“Skripsi bikin galau. Sekali dikerjain, dua kali pengen nyerah. Kapan selesainya coba?”
Hei kamu mahasiswa muda yang sedang menempuh suka-duka penulisan skripsi! Belum apa-apa, kok sudah mau menyerah? Yakin, ini gak bikin kamu menyesal suatu hari nanti? Padahal, segala kesulitan yang sedang kamu alami saat ini hanya sementara lho. Fase hidup yang lebih indah sebenarnya sudah menanti.
Skripsi justru bisa dianggap sebagai cobaan awal ketika akan mencapai gerbang kedewasaan. Rampung dengan tanggung jawabmu yang satu ini, kamu tidak akan dianggap sebagai anak kecil dan setelahnya mampu menjalani hidup yang lebih baik untuk diri sendiri.
ADVERTISEMENTS
1. Skripsi adalah gerbang menuju sarjana. Tanpanya, mengenakan toga dan memegang folder ijazah hanyalah mimpi semata
Skripsi memang ribet. Kamu harus rela mempersingkat waktu tidurmu demi mengejar-ngejar pertemuan dengan dosen pembimbing skripsi. Kamu pun rela menolak ajakan teman untuk bermain-main karena harus mengurung diri dengan tumpukan referensi dan literatur akademik di perpustakaan. Kadang-kadang kamu tetap tegar menelan pahit saat dosen yang kamu nanti tak kunjung nampak batang hidungnya. Eh, ternyata sang dosen sakit, urusan keluarga mendadak, mengisi seminar, penelitian keluar negeri, jadi bintang tamu di televisi, dan alasan-alasan lainnya.
Tapi inilah yang harus dikorbankan jika kamu ingin menyandang gelar sarjana. Gelar ini membanggakan, karena tidak semua orang bisa meraihnya. Wajahmu yang cantik dan ganteng di balik balutan toga layak diperjuangkan dengan mengetik semalam suntuk di depan laptop.
ADVERTISEMENTS
2. Menyelesaikan skripsi dengan segera juga membuatmu bisa lebih cepat move on. Kamu nggak stuck di kampus terus, dan bisa memulai perjuangan di bursa kerja.
Tak dapat dipungkiri, banyak perusahaan yang mensyaratkan gelar sarjana kepada kandidat yang mencari kerja di tempat mereka. Gelar sarjana ini tentu tak mungkin kamu kantongi jika tak selesai-selesai mengerjakan skripsi. Karena itu, segeralah merampungkan skripsimu karena masa depan yang lebih baik sudah menanti. Dengan pekerjaan yang jelas dan full-time, kamu bisa memperoleh gaji yang pasti, fasilitas impian, dan hidup dengan lebih banyak pilihan.
ADVERTISEMENTS
3. Sudah waktunya juga kamu memberi yang terbaik untuk orangtua. Malu dong kalau terus-terusan menerima?
Tak mungkin dipungkiri, kamu bisa hidup dan bekerja karena pengorbanan kedua orangtua. Ibu melahirkanmu. Bersama ayah, mereka berdua membesarkan dan mendidik dengan segenap tenaga dan dana hasil jerih payahnya. Kalau kamu mau menghitung berapa banyak tenaga dan dana yang mereka korbankan, percayalah kamu tak akan mampu! Tapi bukankah salah satu tugasmu adalah berusaha membalasnya?
Setelah merampungkan skripsi, kamu bisa move on dari kehidupan mahasiswa dan mulai mencari kehidupan yang mapan. Dengan gaji bulananmu, paling tidak ada beberapa lembar rupiah yang bisa dikirimkan untuk orang-orang rumah. Atau mungkin kamu bisa mengajak mereka makan bersama dan kamulah yang membayari. Kalau skripsi saja nggak selesai-selesai, kapan bisa mulai mencicil kembali kebaikan orangtuamu selama ini?
ADVERTISEMENTS
4. Setelah menyelesaikan skripsi, kamu tak lagi hidup sebagai mahasiswa yang cuma bisa minta uang jajan. Dirimu bisa mulai berpikir untuk menabung dan investasi.
Setelah melalui masa berbulan-bulan kerja, nalurimu untuk merencanakan fase kehidupan selanjutnya mulai tumbuh. Kamu tak lagi berpikir untuk bisa hidup di masa kini saja. Uangmu tak semata terhambur untuk belanja dan bersenang-senang. Sebaliknya, kamu juga bisa berpikir bagaimana dapat bertahan hidup setahun lagi, dua tahun lagi, tiga tahun, dan seterusnya hingga Tuhan memanggil. Kamu tak akan pernah tahu apakah besok masih bisa bekerja atau tiba-tiba perusahaanmu pailit dan kamu dipecat sepihak. Kamu tak pernah tahu bilamana hari ini diberi sehat walafiat. Tiba-tiba keesokan harinya, kamu sakit keras dan diwajibkan menanggung biaya perawatan rumah sakit yang tidak sedikit.
Mengantisipasi hal yang demikian, maka yang akan kamu lakukan adalah buru-buru membuat perencanaan keuangan di masa depan. Ketika umur semakin tua dan kebutuhan semakin kompleks, caramu mengatur keuangan juga perlu diperketat. Apalagi jika kamu masih lajang dan belum memiliki hunian sendiri di perantauan. Tidak terbayang kan pengeluaran yang nanti perlu dikerahkan untuk menikah, membeli rumah, dan mengurusi bayi yang baru lahir? Selagi bisa, persiapkan tabungan khusus yang terpisah untuk biaya kebutuhan sehari-hari dan tidak mungkin sering diambil dalam jangka waktu yang berdekatan. Bila telah terkumpul dalam jumlah yang cukup, coba saja berinvestasi. Misalnya dengan deposito, investasi emas, atau investasi rumah. Bila dikumpulkan sedikit demi sedikit, yakinlah modalmu mencukupi.
ADVERTISEMENTS
5. Setelah bersusah-payah menyelesaikan tanggung jawab akademik, kamu akhirnya bisa LIBURAN!
Capek sama kegiatan olah data? Bosan meng-SMS dosen pembimbing dan baru dibalas sehari setelahnya? Sabaaar! Setelah melalui semua kekejaman ini, kamu bisa ke luar rumah — bahkan ke luar provinsi. Kamu bisa liburan sejauh mungkin dari kamar kost-mu!
Pergilah ke tempat yang menenangkan dan membuat hati tenteram. Kalau perlu tabung uangmu dari sekarang. Bayangkan nikmatnya menatap deburan ombak di Maluku, pasir putih di Lombok… tapi eits… selesaikan skripsimu dulu deh ya.
ADVERTISEMENTS
6. Karena kamu sudah bekerja, kemampuan finansial juga meningkat. Kesadaran dan kepekaan sosialmu semakin meninggi karena kamu bisa mulai beramal untuk yang membutuhkan
Saat masih jadi mahasiswa, kamu masih ragu untuk sering beramal bagi yang membutuhkan. Jangankan beramal, memberi uang untuk pengamen atau pengemis pun, kamu sering pikir ulang. Bukannya pelit. Budget kamu sebagai mahasiswa tidaklah banyak. Tapi ketika kamu telah bekerja dan kemampuan finansialmu sudah lebih teratur, kamu tak akan ragu lagi menambahkan kata beramal dalam daftar kegiatan rutinmu. Pasalnya, beramal dapat menabung sebagian imanmu kepada Tuhan. Di samping itu, boleh percaya atau tidak, beramal juga mampu melipatgandakan rezeki yang kamu dapatkan nanti.
7. Menyelesaikan skripsi adalah salah satu cara memantaskan diri. Jodohmu semakin dekat dan kamu tak ragu lagi untuk menikah.
Bila sebelumnya kamu kerap melakukan apapun sendiri, menanggung segala perasaan sendirian, kini tak usah lagi. Kamu tak akan makan sendiri, menikmati akhir pekan hanya dari sudut pojok kamar kos, dan meratapi akhir bulan dengan ngenes. Karena diam-diam sudah ada seseorang yang siap menemani hidup denganmu. Menjalani komitmen sehidup semati, bagaimana pun keadaannya. Kamu tak ragu lagi membangun kehidupan baru usai berhasil memantaskan diri dan menempa diri menjadi manusia matang sepenuhnya.
Dengan menjalani hidup berdua hingga akhir hidup, segala kesulitan yang diujikan oleh Tuhan tak jadi masalah lagi. Toh, kalian akan bahu-membahu menjalaninya berdua. Memiliki anak dan berjanji membesar dengan penuh kasih sayang, hingga pendidikannya tinggi pun akan dipenuhi dengan penuh pengorbanan. Di fase pernikahan inilah, kalian akan mulai merasakan hal yang sama dengan pengorbanan orangtua kalian dahulu. Barangkali, kalian juga akan menangis di hari pernikahan karena sangat berterimakasih atas pengorbanan orangtua yang tak sedikit. Bahkan di detik-detik terakhir kalian akan menikah.
*bisik-bisik* “Makanya… dilanjutin dulu skripsinya ;)”
Bila ingin diteruskan, tentu saja daftar manfaat yang bisa kamu dapat setelah meraih gelar sarjana bisa jauh lebih panjang lagi. Nah, sekarang kamu masih malas mengerjakan skripsi? Nggak, dong? Hajar semua rintangannya dan kejarlah fase-fase di atas!