Apa Susahnya Menghargai Selera Musik Orang Lain?

Musik secara sederhana bisa didefinisikan sebagai pesan tersirat maupun tersurat yang bisa tersampaikan secara universal. Sebab musik itu tidak mengenal bahasa suatu negara. Ada banyak orang yang menyukai musik dari barat dan belum tentu ia bisa berbahasa Inggris. Begitu juga dengan orang Indonesia yang menggemari musik Jepang, Korea, Thailand atau China. Tidak semua dari mereka bisa berbahasa asing juga. Namun begitu mereka tetap menyukainya.

Setiap orang punya ketertarikan tersendiri terhadap sebuah lagu. Hal itu dipicu oleh banyak hal. Ada yang menyukai lagu-lagu Jepang karena berawal dari soundtrack sebuah film atau anime. ada yang menyuka lagu-lagu Korea, lagu lokal, dangdut atau Thailand yang sama sekali tidak di mengerti liriknya. Alasan lain yang mempengaruhi itu banyak. Ada yang suka terhadap lagu tertentu sekalipun tak tahu arti liriknya karena anda sudah terlanjur suka dengan iramanya, beatnya, aliran, genre, atau alasan yang paling sederhana, penyanyinya cantik dan ganteng-ganteng.

Pada intinya selera musik seseorang lahir dari alasan yang sangat rumit. Kita tidak bisa punya satu alasan yang saklek bahwa dia suka musik ini itu karena bla-bla-bla apalah-apalah. Anda suka musik cadas bukan berarti lagu dangdut itu jelek. Anda suka lagu Jepang bukan berarti lagu K-pop jelek. Begitu juga sebaliknya. Dibolak-balik seperti apapun selera musik tetaplah kehendak pribadi yang bagi saya sangat-sangat perlu dihargai.

Terlepas dari apa yang sebagian orang katakan bahwa selera musik saya lebih baik dari anda. Atau anda yang suka nyinyir dengan selera musik orang lain lalu menganggap selera musik anda sendiri adalah yang terbaik. Ini bukan masalah selera musik punya kausalitas yang membuat kita sebagai penikmatnya jadi berpikir buruk terhadap jenis musik lain yang tidak anda nikmati. Jauh dari hal itu sebenarnya setiap orang mungkin pernah sakit hati ketika selera musiknya malah dibully dengan konotasi yang negatif.

Saya tidak sedang membicarakan fanbase, komunitas atau membicarakan sebagian fans fanatik yang dianggap buruk. Akan tetapi mari kita kerucutkan pada hal yang lebih sempit. Musik pada dasarnya adalah salah satu media hiburan dan setiap orang punya kesenangannnya tersendiri untuk menghibur dirinya sendiri. Di luar dari kata sederhana, musik juga merupakan sebuah industri yang membawa fanatisme. Ini yang tidak dimengerti banyak orang bahwa seberapa besar anda mem-bully selera musik orang lain tidak akan berubah keadaan orang itu menjadi lebih baik atau membuat orang lain yang awalnya suka musik rock lalu tiba-tiba jadi suka lagu kosidahan versi koplo.

Kalau seseorang sudah terlanjur cinta sama satu jenis musik lantas anda mem-bullynya. maka anda hanya akan terhibur dengan nyinyiran anda sendiri, tapi sampai kapanpun tidak akan bisa berubah selera musik mereka. Langkah terbaik untuk menghadapi perbedaan selera musik adalah dengan membiarkan mereka menikmati apa yang meraka sukai. Anda juga mungkin punya selera musik tersendiri yang tidak mau diusik oleh orang lain.

Sejengkel apapun anda terhadap hingar-bingar industri musik tertentu yang sebagian mengatakan, ‘ah lagu barat banyak simbol satanismenya, ah musik anu terlalu vulgar, atau ah lagu Korea terlalu unyu-unyu atau ah lagu dangdut ketinggalan jaman dan alasan-alasan lain yang tidak bisa anda terima’ Sama seperti agama, selera musik juga harus ada toleransinya. Jika tidak, anda hanya akan terkekang oleh kebencian yang tidak ada ujungnya dengan selera musik orang lain. Mau sampai kapan? Sampai Raisa mau di poligami, gitu?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Daffa Ardhan adalah Blogger, Freelance Writer dan kontributor penulis di Hipwee. Anda bisa baca tulisannya di www.daffaardhan.com