman sehingga masyarakat dapat melakukan upaya yang diharapkan dengan lebih baik.Serta potensi tsunami tersebut dapat diketahui melalui berbagai hasil riset terhadap temuan-temuan endapan tsunami di masa lampau. Laporan yang diterbitkan oleh Warta Ekonomi pada hari Sabtu, 3 Oktober 2020 berbeda metode, metode dan asumsi yang dibuat di setiap studi. Namun hasil yang diperoleh kurang lebih sama, yaitu dalam waktu 20 menit setelah gempa, dalam waktu 20 menit setelah mencapai pantai, tsunami setinggi sekitar 20 meter dapat terjadi. 

Hasil penelitian ini digunakan untuk memperkuat reduksi bencana, peringatan gempa dan tsunami. Skenario terburuknya adalah gempa bumi terjadi secara bersamaan di dua segmen dorong raksasa di selatan Jawa Barat dan selatan Jawa Timur, Tsunami terjadi di wilayah selatan Banten dengan ketinggian gelombang maksimum 20 meter dan datang dalam waktu 20 menit mencapai pantai sejak terjadinya gempa. Dwikorita mengatakan:

Advertisement


"Oleh karena itu, mekanisme simulasi kejadian tsunami ini mirip dengan kejadian tsunami Banda Aceh pada tahun 2004, yang juga disebabkan oleh gempa bumi berkekuatan 9,1 dan tsunami mencapai pantai dalam waktu sekitar 20 menit." 


Ia menjelaskan, pemodelan semacam ini juga bisa dijadikan acuan agar lebih mudah dalam menghadapi ancaman bahaya tsunami saat mendarat di pantai pada ketinggian lebih dari 20 meter. Hasil simulasi juga penting untuk menyiapkan rute dan lokasi evakuasi, atau untuk tata letak lahan di daerah yang rawan tsunami. Menurut Dwikorita, pemerintah Indonesia sejak 2008 telah mengantisipasi gempa dorong masif seperti Aceh pada 2004 yang berpotensi memicu tsunami.

Sistem pemantauan dan peringatan dini beroperasi melalui Internet of Things (IoT) dan diperkuat oleh superkomputer dan kecerdasan buatan (AI). Sistem ini secara otomatis dapat menyebarkan informasi peringatan tsunami kepada masyarakat di daerah rawan gempa dan tsunami dalam waktu 3-5 menit. Peringatan tersebut disebarluaskan melalui BNPB, BPBD, media massa atau beberapa metode komunikasi (SMS, email, website, media sosial). Dengan adanya peringatan tsunami, jika waktu kedatangan tsunami diperkirakan sekitar 20 menit, maka proses evakuasi akan memakan waktu sekitar 15 hingga 17 menit. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE