Entrepreneur vs Karyawan. Siapakah yang Lebih Mulia?

Sering kali saya melihat DP teman-teman dengan quote dari Alm. Bob Sadino ataupun pengusaha-pengusaha lainnya yang sudah sukses, beberapa yang saya inget dari quote tersebut adalah :

"Orang goblok sulit dapat pekerjaan, akhirnya usaha sendiri, ketika sukses orang goblok akan mempekerjakan orang pintar"

Ada lagi yang seperti ini :

"Kamu ini bangun pagi, mandi, pamit kerja, pake seragam, kaki dibungkus sepatu, berangkat pagi pulang sore, bayaran ndak seberapa, kalian ini KERJA apa DIKERJAIN?"

dan pernah juga diperjalanan pulang kerja saya dengar talkshow radio dengan pembicara enterpreneur yang ngomong :

"Segeralah bertaubat wahai karyawan-karyawan yang saat ini pasti sedang perjalanan pulang dengan hati yang lelah dan gaji tidak seberapa"

Hmmm, pengen banting radio kala itu waktu dengar. Tapi inget cicilan kendaraan masih lama kemudian saya urungkan niat itu.

Saya melihat dari sisi sebagai seorang karyawan jujur agak tersinggung membaca quote itu, bagaimana tidak? seakan beliau menganggap semua karyawan itu statusnya lebih rendah daripada seorang yang "buka usaha", saya bilang buka usaha lo ya bukan pengusaha.

Lantas bagaimana jika karyawan perusahaan Alm. Bob Sadino dan pembicara-pembicara itu mencerna dan membaca quote tersebut, apa mereka ndak merasa dikerjain sama Alm. Bob Sadino dan segera resign dan bangkrutlah perusahaan mereka (read: lebay).

Tidakkah beliau-beliau itu melihat seorang karyawan profesional seperti :

– Sundar Pichai seorang kelahiran India yang berhasil mengimplementasikan ilmunya dan menapaki tangga karir sampai menjadi seorang CEO di perusahaan raksasa internet (baca : google)

– Tim Cook seorang kelahiran Alabama yang bekerja selama kurang lebih 12 tahun dan akhirnya menjadi pengganti posisi seorang visioner Steve Jobs (baca : apple)

– Arcandra Tahar orang asli Indonesia yang dianggap berkebangsaan ganda menekuni disiplin ilmunya dan berkarir diperusahaan internasional sampai menjadi presiden direktur Petroneering dan sampai akhirnya dipanggil menjadi presiden menjadi menteri meskipun hanya sebentar.

– Dimiyati, seorang general manager disebuah perusahaan consumer good ternama di Indonesia yang berkarir mulai dari seorang salesman motoris dan saat ini berada di top management.

Saya kira 4 figur yang saya buat contoh diatas cukup membuat kita berpikir kalau menjadi seorang karyawan itu tidak sehina yang mereka katakan (read : Alm. Bob Sadino, dll).

Bagaimana dengan jam kerja dan fasilitas?

Banyak orang yang ngomong bahwa menjadi pengusaha bebas menentukan waktu kerja ,menentukan pencapaian mereka sendiri, berinovasi sendiri dan memperoleh keuntungan sendiri. Justru seorang pengusaha itu jam kerjanya lebih padat tidak kenal waktu, harus dapat memanage semua resource yang dimiliki, dan harus membiayai semua pekerjaan dan operasionalnya sendiri. Siap jadi pengusaha?

Sebenarnya sama dengan seorang pegawai, seorang pegawai mendapat fasilitas lengkap. Ruang kerja full AC (kalau ada), kendaraan operasional (kalau ada), hotel jika dinas luar, BBM dan uang makan semua bisa diclaim, penggunaan internet sepuasnya, dll. Tapi bedanya disini semua ide dan effort dari seorang karyawan adalah milik perusahaan yang dinaungi tersebut. Oke cukup fair kan, perusahaan mendapatkan hasil jerih payah kita dan perusahaan juga yang memberi semua fasilitas kepada kita.

Saya menulis ini karena menurut saya menjadi seorang yang buka usaha, pengusaha, dan pegawai itu adalah pilihan, jadi jangan lagi ada pandangan bahwa enterpreneur itu lebih baik dari karyawan. Mari hargai apapun profesi kita dan mari kita maksimalkan ide dan effort yang kita miliki untuk usaha ataupun perusahaan yang menghidupi kita.

See you on top.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Think less, feel more