Pancasila: Bukan Hanya Sekedar Lima Sila Tak Bermakna

Pancasila, pancasila, dan pancasila,

Hidup bernegara tanpa dasar yang kuat dan kokoh, bak air laut yang terhempas kesana kemari terbawa tiupan angin; tanpa arah dan tujuan, mudah goyah dan terpengaruh sana-sini. Pancasila bukan merupakan milik satu agama, ras, dan suku tertentu, melainkan milik kita bersama, rakyat Indonesia.

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, dan tak terasa, pada 1 Juni 2018 ini pancasila sudah genap berumur 73 tahun. Sudah 73 tahun sejak sidang PPKI menentukan dasar negara dilaksanakan. Mungkin sebagian dari kita tidak mengetahui betapa keras dan hebatnya sidang tersebut berlangsung, bagaimana letihnya merumuskan dan menetapkan dasar sebuah negara yang masih sangat newbie kala itu.

Namun, tidak ada kata terlambat bagi kita untuk mulai memupuk cinta dan mulai mengamalkan apa yang Pancasila ingin kita lakukan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Ir. Soekarno, Muh. Yamin, Prof, Soepomo, beserta para tokoh-tokoh pejuang lainnya telah memikirkan dasar negara yang benar-benar pantas untuk Indonesia. Apabila kita meneliti lebih lanjut makna di dalam pancasila, tidak ada kecenderungan untuk memilih blok barat dengan paham liberalismenya maupun blok timur dengan paham komunismenya. Indonesia memiliki paham nasionalisme demokrasi yang lebih cocok untuk rakyatnya.

Mari kita menggali makna secara singkat dari Pancasila

Mulai dari silanya yang pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini bermakna bahwa rakyat Indonesia haruslah rakyat yang beragama, menganut satu dari enam agama yang telah diakui dan diizinkan oleh negara. Suatu hak bagi manusia untuk menentukan keyakinannya sendiri dan tidak ada paksaan dalam menganutnya.

Oleh karena itu, laksanakan perintah agama, maknai hakikat ajaran agama yang dianut dengan sepenuhnya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam menjalankannya.

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Beradab berarti memilik adab, adab berarti kehalusan dan kebaikan budi pekerti. Sumber dari kejahatan dan kerusuhan adalah perilaku orang-orang yang tidak beradab. Memang dari perilaku tidak beradab tersebut mungkin ada yang menguntungkan bagi mereka.

Tetapi, bagaimanapun sesuatu yang didapat dari cara yang buruk, tetaplah hasilnya buruk. Janganlah meniru perbuatan itu. Jadilah agen perubahan yang memiliki budi luhur yang baik. Jangan melakukan kecurangan meskipun ada celah.

Sila ketiga. Persatuan Indonesia. Indonesia terkenal dengan suku budayanya yang sangat beragam. Negara kepulauan dengan beribu pulau yang terpisahkan oleh lautan luas penuh sumber daya alamnya. Memang sekilas akan terpikir banyak sekali hal yang memisahkan rakyat Indonesia satu sama lainnya, sangat rentan untuk terjadinya disintegrasi.

Namun berpikirlah sebaliknya, manusia memang sudah ditakdirkan hidup dengan tidak memiliki kesamaan dengan manusia lainnya. Bagaimana tidak? Kita lahir dengan satu set DNA yang merupakan gabungan dari ayah dan ibu kita yang diantaranya juga memiliki keragaman. Perbedaan dan keberagaman memang akan selalu ada, tapi pemikiran untuk melihat persamaan diantara rakyat Indonesia itu yang jarang ada dalam benak kita.

Layaknya melihat film horror, bagi dia yang penakut, mungkin sepanjang hidupnya dia tidak akan mau melihat film itu. Tetapi, apabila ada teman-teman disekitarnya yang menemaninya, menonton bersama, rasa takut itu akan berkurang bahkan bisa saja menghilang. Begitu juga dengan rakyat Indonesia, banyak sekali hal menakutkan yang bisa datang kapan saja pada negara ini, “penjajahan”, eksploitasi sumber daya alam oleh negara asing, dan masih banyak lagi.

Tidak semua dari kita adalah pemberani yang berani membuat perubahan dan menegakkan kebenaran, tapi apabila semua rakyat Indonesia bersatu, bersama-sama saling membantu dan mendukung satu sama lain, itu akan membuahkan hasil yang sangat besar. Mau sampai kapan kita dipanggil sebagai developing country?

Sila keempat. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Rakyat mempercayakan kepada pemerintah dan petinggi negara akan arah gerak negara ini melalui perauran-peraturan yang dibuat. Maka dari itu, jagalah kepercayaan rakyat dengan menggunakan kewenangan yang Anda miliki untuk membuat dan menetapkan keputusan yang baik.

Tidak semua masalah dapat diselesaikan sendiri, maka bergotong royonglah, saling membantu sama lain. Musyawarah adalah jalan terbaik untuk mengambil suatu keputusan. Dari ide masing-masing individu apabila didiskusikan bersama, bisa menghasilkan ide yang terbaik. Selain itu, keputusan yang diperoleh dari hasil keputusan bersama akan mudah diterima dengan legawa oleh semua individu.

Sila Kelima. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kata adil bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya; sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak;tidak sewenang-wenang. Maka dari itu, baik dari jajaran petinggi negara maupun rakyat Indonesia hendaknya tidak memandang sebelah mata, seseorang yang baik hati kepadanya maupun seseorang yang tidak ia kenal.

Sesuatu yang benar harus ditegakkan, yang salah harus diberi sanksi yang sesuai dan setimpal. Apalah guna majelis kehakiman, fakultas hukum diseluruh universitas di Indonesia, apabila keadilan masih menjadi pertanyaan besar?

Dan masih banyak lagi esensi dari kandungan pancasila yang sangat bermakna. Memperingati hari lahirnya pancasila ini, mari pemuda bangsa, cintailah negara kita dengan sepenuhnya. Boleh jadi kita sudah terpana oleh kemajuan dan kecanggihan negara asing, tetapi coba tatap kembali negara kita dilahirkan, sudahkah ia berubah menjadi lebih baik semenjak kita pertama kali membuka mata.

Pembelajaran yang kita lakukan hari demi hari, di sekolah, di kampus, di universitas, jangan sia-siakan, tidak berguna, dan tidak bermanfaat begitu saja. Sudihkah kalian telah menghabiskan puluhan tahun menimba ilmu tapi tidak ada bentuk nyata darinya? Berkaryalah, berinovasi, dan berbudi pekerti lah yang baik demi masa depan bangsa Indonesia yang cerah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hai, generasi penerus bangsa! Saya Aulia Putri Fadriyana, Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya