Nggak Perlu Sok Baik Di Kantor. Ini 7 Alasan Kenapa Kamu Harus Garang Kalau Urusan Kerja

Sebagai siapakah kamu dikenal di dunia kerjamu saat ini? Apakah kamu si karyawan sibuk yang selalu datang dan pulang teng-go? Ataukah kamu seorang malaikat baik hati yang selalu bisa diandalkan dan dimintai bantuan orang lain untuk menyelesaikan sesuatu? Atau kamu adalah orang yang selalu menolak dipuji, padahal prestasi sudah jelas-jelas melambung tinggi?

Ya, seperti apa orang memandangmu di dunia kerja, sangat ditentukan oleh bagaimana kamu memandang dirimu sendiri. Untuk beberapa hal, kamu memang harus garang. Karena soal pekerjaan, bukanlah soal cinta yang selalu mengharapkan pemakluman dan menuntut kerendahan hati.

1. Dunia kerja adalah dunia persaingan. Semua teken kontrak untuk bertahan, kenapa kamu kasih jalan untuk orang lain?

Sign kontrak untuk bertahan

Sign kontrak untuk bertahan via esportsobserver.com

Di kampus, kamu bersaing untuk dengan teman-teman untuk mendapatkan IPK yang tinggi, atau untuk menjadi asisten dosen. Tetapi meskipun kamu tidak menjadi yang terbaik, kamu tidak akan tersingkir. Paling-paling kamu hanya akan mendapat omelan dari orang tua bila nilai IPK tak sesuai yang diharapkan. Tapi di dunia kerja, semuanya berbeda. Yang kalah dalam persaingan dan tidak bisa menunjukkan performa terbaiknya tentu akan didepak keluar. Sudah teken kontrak bukan berarti kamu aman. Justru kamu harus tangguh dalam persaingan untuk tetap bertahan. Bersikap baik hati dan memberi kesempatan orang lain untuk mengambil peluangmu sama artinya dengan mengalah tanpa berjuang dulu.

2. Masing-masing orang sudah punya jobdesk masing-masing. Sok baik mengerjakan yang bukan urusanmu justru akan membuatmu disepelekan

Semua punya jobdesc masing-masing

Semua punya jobdesk masing-masing via staff.tumblr.com

Ketika menanda tangani kontrak, kamu sudah diberikan seperangkat jobdesk yang menjadi tanggung jawabmu dalam bekerja. Dalam situasi kasual, list jobdesc itulah yang harus kamu selesaikan, dan masing-masing kerjaan sudah memiliki penanggung jawabnya sendiri-sendiri. Terlalu bermurah hati mengerjakan hal-hal yang bukan pekerjaanmu tidak akan membuatmu lebih dihargai, melainkan justru disepelekan. Kelak semua orang akan menganggapmu bisa ‘diandalkan’ alias dimanfaatkan untuk memback-up pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya bukan urusanmu.

3. Tak perlu menolak pujian. Karena pujian bukan datang tanpa alasan. Justru itu akan membuatmu terpacu untuk untuk membuat target lebih tinggi lagi

Jangan ragu menerima pujian

Jangan ragu menerima pujian via www.quickanddirtytips.com

Ada orang yang begitu mengharapkan pujian, ada juga tipe orang yang ketakutan menerima pujian. Orang yang kedua ini, ketika seseorang memuji prestasinya, dia akan sibuk membuat alasan untuk menganggap bahwa apa yang dilakukan itu hal yang biasa. “Ah, itu bukan apa-apa kok. Itu juga karena dibantuin bla-bla…” sering dijadikan respon untuk menolak pujian. Padahal mengucapkan “Terima kasih” justru lebih simple yang bermanfaat. Pujian itu tentu datang tanpa alasan. Kamu sudah menunjukkan perfomrma yang baik, sudah seharusnya kamu diberi penghargaan. Dengan menerima setiap pujian yang datang, kamu akan terpacu untuk membuat target yang lebih tinggi lagi. Bila kamu merasa tidak pantas menerima pujian itu, kamu akan terpacu untuk memantaskan diri dengan berusaha lebih keras lagi.

4. Memupuk reputasi itu perlu. Untuk menunjukkan bahwa dirimu memang punya kemampuan yang tak perlu membuat ragu

Reputasi itu perlu

Reputasi itu perlu via redosity.com

Selain untuk mendapatkan gaji untuk bisa menghidupi kebutuhan sehari-hari, dalam bekerja kamu juga sedang membangun reputasi. Semakin bagus reputasimu, semakin orang akan menyadari keberadaanmu. Tak perlu ragu-ragu menunjukkan kemampuan terbaikmu. Dan tidak perlu sungkan-sungkan mengakui keberhasilanmu. Semakin orang tahu kemampuanmu, semakin banyak peluang yang bisa kamu dapatkan. Dengan reputasi yang baik, orang pasti tidak akan segan-segan untuk mengajakmu bekerja sama. Tidak ada yang percuma dari mengembangkan dan menunjukkan kemampuan terbaikmu.

5. Mengakui sebuah pencapaian akan meningkatkan rasa percaya dirimu. Yakin atas kemampuan diri akan membuatmu semakin menjadi sosok yang mumpuni

Harus percaya diri kalau urusan kantor

Harus percaya diri kalau urusan kantor via money-ehow-com.blog.ehow.com

Andaikan kamu menjadi bos dan menawarkan sebuah tanggung jawab kepada kedua orang karyawan. Karyawan pertama akan menjawab: “Oh ya, saya bisa melakukannya dengan baik. Saya sudah pernah berhasil melakukan hal yang sama sebelumnya.”. Sementara karyawan kedua menjawab: “Saya tidak tahu apakah saya bisa melakukannya atau tidak. Tapi saya janji untuk melakukan yang terbaik.”. Sebagai atasan, kamu akan lebih mempercayai yang mana? Karyawan pertama mungkin sekilas terkesan sombong dan hobi membanggakan diri, sementara karyawan kedua terdengar lebih rendah hati. Atau rendah diri? Namun rasa percaya diri yang tinggi dan pengakuan atas setiap keberhasilan diri sendiri akan membuatmu terdengar lebih meyakinkan. Karena toh, pada awalnya orang hanya melihat apa yang kamu katakan. Tinggal nanti kamu harus membuat pembuktian.

6. Setiap keberhasilan harus diakui dan dihargai. Menganggapnya tidak penting akan membuatnya benar-benar tak berarti

Menyelamati diri sendiri itu juga penting

Menyelamati diri sendiri itu juga penting via www.businesspundit.com

Pengakuan dan penghargaan dari orang lain memang bisa menjadi penegasan. Tetapi pengakuan dan penghargaan dari didi sendiri justru lebih menentukan. Bila kamu terlalu sering menganggap setiap keberhasilan sebagai sesuatu yang tidak perlu dirayakan, hidupmu juga akan lempeng terus-terusan. Karena dari pengakuan dan perngahargaan atas keberhasilan diri sendiri itu, kamu bisa membuat langkah untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Orang akan menghargaimu bila kamu bisa menghargai dirimu sendiri dahulu. Ingat bahwa orang lain melihat apa yang kamu tampilkan kepada mereka. Terlalu mengecilkan prestasi diri sendiri, justru akan membuat hidupmu benar-benar tak berarti.

7. Fokus pada tanggung jawab pribadi bukan berarti tidak bisa kerja kelompok. Justru kamu paling paham bagaimana memformulasikan kontribusi diri untuk mencapai tujuan bersama

Harus tahu kapan kerja bareng, kapan kerja sendiri

Harus tahu kapan kerja bareng, kapan kerja sendiri via www.dnl.ro

Belajar untuk strick pada jobdesc dan berhenti mengejarkan tanggung jawab orang lain tidak membuatmu menjadi sosok yang egois. Meski fokus pada tanggung jawab pribadi, kamu juga tetap menjadi orang yang bisa meleburkan diri dalam sebuah kerja sama. Dengan memegang teguh ‘kerjaan apa bagian siapa’ kamu juga telah memberikan kesempatan kepada yang lain untuk turut berkontribusi. Berbeda dengan bila kamu mengambil alih semuanya, mengcover tanggung jawab orang lain karena kamu merasa ingin yang terbaik untuk perusahaan. Itu bukan dedikasi, melainkan egois. Sukses besar perusahaan bisa diraih dari kerja sama semua lapisan, bukan satu orang mengerjakan semuanya.

Pekerjaan adalah dunia yang serba profesional. Kebanyakan aspek di dunia ini dihitung dengan standar angka dan materi. Namun memang begitulah dunia kerja yang keras. Kamu harus menunjukkan kemampuan terbaikmu. Sebab bila kamu lengah, seseorang bisa saja datang untuk mengguncang posisimu. Namun terlebih dahulu, kamu harus menghargai setiap keberhasilanmu sendiri. Sebab dari situ, kamu meyakini bahwa kamu mampu.

Suka artikel ini? Yuk follow Hipwee di mig.me !

Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi