Fajar Sad Boy Laku di TV, Deddy Corbuzier Sayangkan Kegemaran Publik Menertawakan Kebodohan

Belakangan ini jagat hiburan tanah air mulai dari podcast di kanal-kanal YouTube, hingga acara televisi banyak yang mengundang remaja viral Fajar Sad Boy. Remaja 15 tahun itu dinilai menghibur penonton yang gemas ketika ia gagal paham menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana dari para host acara. Misalnya saat ditanya jumlah saudara kandung, dan anak tertua dalam keluarga, Fajar Sad Boy selalu gagal paham, sehingga mengundang tawa penonton.

Advertisement

Hal itu membuat Fajar Sad Boy semakin laku diundang acara-acara televisi. Namun, presenter dan YouTuber Deddy Corbuzier justru punya pendapat berberda soal ketenaran Fajar Sad Boy. Deddy justru menyoroti fenomena masyarakat yang suka menertawakan kebodohan orang lain, seperti yang terjadi pada makin viralnya Fajar Sad Boy. Deddy juga mengkritik Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang membiarkan Fajar Sad Boy sebagai remaja di bawah umur yang sering muncul di televisi dan jadi bahan untuk ditertawakan karena dianggap bodoh.

Deddy Corbuzier menyayangkan publik yang suka menertawakan kebodohan seseorang

Deddy Corbuzier Fajar Sad Boy

Potret Deddy Corbuzier | Foto dari Instagram

Beberapa waktu lalu, Deddy Corbuzier membahas soal fenomena viralnya Fajar Sad Boy di podcast Close the Door. Namun, bukan seperti pada konten-konten podcast atau acara televisi lain yang membuat penonton menertawakan Fajar Sad Boy. Menurut Deddy Corbuzier ada konsep yang terbalik dari fenomena ketenaran Fajar Sad Boy.

“Sekarang itu yang famous (terkenal) sudah pada stupid (bodoh), kebalik cara berpikir Anda. Dan yang bikin famous bukan saya, tapi platform-platform yang angkat itu  semua,” kata Deddy Corbuzier, di podcast Close the Door pada Selasa (17/1).

Advertisement

Menurut Deddy Corbuzier, Fajar Sad Boy justru terkenal karena dianggap bodoh, bahkan ditertawakan dan dianggap menghibur. Deddy juga menegaskan bahwa dia nggak menganggap Fajar Sad Boy bodoh, namun publik yang menggap demikian.

“Saya nggak mengatakan dia bodoh, tapi netizen menganggapnya begitu,” imbuh Deddy Corbuzier.

Advertisement

Terlepas dari jalan rezeki Fajar Sad Boy yang kini banyak diundang di stasiun televisi, Deddy Corbuzier nggak menyalahkan pihak manapun terkait tayangan yang semacam reality show atau podcast yang mewawancarai Fajar Sad Boy. Namun, seolah wawancara mereka memang dibuat untuk menertawakan sikap Fajar Sad Boy.

“Yang ngewawancarain, yang nanya-nanya, sambil nahan ketawa, ini apa tidak mempermalukan Fajar Sad Boy sebenarnya?” kata Deddy Corbuzier.

Lebih lanjut mantan mentalis itu juga menyinggung tren tayangan yang kerap mempertontonkan kebodohan orang lain dan jadi bahan untuk ditertawakan, bahkan dianggap menghibur. Hal itu menurut Deddy Corbuzier membuat banyak orang berpikir bahwa menjadi bodoh bisa membuat orang terkenal dan mendapat uang.

“Fenomena ini diminati masyarakat karena adanya kecenderungan dari masyarakat untuk menyukai tontonan tentang kebodohan orang lain. Orang bodoh jadi terkenal dengan mudah, masyarakat jadi berlomba-lomba untuk jadi lebih parah,” tutur Deddy Corbuzier.

Deddy Corbuzier mempertanyakan peran KPI yang membiarkan Fajar Sad Boy ditertawakan publik

Selain fenomena di masyarakat yang suka menertawakan orang-orang yang dianggap bodoh, Deddy juga mempertanyakan peran KPI sebagai pihak yang mengawasi segala bentuk tayangan di televisi. Kemunculan Fajar Sad Boy di acara-acara televisi membuatnya semakin terkenal dan hal-hal yang dianggap bodoh darinya menjadi bahan untuk ditertawakan.

“Pertanyaan saya, bukan masalah Fajar diundang ke sini apa enggak, bukan Fajar ada di media sosial apa enggak, bukan masalah Fajar nangis-nangis beneran apa enggak, bikin quotes, mau pacaran umur 15 tahun, bukan itu. Permasalahannya adalah dia pada saat ada di TV, mana KPI?” kata Deddy Corbuzier.

Pria 46 tahun itu menyoroti peran KPI bukan tanpa alasan. Pasalnya, ia berkaca pada kasus sebelumnya daat ia memandu acara televisi dan mengundang anak yang masih remaja, dan berujung kena tegiran KPI. Hal tersebut membuat Deddy mempertanyakan peran KPI yang harusnya melindungi anak-anak usia di bawah umur, seperti Fajar Sad Boy dengan konten tayangan yang nggak bermuatan edukasi sama sekali.

Dedy Corbuzier juga membahas soal peraturan pada pasal 29 Peraturan KPI tentang pedoman perilaku penyiaran yang melarang melibatkan anak di bawah 18 tahun diwawancarai di luar kapasitas mereka dan mempertimbangkan keamanan dan masa depan mereka. Menurut Deddy, mengundang Fajar Sad Boy ke televisi adalah bentuk dari eksploitasi anak yang nggak hanya merugikan Fajar, tapi juga anak-anak di bawah umur yang menonton.

Diketahui, remaja pemilik nama asli Fajar Labatjo itu awal mula viral karena videonya yang menangis pilu karena diputus kekasihnya. Ekspresi pilu dan polosnya itu membuat Fajar jadi sorotan. Video itu diunggah oleh banyak akun hingga menjadi viral. Dari situlah, remaja kelahiran 2007 itu dijuluki Fajar Sad Boy.

Kemudian Fajar diundang wawancara di kanal YouTube Denny Cagur. Tingkah polos Fajar yang nggak paham saat ditanya soal pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti jumlah saudara kandung dan anggota keluarganya. Jawaban tak terduga dari Fajar membuat warganet jadi gemas dan membuat Fajar dianggap bodoh tapi menghibur. Dari situlah nama Fajar Sad Boy makin dikenal wawancara-wawancara yang jawabannya akan mengundang tawa.

Kemunculan Fajar Sad Boy yang viral dan diundang oleh stasiun televisi saat ini memang banyak terjadi. Muatan konten-konten mereka pun nggak kalah jadi sorotan. Tapi, sebenarnya apa sih yang bisa diambil dari konten-konten yang menertawakan hal-hal yang dianggap bodoh?

Terlepas dari ketenaran Fajar Sad Boy yang banjir job, bagaimana jika tayangan Fajar Sad Boy yang masih remaja ditonton remaja lain dan jadi hal yang dimaklumi kalau orang yang nggak paham atau dalam artian dianggap bodoh layak untuk ditertawakan? Tampaknya muatan konten-konten viral memang harus jadi perhatian ya SoHip.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat buku dan perjalanan

Editor

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day

CLOSE