5 Kisah yang Menjadi Bukti Bahwa Rezeki Takkan Bersembunyi, Jika Kamu Terus Mencari

Artikel Hipwee kali ini dipersembahkan oleh Tokopedia , online marketplace yang menawarkan pengalaman berjualan dan belanja yang pasti aman dan lebih nyaman.

Dalam banyak hal, kita menuntut balasan instan atas segala kerja keras yang kita kerahkan. Seolah kesuksesan adalah barang di minimarket yang bisa langsung dimiliki dengan mengambilnya dari rak dan merogoh sejumlah uang. Padahal, ada alasannya mengapa semua orang sukses menyimpan cerita kegagalan.

Anggaplah rezeki sebagai kucing Persia yang hobi main petak umpet denganmu, pemiliknya. Walau ia pandai sembunyi, kamu pasti menemukannya asal tak berhenti mencari. Toh pada akhirnya ia milikmu juga; yang wajib kamu lakukan hanyalah berdoa dan berusaha.

Lima pengusaha sukses di bawah ini juga pernah dihadapkan pada keadaan yang nyaris membuat mereka lupa bahwa rezeki takkan terus bersembunyi. Namun mereka menolak berhenti, hingga akhirnya menemukan apa yang selama ini mereka cari.

1. Lebih baik jadi pemulung daripada sampah masyarakat. Dari pekerjaan itu, Rizki mampu merintis bisnis gantungan kunci yang memikat

Rizki dengan gantungan Haji Lulungnya

Rizki dengan gantungan Haji Lulungnya

Rizki Auliadi adalah otak di balik gantungan kunci Haji Lulung “anti begal” yang laris manis beberapa waktu lalu. Karya kreatif ini adalah produk Evriz Souvenir & Craft, perusahaan milik Rizki. Bisnisnya sendiri bisa dibilang mapan. Pesanan terus berdatangan termasuk dari Korea dan Brunei Darussalam.

Namun Rizki sebenarnya lahir dari kondisi ekonomi non-ideal. Dari SMP sampai SMA ia harus mengamen demi uang tambahan. Ia pun pernah bekerja sebagai kuli pikul, pedangang pulsa eceran, sampai pemulung sampah. “Tapi tak ada yang sanggup menutupi biaya hidup,” tuturnya.

Rizki sempat depresi karena tak ada perusahaan yang mau mengambilnya jadi karyawan. Titik baliknya muncul ketika sang sepupu datang ke rumah, membawakan buku cara membuat hiasan dari clay. “Saya latihan selama sebulan, setelah hasilnya dilempar ke pasaran ternyata banyak yang suka,” tuturnya. Rizki yang pernah harus berjuang demi sepiring nasi ayam, sekarang sudah bisa menghidupi 6 karyawan full-time.

Seseorang tak layak disebut “gagal” hanya karena rezeki belum menghampiri. Mereka yang gagal adalah mereka yang memutuskan berhenti.

2. Selalu ada bagian dari kisah sukses yang justru bercerita tentang kegagalan. Bukan manusia namanya jika tak pernah keok setelah berjuang.

Dedy dan istrinya, Dhani

Dedy dan istrinya, Dhani

Ini diamini benar oleh Dedy Indrawan, pengusaha asal Jogja yang berbisnis online di bidang sprei dan bedcover. Setelah usaha pertamanya tutup dan dirinya terancam tak mampu melunasi hutang, Dedy dan istrinya Dhani memutar otak untuk mencari sumber pengeluaran baru. Apalagi, mereka juga punya 2 buah hati.

Ide brilian Dedy dan Dhani datang ketika mereka hendak pergi tidur: kenapa tidak menjual sprei dan bedcover saja di internet? Biaya produksi dapat dipotong karena kita tidak harus menyewa toko. Biaya marketing pun bisa ditekan karena Dedy bisa mengandalkan online marketplace-nya saja. Ia tinggal mendaftarkan tokonya secara cuma-cuma.

Dengan bantuan internet, Dedy yang tadinya hanya membuka usaha lokal di Jogjakarta kini bisa menjangkau pelanggan dari seluruh Nusantara. Tak ada rasa sesal karena pernah meninggalkan hidup sebagai karyawan bank. Satu lagi bukti bahwa rezeki takkan terus sembunyi: ia akan muncul jika kita gigih mencari.

3. Di masa awal perjuangan, banyak orang yang akan meremehkan. Kuncinya adalah terus berjalan saat kamu “disarankan” mencari jalur yang lebih aman

Awalnya diremehkan orang, sekarang direspek semuanya

Awalnya diremehkan orang, sekarang direspek semuanya


Dina Sri Agustin memegang keyakinan tersebut sejak ia masih tercatat sebagai karyawan perusahaan swasta sampai sekarang, saat keuntungannya sebagai pengusaha telah mencapai 11 kali lipat pendapatannya sebagai karyawan.

Dina, yang bergerak dalam bidang wall sticker online adalah tulang punggung sebuah keluarga dengan satu anak. “Saya masih ingat, dulu orang di lingkungan saya banyak sekali yang meragukan keputusan saya keluar dari perusahaan.” Ia pun pernah kemalingan motor — satu-satunya kendaraan yang ia punya untuk membawa barang dagangan. Setelah berkali-kali gagal merintis usaha, akhirnya ia memutuskan untuk fokus menjual wall sticker secara online.

Sekarang perempuan asal Malang ini melayani pesanan dari seluruh pelosok Indonesia, dari Kalimantan sampai Sumatera. Dari hanya beberapa motif, Dina kini punya lebih dari 300 motif wall sticker di Tokopedia. “Sekarang saya sudah bisa kredit motor lagi — bahkan kredit mobil,” katanya. Yang dulu selalu meragukannya? Sekarang harus tutup mulut dan menyaksikan kesuksesan Dina.

4. Rezeki memang tak kemana, tapi takkan mengetuk pintumu juga kalau tak berusaha. Lewat bisnis organizer yang ia miliki, Rahajeng Dyah Savitri membuktikan bahwa ketekunan adalah kunci

RAHAJENG (1)

Rahajeng Dyah Savitri masih berusia begitu belia — 21 tahun — ketika bisnis organizer yang dimilikinya berkembang pesat hingga mengharuskan mahasiswi ini mempekerjakan 8 orang karyawan untuk menyanggupi produksi. Lewat Radysa, nama perusahaannya, Ajeng menghasilkan berbagai organizer untuk aksesoris, perangkat olahraga, hingga bra dan kaos kaki.

Saat pertama kali memulai usahanya, modal Ajeng tidak banyak. Hanya sekian juta ditambah dengan kenekatan. Karena itulah ia memilih model bisnis online. “Selain berbiaya rendah, pemasarannya juga lebih efisien. Jangkauan pun jatuhnya lebih luas.” katanya.

Ketekunan adalah kunci Ajeng dalam mengembangkan usahanya. Selain itu, ia sebisa mungkin memperlakukan mereka layaknya keluarga. Ia tidak malu mengakui: karyawan-karyawannyalah yang telah bekerja keras mengembangkan Radysa selama ini. Jika karyawannya merasa betah, Ajeng yakin perusahaannya akan berkah.

Rezeki memang di tangan Tuhan. Tapi jika kita terus malas-malasan, sampai kapanpun ia akan tetap ada di tangan Tuhan.

5. Kamu tak layak dibilang gagal hanya karena rezeki tak juga datang. Anggaplah dirimu gagal jika memilih berhenti mengais-ngais peluang

Dari pengajar ke juragan sweater!

Dari pengajar ke juragan sweater!

Prinsip ini juga tercermin dalam kegesitan Abdurrahim, yang menggawangi perusahaan sweater dan sepatu khusus pria Gomuda, dalam menggeluti bisnisnya. Mantan guru SMA dan bimbingan belajar di Bandung ini berani menjungkirbalikkan hidupnya 180 derajat dengan banting setir menjadi pengusaha. Padahal, umurnya masih muda dan bidang garmen yang digelutinya pun bukan bisnis yang berisiko kecil.

Namun risiko tinggi itu tak sampai membahayakan, karena Abdurrahim cerdik mengambil peluang. Tahu bahwa pasar pria punya lebih banyak peminat, ia memfokuskan produksi pada pakaian pria saja. Setelah 4 tahun bisnisnya pun berkembang dan kini ia melayani pesanan hingga jauh ke luar kota Bandung. Semua ini karena Abdurrahman punya satu kunci: ia tidak berhenti mencari rezeki, bahkan di saat hidup berkata “Cukup!”

Untuk menjadi sukses, kamu tak perlu izin siapa-siapa. Yang kamu butuhkan hanya bekerja dan tekad baja.

Kita semua akan dihadapkan pada satu titik di mana kesuksesan tampak begitu jauh, seolah takkan terengkuh. Namun, lima cerita di atas sekali lagi menjadi bukti: rezeki hanya ada bagi mereka yang senantiasa mencarinya.

Kesuksesan takkan sembunyi kalau kamu terus mencari. Jadi, masih berpikir untuk berhenti?

Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis