Bekerja menjadi kewajiban utama bagi seorang manusia. Dengan bekerja, seseorang bisa memiliki penghasilan dan melanjutkan hidupnya. Biasanya orang-orang mulai bekerja setelah mereka lulus dari pendidikan. Entah itu SMP, SMA ataupun kuliah. Semua pekerjaan sebenarnya setara. Namun kadang gengsi membuat seseorang enggan untuk melakoni pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Baru-baru ini, dr. Tirta membagikan sebuah kisah inspiratif mengenai para karyawannya. Dalam cerita tersebut, dr. Tirta menekankan bahwa gengsi nggak akan membawa seseorang maju ke depan. Dua karyawan barunya ini berhasil mengalahkan rasa gengsi dan malu sampai mau bekerja meski berbeda jauh dengan jurusan dan gelar yang mereka miliki. Nah buat kamu yang penasaran, yuk simak cerita lengkap dari theard Twitter dr. Titra yang sudah Hipwee Showbiz rangkum di bawah ini!
ADVERTISEMENTS
Karyawan pertama merupakan seorang sarjana hukum yang kini bekerja sebagai cleaning service di kantor dr. Tirta
Jadi izinkan saya cerita 2 pegawai baru saya
Saya barusan hiring untuk cleaning service kantor saya
Ada 2 orang lulusan s1 ipk 3.45 melamar jadi office boy
Nah lhoh. Kenapa coba?
Ok jangan kaget dan judge, dengerin kisahnya dulu
Ini real. Lo bisa ke kantor gue temui mreka
— TIRTA (@tirta_cipeng) January 13, 2022
dr. Tirta membagikan sebuah cerita inspiratif mengenai 2 karyawan barunya lewat laman Twitter pribadi. Tirta menjelaskan keheranan sekaligus ketakjubannya pada karyawan yang baru saja bekerja untuknya. Pasalnya, dua orang pekerja tersebut melamar sebagai office boy. Padahal dua orang tersebut punya pendidikan yang tinggi dengan nilai yang cukup tinggi. Tirta merasa heran dengan pilihan sang karyawan tersebut.
Karyawan pertama yang menjadi office boy di kantornya tersebut merupakan sarjana hukum dengan IPK 3,45. Ia lulus 4 tahun dengan nilai yang baik. Rupanya, sang karyawan memilih untuk bekerja jadi cleaning service karena usaha bengkel yang ia miliki bangkrut karena pandemi. Ia kemudian memilih bekerja jadi cleaning service agar bisa hidup dan menabung demi mencapai gelar S2. Saat ditanya apakah ia malu, sang karyawan menjawab bahwa ia nggak malu bekerja sebagai cleaning service. Ia beranggapan bahwa pekerjaannya halal dan ia menjadi tulang punggung keluarganya. “Lo nggak malu IPK 3.45 jadi CS? jadi OB?,” tanya Tirta. “Sorry pak dok, saya ga malu. Yang penting keluarga makan, sukur-sukur dapet pengalaman dari dokter dan bisa sekolah lagi,” cerita dr. Tirta mengutip jawaban karyawan pertamanya.
ADVERTISEMENTS
Karyawan kedua sedang menyelesaikan skripsinya dan bekerja sebagai office boy. Sang karyawan membayar kuliahnya sendiri tanpa meminta pada orang tua
Selain karyawan pertama, dr. Tirta juga menceritakan karyawan lain yang masih berkuliah dan sedang menggarap skripsi. Sang mahasiswa tersebut belajar di jurusan ekonomi punya IPK 3.48 dan kini bekerja sebagai cleaning service di tempatnya. Saat mendapatkan pertanyaan yang sama, sang mahasiswa menjawab bahwa ia nggak malu bekerja sebagai cleaning service. Lebih mengagetkan lagi, sang mahasiswa memang sudah bekerja sebagai cleaning service di berbagai tempat semenjak ia berkuliah semester pertama. Ia membayar uang kuliahnya sendiri dan bisa membagi waktu dengan sangat baik.
Saat ditanya tujuan untuk bekerja sebagai cleaning service, sang mahasiswa menjawab ingin cepat menyelesaikan studinya dan mendapatkan pekerjaan dari sana. Ia juga berharap bisa mendapatkan pelajaran sekaligus pengalaman dari dr. Tirta atau teman-teman yang bekerja dengan sang dokter. “Tujuan lo jadi cs apa,” tanya dr. Tirta. “Saya mau kerja, skripsi kelar, saya bisa langsung kerja, sukur-sukur dapet pengalaman dari kawan-kawan bapak. Saya nggak malu jadi OB. Yang penting hahal dan nggak ngolong,” jawab sang karyawan dengan tegas.
ADVERTISEMENTS
dr. Tirta memberikan pekerjaan lain sesuai jurusan bagi dua karyawannya tersebut. Ia juga menawarkan pada warganet yang ingin belajar di kantornya
Setelah menceritakan kisah tersebut, dr. Tirta kemudian membahas tentang langkah yang ia lakukan untuk membantu 2 karyawannya tersebut. Ternyata dr. Tirta memberikan pekerjaan lain yang sesuai dengan jurusan dua karyawannya tersebut. Ia memberikan kesempatan pada karyawan pertama untuk mengurus legalitas hukumnya. Sementara karyawan dua belajar dan ditempatkan di posisi pembukuan mingguan untuk 4 toko miliknya. “Gua kasih kesempatan mereka berdua ini belajar ama tim senior gue. Jadi at least kalo suatu saat mereka keluar, mereka dapat ga cuma duit, tapi knowledge dan experice. Sesuatu yang sangat sulit didapat sekarang,” ungkap dr. Tirta.
Secara jujur, dr Tirta merasa tertampar dengan kisah perjuangan dua karyawannya tersebut. Karena itu, ia juga menawarkan pada warganet yang mau belajar dengan dia dan timnya. dr. Tirta mempersilahkan orang-orang yang mau bertamu dan belajar. dr. Tirta juga menambahkan bahwa kantornya terbuka 24 jam untuk komunitas dan para pekerja kreatif. “Jika kalian di Jakarta, mau bertamu belajar ama tim gue santai. Yang penting di atas jam kerja. Kantor gue terbuka 24 jam untuk komunitas dan kreativitas,” tutupnya.