Mawar Merah, Tanda Cinta yang Telah Sirna

Masihkah kau ingat mawar merah tanda cinta yang kau beri untukku?

Advertisement

Deru ombak dan temaram senja mengiringi hadirmu. Bersama setangkai mawar, kau berdiri ragu di hadapanku. Kemudian diikuti manisnya kata cinta yang tercurah dari bibirmu; sungguh menyejukkan hati. Kala itu, jelas tak mampu aku sangsikan perasaanku juga sama sepertimu. Aku juga memendam cinta kepadamu.

Semesta bersaksi, senja di Bulan Juli menyaksikan itu; kita sepakati menjadi sepasang kekasih.

Hariku setelah senja itu tak lagi sama, ada rasa yang berbeda dari biasanya. Semua perhatianmu sungguh mengubah alur hidupku. Mungkin terlalu angkuh untuk menyebut diriku wanita paling bahagia di dunia, tapi begitulah yang aku rasa saat-saat itu. Tak hanya dirimu, aku juga tak ingin kalah. Semua perasaan dan perhatianku juga semua aku serahkan kepadamu. Kau menjelma jadi duniaku. Segala tentang sosokmu jadi candu bagiku, bahkan sehari tanpa kabarmu seakan mampu mengangkat waras dalam benakku.

Advertisement

Namun kini…

Semua cintamu mulai luruh oleh waktu. Bukan sekali kau hilang tanpa kabar. Kau mulai berlari untuk dikejar dan hilang untuk di cari, tapi sampai kapan aku bisa mengerjarmu, sampai kapan aku bisa mencarimu? Raga dan hatiku pun kini mulai lelah berlari dan mencari. Sabar, itu kata yang selalu kau bisikkan di telingaku. Namun apakah kau sadar aku ini juga hanyalah manusia biasa yang tak punya kuasa untuk terus memelihara sabar dalam diriku?

Advertisement

Setiap kau pergi dan hilang tanpa jejak, aku hanya mampu terdiam dan menatap mawar merah pemberianmu kala itu. Mawar tanda cintamu dahulu kini warnanya telah memudar. Harumnya telah sirna dan tangkainya mulai layu. Mungkin begitupun dengan cintamu kini. Dulu setiap menatap setangkai mawar pemberianmu itu, hatiku berbunga namun kini menatapnya hanya membawa duka.

Sayang…

Mawar yang kau beri dulu untukku kini akan aku biarkan mengering. Jadi tetaplah setia di pelarian dan persembunyianmu, jangan kembali lagi. Seperti mawar itu, hatiku kini telah mengering dan tak mungkin kembali mekar.

Aku menyerah.

Selamat tinggal.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

belajar dari kata lalu buat jadi nyata

CLOSE