Kamu Sedang Patah Hati? Yuk Belajar Regulasi Emosi Biar Galaumu Teratasi!

Kamu-kamu yang buka ini, pasti sedang atau pernah patah hati, iya kan? Sedih karena diputusin pacar? atau galau karena calon gebetan tak punya perasaan sama besar? Sulit memang menerima kenyataan bahwa seseorang yang begitu kita harapkan kontribusinya dalam hal transaksi perasaan memilih mundur dan berputar haluan dari sikap yang kita inginkan. Alhasil perasaan ditolak dan merasa kehilangan pun bersatu menjadi energi negatif tersimpan yang mampu buat hidupmu kelabu entah sampai kapan.

Advertisement

Padahal sebuah penelitian mengatakan bahwa hanya terdapat dua buah sumber kesedihan manusia di dunia, yaitu perasaan ditolak dan kehilangan. Ajaibnya dua buah sumber kesedihan tersebut ada di dalam satu fase percintaan manusia, yaitu patah hati. Gimana nggak? wong lagi kasmaran-kasmarannya malah disuruh berhenti mencintai, maksud hati ingin merajut mimpi masa depan bersama eh malah disuruh cari orang lain lagi atau hati sudah terlanjur memilih bahwa doi pasti cocok jadi kekasih, nggak taunya dia cuma dateng buat permisi.

Kesedihan akibat ditolak dan (akhirnya) kehilangan pastinya menjadi ‘jackpot’ ganda yang mau nggak mau harus kamu nikmatin. Eits.. tapi jangan terlalu lama juga nikmatinnya, ya! Karena habis baca ini, kamu harus bangkit dan bangun lagi. Janji?

Emosi yang bergejolak di dalam hati membuatmu sedikit berbeda dari sehari-hari

Advertisement

Seseorang yang baru saja mengalami putus cinta atau kegagalan dalam melakukan "PDKT" bisa dipastikan dia pasti memiliki emosi tersendiri yang bergejolak di dalam hati. Oleh karena itu, seseorang yang sedang mengalami patah hati disarankan untuk mampu mengendalikan diri dan emosi tersebut agar dapat bersikap tenang dan terhindar dari sikap kekanak-kanakan yang mampu membuatnya dinilai sebagai orang rendahan.

Seseorang yang sedang berusaha mengendalikan diri dan emosi selepas kejadian percintaan pahit yang telah dialami, umumnya bersikap berbeda dari kesehariannya seperti lebih ceria dari biasanya atau lebih menutup diri dari orang-orang sekitarnya. Hal tersebut normal terjadi karena otakmu mengirim pesan kepada diri sendiri untuk melakukan regulasi emosi. Nah, apa sih sebenarnya regulasi emosi itu?

Advertisement

Regulasi emosi adalah kemampuan individu untuk tetap tenang meskipun sedang berada di bawah tekanan (Reivich & Shatte, 2002) Kemampuan seseorang dalam melakukan regulasi emosi sangat diperlukan, khususnya bagi muda-mudi yang masih rentan dalam beradaptasi dengan emosi yang mereka miliki.

Mengingat setiap harinya kita dipaksa berinteraksi dengan orang lain, mampu melakukan regulasi emosi dengan baik dapat membuatmu terlihat bahagia meskipun sebenarnya kegalauan masih meraja, nggak mau dong dibilang nggak professional karena mencampuradukkan perasaan dengan pekerjaan atau pelajaran? Nah, orang yang berhasil melakukan regulasi emosi secara otomatis dia memiliki kemampuan dalam mengelola emosi sehingga emosi dapat keluar tepat waktu, tepat situasi kondisi dan tepat porsi. Jadi nggak ada emosi yang terbuang sia-sia, toh?

Menurut Gross (1998) regulasi emosi mengacu pada proses seseorang dalam memengaruhi emosi yang ia miliki, sehingga emosi tersebut dapat keluar di saat yang tepat, tempat yang tepat dan dengan cara yang tepat. Regulasi emosi juga dapat dikatakan mengacu kepada usaha-usaha yang dilakukan oleh individu untuk mengatur emosi mereka. Usaha tersebut bisa saja terjadi secara otomatis atau pun terkontrol dan sadar ataupun tidak sadar (Gross, dkk.,2006).

Kemampuan regulasi emosi diperlukan supaya hidupmu tetap bisa berjalan

Regulasi emosi biasanya dilakukan oleh orang yang patah hati agar dia mampu menerima kenyataan usai tersakiti. Emosi yang umumnya dimiliki seseorang yang patah hati contohnya seperti marah, kesal, cemburu, bingung dan sedih sering kali hinggap di benak mereka dalam jangak waktu yang cukup lama, sehingga kemampuan meregulasi emosi sangat diperlukan agar hal tersebut tidak mengganggu interaksinya dengan orang lain dalam keseharian.

Namun, tingkat keberhasilan seseorang dalam melakukan regulasi emosi tersebut sangat bergantung dari kepribadian orang tersebut dan kedalaman rasa sedih yang dirasakan atas situasi yang dialaminya.

Menurut jurnal dari mahasiswi fakultas psikologi Universitas Airlangga yang berjudul Regulasi Emosi pada Wanita Dewasa Awal yang Ditolak Cintanya (Studi Kasus Pada Cinta Tak Terbalas), seseorang yang patah hati dengan kepribadian asertif (kemampuan seseorang kemampuan seseorang menyatakan keinginan dan perasaannya secara langsung, spontan, bebas dan jujur tanpa merugikan diri sendiri dan melanggar hak-hak orang lain), biasanya nggak ragu untuk mengemukakan perasaan dan pikiran mereka tentang kisah cintanya yang tak terbalas, sedangkan orang yang patah hati dengan kepribadian pasif, cenderung lebih mengalah terhadap situasi.

Meskipun begitu, kesamaan dari kedua tipe kepibadian tersebut adalah mereka akan tetap menunjukkan bahwa dirinya sedang bahagia dan baik-baik saja ketika dihadapkan dengan seseorang yang membuatnya patah hati. Mereka tidak akan membiarkan orang yang bersangkutan mengetahui kondisi mereka yang sebenarnya karena hal itu akan membuat mereka terlihat menyedihkan di mata orang tersebut. Dengan kata lain, mereka akan pura-pura bahagia meski paham hal itu adalah dusta.

Ayo curhat! Kehadiran sahabat mampu menjadikanmu lebih kuat

Agar proses regulasi emosimu berjalan lancar dan sesuai harapan, tekad kuat dalam diri memang perlu ditanam dalam dalam, tapi juga jangan lupa peran penting para sahabat akan membuatmu jauh lebih kuat. Salah satu langkah kecil yang bisa kamu ambil untuk memulai proses regulasi emosimu ialah dengan bercerita tentang isi hati dan keluh kesahmu (rasa sedih, kesal ataupun kecewa) yang selama ini tertahan kepada orang yang bersangkutan ataupun kepada orang-orang terdekat yang kamu percaya.

Setelah mengeluarkan isi hati, kamu akan merasa jauh lebih tenang akibat rasa sedih yang telah berkurang. Rasa tenang yang kamu punya akan memicu kamu untuk mampu melakukan langkah yang lebih jauh dan lebih besar lagi, yaitu dengan membuka diri terhadap aura positif dari lingkungan sekitar, seperti berkumpul dan bercanda dengan para sahabat, melakukan perjalanan, menonton film ataupun melakukan perawatan diri.

Oleh karena itu, seseorang yang mulai melakukan proses regulasi emosi dapat mudah dikenali dengan perilakunya yang terlihat berbeda dari keseharian yang ia miliki sebelum patah hati itu terjadi. Meskipun begitu, regulasi emosi dapat berakibat pada perubahan sifat seseorang, seperti seseorang dapat menjadi lebih aktif ataupun lebih pasif akibat kesadaran bahwa dirinya yang baru telah lahir.

Jadi, apa kamu sudah siap untuk meregulasi emosimu sekarang? Ayo segera kita lakukan!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Jalanin aja, jangan dilawan.

CLOSE