Surat Cinta untuk Sahabat Terbaik: Aku Tak Mau Kehilanganmu

Jika di suratku sebelumnya aku berkisah tentang bagaimana aku merasa sedih karena engkau, duhai sahabatku, yang dengan percaya dirinya mempertontonkan auratmu dan bergandengan dengan laki-laki yang bukan muhrimmu. Kali ini aku akan berkisah tentang kecewanya aku terhadap diriku sendiri karena tidak dapat menjadi sahabat yang baik untukmu.

Sahabat? Apa itu sahabat?

Bagiku, sahabat adalah orang yang begitu dekat dengan kita, seiya sekata, selalu menemani kita, menghibur kita, memeluk kita, mendengarkan kita, dan berbicara pada kita. Sahabat adalah orang yang tertawa dengan kita bahkan terkadang mentertawakan kita. Sahabat adalah orang yang merasa sedih bila kita sedih, dan merasa kehilangan jika kita tidak ada. Sahabat adalah seorang teman yang kita sayangi, bukan karena fisik, bukan karena harta, bukan karena keturunan, bukan karena agama, bukan pula karena kepintaran. Tapi, sahabat adalah teman yang kita sayangi karena dia adalah sahabat kita. Kita menyayanginya tulus dari hati, bukan karena kita ingin terus ada didekat mereka, cukup mereka bahagia, itu sudah cukup.

Saat ini, aku tahu bahwa kita tak lagi dekat, tak lagi seiya sekata, tak lagi saling menemani, tak lagi saling menghibur, tak lagi saling berpelukan, tak lagi saling mendengarkan, dan tak lagi saling bicara. kita bahkan tidak pernah tertawa bersama lagi. Tapi, apakah itu menjadikan kita bukan lagi menjadi sahabat? Tidak. Kita tetap bersahabat, meskipun kita berjauhan. Kita tetap bersahabat, karena sungguh aku masih sangat menyayangi dan mencintaimu. Aku mencintaimu karena engkau adalah sahabatku, sahabat yang aku sayangi karena Allah. Karena Allah, dulu memberiku seorang sahabat, yaitu kamu.

Aku ingin engkau bahagia sahabatku, aku ingin kau bahagia di dunia dan di akhirat. Ini aku tulus ucapkan, ini pun tulus aku inginkan. Aku ingin kita semua bisa berkumpul dan bercengkrama lagi di surga-Nya.

Maaf, bila sebelum-sebelumnya, dakwahku pada begitu keras. Percayalah, semua itu karena aku tidak tahu caranya harus seperti apa. Sungguh, aku ingin kau mengetahui apa yang aku ketahui. Karena jika kau tahu apa yang aku tahu, maka aku yakin kau pun akan melakukan hal yang sama denganku. Kau salah jika menganggapku aneh, sesat, fanatik, dan lain sebagainya. Aku hanya ingin kita sama-sama taat kepada-Nya. Aku ingin kita bersama-sama mencintai-Nya.

Aku terkadang kesal pada diriku sendiri. Mengapa aku begitu bodoh! Mengapa untuk mengajak sahabatku sendiri pada kebaikan itu sangat sulit? Mengapa aku tidak dapat melakukannya? Mengapa aku ragu-ragu pada kebenaran, mengapa aku tidak sepenuh hati pada kebaikan. Sekarang aku tersadar, mungkin selama ini aku kurang sabar. Aku terlalu terburu-buru memaksamu untuk berhijrah seperti diriku, padahal sebenarnya kau membutuhkan waktu.

Tapi, ketahuilah sahabat. Itu semua karena aku begitu takut. Aku takut waktuku atau waktumu tak cukup lagi untuk bertaubat. Aku takut kita meninggal dalam gelimangan dosa diantara kegelapan. Aku tidak memintamu untuk memasuki suatu komunitas atau organisasi keagamaan, aku tidak meminta uang darimu, aku tidak akan meminta apapun darimu. Demi Allah, aku hanya ingin memintamu satu hal saja, maukah kau mencintai Allah bersamaku?

Hanya itu saja, itu saja kawan.

Maaf, aku bukan sahabat yang baik untukmu. Aku tidak bisa menemanimu ataupun menghiburmu lagi seperti dulu. Tapi, aku ingin selalu mengingatkanmu pada kebenaran dan kebaikan. Maaf, bila di matamu aku gagal menjadi seorang sahabat. Aku memang telah gagal. Bahkan, untuk mencapai keinginanku dalam mengajakmu pada Allah pun aku tidak mampu. Aku gagal menjadi seorang sahabat. Maafkan aku kawan, aku memang menyedihkan.

Dulu aku selalu mendukungmu, bahkan itu dalam kesesatan. Itu semua karena aku belum tahu. Andai saja waktu bisa kuputar. Andai saja sejak dari dulu aku bertaubat, tentu kau pun akan kuajak bersama dalam taat karena saat itu kita begitu dekat. Tapi saat dulu itu, apa yang telah kuperbuat? Aku malah pernah bersamamu dalam maksiat. Maafkan aku sahabat. Maaf karena aku pernah menjadi sumber dosa bagimu.

Aku ingin menebus kesalahanku di masa lalu. Aku ingin terus mengingatkanmu pada kebaikan dan kebenaran. Aku ingin melakukannya tanpa melukai hatimu, tapi kau paham apa yang aku maksud. Maaf, untuk aku yang sangat bodoh ini. Aku begitu bodoh, bahkan untuk berbicara pada sahabatku sendiri, aku tak tahu bagaimana caranya.

Semoga Allah menyayangimu, duhai separuh hatiku. Semoga Allah memberkahimu duhai sahabatku.

Sungguh sahabatku, aku begitu merinduimu.. aku merinduimu untuk bersama-sama dalam taat. Maafkan aku yang telah gagal menjadi sahabat untukmu.

Rindu..

Seperti inilah rinduku padamu

Rindu, agar kau mendapat hidayah yang sama denganku

Rindu, agar orang yang kucintai bersama-sama taat denganku

Rindu, agar sahabatku mau mencintai Allah bersamaku

Tak rela rasanya, saat diri ini sedang berada di samudra ketaatan

Sedangkan orang terkasih, sedang tenggelam dalam gelapnya lumpur kemaksiatan

Tak tega rasanya, diri bersandar di atas dipan-dipan rahmat-Nya

Sedangkan orang terkasih terlunta-lunta dalam murka-Nya

Tentu kita tidak akan rela, tentu kita tak akan tega

Tentu kita ingin orang terkasih berada dalam barisan yang sama

Bersama-sama di jalur yang benar, agar selamat dunia akhirat

Bersama lagi menuju surga-Nya, bersama lagi mencapai ridho-Nya

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Guru Anak-Anak Istimewa