Pengabdi Negara atau Pengabdi Jimat?

Melihat carut marutnya seleksi CPNS 2018

Beberapa waktu terakhir semenjak tulisan ini ditulis, ada berita yang cukup nyentrik namun memprihatinkan. Beberapa peserta Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang sedang mengikuti tes tertangkap oleh petugas membawa suatu jimat. Dilansir dari Kompas.com puluhan peserta tes CPNS di Kabupaten Madiun, Jawa Timur kedapan membawa jimat sebelum masuk ke dalam ruang ujian.

Dengan alasan untuk menambah kepercayaan diri dan dimudahkan untuk mengisi soal CPNS, para peserta yakin dan mantap dengan membawa jimat. Padahal, Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Madiun, Sigit Budiarto, mengatakan, sebenarnya pihaknya sudah berulang kali mengimbau dan melarang peserta tes CPNS untuk membawa jimat ke ruang ujian.

Bahkan pihaknya telah menebar pengumuman larangan untuk untuk membawa jimat lewat website Pemerintah Kabupaten Madiun. Peserta yang membawa jimat tersebut, disembunyikan di kerah baju, tali bra, dan mohon maaf sampai ke celana dalam. Peserta yang membawa, masih diperbolehkan untuk mengikuti tes "Tanpa membawa Jimat". Jimat dapat diambil kembali setelah mengikuti ujian.

Mengenai sanksi bagi yang membawa jimat, dilansir dari detik.finance.com, Kepala Biro Hubungan Masyarakat Badan Kepegawaian Negara (BKN) Mohammad Ridwan mengatakan, tak ada sanksi yang diberikan kepada peserta yang kedapatan membawa jimat.

Panitia hanya akan menyita sementara jimatnya. Beliau mengatakan, hanya ada sanksi sosial terhadap peserta yang membawa jimat, bisa jadi ditertawakan petugas, atau mungkin pada saat pengumuman tidak lolos passing grade, akan memberikan efek jera dan malu terhadap pelakunya.

Bisa di bilang, Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah suatu kerjaan yang paling diidamkan banyak orang di Indonesia. Setiap tahun pasti formasi dalam pendaftaran ini ludes terisi. Ratusan sampai ribuan masyarakat Indonesia berbondong-bondong mendaftar.

Saking banyaknya yang kepengen kerjaan tersebut, banyak juga yang menggunakan cara lain alias menghalalkan segala cara untuk bisa lolos, termasuk menggunakan jimat. Cara-cara dahulu seperti menyuap, menggunakan kenalan orang dalam, ataupun hal lainnya mungkin sudah semakin sulit, dikarenakan sistem tesnya yang sulit dan ketat.

Sekarang bicara tentang Soal tes CPNS itu sendiri. Berbicara mengenai tesnya, ada beberapa pendapat mengatakan kalau tes tahun ini susah, adanya passing grade yang tinggi, dan lain sebagainya. Hal tersebut diperjelas Ridwan, yang dilansir dari wartakota.tribunnews.com , dimana soal CPNS tahun ini tidak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya, terutama pada soal Seleksi Kompetensi Dasar atau SKD.

Menurutnya, jumlah yang lolos di tes SKD cukup banyak. Namun, kenyataanya sebaliknya. Diakibatkan SKD yang memiliki passing grade yang cukup tinggi, Kepala BKN, Bima Haria Wibisana buka suara. Beliau menjelaskan tidak akan menurunkan passing grade yang telah berlaku. Untuk jumlah yang diterima, baru 13 persen secara nasional. "Kalau di pusat lebih dari 20 persen yang lulus, yang di daerah ini menjadi masalah karena nilai kelulusannya rata-rata hanya 3 persen," ungkap Bima.

Kemudian dilansir juga dari www.okezone.com , bahwasnya soal yang digunakan untuk CPNS dibuat oleh 18 perguruan tinggi (PT). Bayangkan saja, soal yang keluar untuk menguji kepahaman calon pengabdi negara akan seruwet apa bila dibuat oleh orang-oramg akademisi yang berasal dari perguruan tinggi.

Penggunaan jimat dirasa cukup unik dalam melakukan tes, sekaliber tes CPNS. Bagaimana tidak, jimat yang dulunya hanya digunakan untuk kekebalan, penggelaris dagangan, ataupun sebagai pemikat pujaan hati, sekarang mempunyai fungsi lain, yaitu untuk "Pengencer Otak". Bayangkan saja, dengan penggunaan jimat, orang yang tidak belajar berkeyakinan dapat mengerjakan tes dengan nilai maksimal, wow.

Para joki ujian, pembocor soal CPNS, sampai yang membuat buku tips dan trik serta bank soal CPNS akan kalah saing dengan yang namanya "Jimat". Mbah dukun bakalan laris diserbu pasar dan mungkin saja bisa buka cabang diseluruh daerah. Mereka akan punya penghasilan sampingan selain jimat-jimat pada umumnya. Bisa jadi, jimat "Pengencer Otak" ini akan dipakai pada ujian-ujian lainnya, misalnya Ujian Nasional untuk Sekolah.

Kita ketahui saja, jimat menjadi local wisdom yang masih ada di kalangan orang-orang, terutama yang masih menganut kepercayaan nenek moyang atau bisa disebut "Syirik" dalam Islam. Well tiap orang beda-beda cara untuk mendapatkan sesuatu, namun hal seperti ini adalah cara yang unik, namun tidak jujur.

Ketidakjujuran saja ditampilkan pada saat proses meraih "pengabdian", apalagi pada saat sudah menjadi pengabdi negeri ini, mungkin bisa jadi lebih parah dan malah melanggar aturan. Ini bukan pengabdi Negara namanya, tapi ini "Pengabdi Jimat".

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Selamat datang di Profil saya. Saya adalah seorang Apoteker yang senang nulis semaunya. Terima kasih telah mampir dan membaca tulisan-tulisan saya, selamat membaca.