Sistem 4 hari kerja mulai diterapkan di negara-negara maju | illustration by Hipwee via www.hipwee.com
Pernah nggak, merasa libur weekend 2 hari dalam satu minggu masih kurang? Sabtu buat istirahat, Minggu hangout, Senin harus kerja.
Buat yang berstatus karyawan atau kerja di bawah institusi, pastinya sering merasa 2 hari libur dalam seminggu masih kurang.  Apalagi jika beban pekerjaan sedang berat dan tuntutan deadline menggila, weekend yang selalu dinanti-nanti terasa jauh dan tidak datang-datang. Begitu akhir pekan datang, hari Sabtu dan Minggu rasanya berjalan secepat kilat. Banyak karyawan yang menyambut hari Senin dengan perasaan ingin menambah cuti supaya bisa long weekend.Â
Sistem 5 hari kerja (8 jam per hari) dan 2 hari libur di weekend adalah hal yang sangat umum di dunia kerja. Sistem tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya secara global karyawan dituntut untuk memenuhi target 40 jam kerja per minggu. Hal itu jadi semacam aturan yang cukup lazim di dunia kerja hampir di seluruh dunia.
Namun, tahukah kamu jika saat ini sudah banyak negara yang mengujicobakan sistem 4 hari kerja? Bahkan mereka juga mengurangi terget jam kerja mingguan hingga 20%. Nah, bukan cuma asal karena ingin tambah hari libur saja, sistem 4 hari kerja kabarnya justru bisa bikin karyawan tambah produktif dan bahagia menjalani hidup. Wah, kok bisa ya?
Penelitian tentang efektivitas 4 hari kerja dan kaitannya dengan produktivitas
Karyawan merasa kelelahan kerja | Credit by Cottonbro on Pexels
Hipwee dulu pernah menulis kenapa jam dan hari kerja di dunia perkantoran pada saat ini, umumnya 5 hari seminggu dari jam 9 pagi hingga 5 sore di artikel Yang Banting Tulang Tiap Hari, Harus Ngerti. Ini lo Sejarahnya Kenapa Jam Kerja itu Biasanya 8 Jam. Sistem kerja yang telah dianut sejak tahun 1920-an dan disahkan jadi undang-undang di Amerika Serikat pada tahun 1940 ini, kini banyak diperdebatkan karena banyak dinilai tidak lagi efektif, menyebabkan tingkat stres yang tinggi, dan permasalahan produktivitas.
Studi tentang efektivitas sistem 40 jam per minggu kian berkembang diiringi permasalahan pemborosan energi dari sektor industri di berbagai negara. Pemerintah negara bagian Utah di Amerika Serikat akhirnya mengambil solusi untuk memotong hari kerja. Kebijakan ini menetapkan sistem 4 hari kerja dalam seminggu, alias 10 jam per hari pada tahun 2008. Strategi tersebut hanya berjalan beberapa tahun saja, karena dinilai nggak memberikan dampak penghematan energi yang signifikan. Akhirnya di tahun 2011 Utah kembali menerapkan sistem 5 hari kerja.
Belajar dari pengalaman Utah, Islandia melakukan uji coba sistem tersebut dengan cara mengurangi jam kerja. Selain itu sebuah perusahaan perencanaan, Perpetual Guardian di Selandia Baru meneliti manfaat 4 hari kerja yang lebih efektif bagi karyawan dan perusahaan. Mereka pun membentuk komunitas yang diberi nama 4 Day Week untuk mempromosikan sistem 4 hari kerja pada tahun 2018.
Islandia sebagai pelopor uji coba sistem 4 hari kerja menunjukkan peningkatan produktivitas karyawan
Karyawan lebih produktif dan bahagia | Credit by Fauxel on Pexels
Sebagai karyawan, kita bisa saja menganggap bahwa sistem 4 hari kerja adalah sebuah mimpi. Tapi, hal ini nggak berlaku bagi karyawan di Islandia, lo. Melansir dari BBC, uji coba 4 hari kerja seminggu di Islandia berlangsung antara tahun 2015-2019. Uji coba ini dilakukan tanpa memotong upah dan melibatkan 2500 pekerja atau sekitar 1 persen populasi dari berbagai sektor, mulai dari sekolah, kantor swasta, bisnis jasa, ritel hingga rumah sakit.
Ternyata uji coba tersebut menunjukkan produktivitas yang sama dengan sistem sebelumnya. Bahkan, ada peningkatan di sebagian besar tempat kerja. Hal ini membuat banyak karyawan mengajukan pemindahan jam kerja yang lebih pendek dari 40 jam menjadi 35-36 jam per minggu. Para karyawan melaporkan bahwa mereka mengalami penurunan stres kerja, kesehatan fisik yang lebih baik dan merasa senang karena bisa memiliki waktu yang lebih banyak untuk kehidupan pribadi. Sejak uji coba tersebut, saat ini hampir 90 persen dari populasi karyawan di Islandia mengikuti sistem 4 hari kerja.
Beberapa negara maju seperti Selandia Baru, Spanyol, Jepang dan Skotlandia mulai tertarik untuk mengurangi jam kerja karyawan
Perubahan jumlah jam kerja | illustration Hipwee
Sebagai negara penggagas komunitas 4 Day Week, Selandia Baru turut menguji sistem 4 hari kerja pada 2400 karyawan di sejumlah firma. Hal ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Islandia. Melansir dari Forbes, di tahun 2020, pemerintah menunjuk Unilever Selandia Baru untuk menjadi perusahaan percontohan dalam penerapan sistem 4 hari kerja. Bahkan, mereka mengurangi tuntutan jam kerja hingga 20 persen alias 32 jam per minggu.
tapi pemerintah dan asosiasi pengusaha sempat terlibat perdebatan terkait jumlah jam kerja. Pasalnya pemerintah telah menyepakati 32 jam per minggu, tapi pengusaha merasa keberatan dan hanya bisa menerapkan 35 jam per minggu. Akhirnya, saat ini Spanyol menerapkan kebijakan 32-35 jam per minggu menyesuaikan kebijakan tiap perusahaan.
Usai Spanyol, Jepang pun mulai menerapkan sistem 4 hari kerja dengan tuntutan 32 jam per minggu. Padahal Jepang terkenal dengan sistem kerja yang panjang tanpa hari libur. Namun, hasil uji coba dari negara-negara lain tentang 4 hari kerja cukup membuat pemerintah Jepang tertarik untuk menerapkan sistem tersebut. Pemerintah menunjuk Microsoft Jepang untuk memotong jam kerja menjadi 32 jam dalam sistem 4 hari kerja pada 2300 karyawan. Hasilnya, 40 persen karyawan merasa lebih bahagia dan lebih produktif.
Skotlandia pun melakukan hal yang sama melalui sebuah kampanye yang didanai oleh partai nasional untuk mendukung pemerintah dan perusahaan mengurangi jam kerja. Beberapa perusahaan di sejumlah kota besar seperti Glasgow dan Edinburgh menjadi percontohan dalam uji coba ini. Hasilnya secara keseluruhan pun sama dengan negara-negara lain, karyawan jadi lebih produktif dan bahagia menjalani kehidupan mereka.
Keuntungan dan kekurangan 4 hari kerja bagi karyawan dan perusahaan secara umum
Tuntutan kerja karyawan | Credit by Jonathan Borba on Pexels
Selain Islandia, Selandia Baru, Spanyol, Jepang dan Skotlandia, beberapa negara lain mulai tertarik melakukan uji coba sistem 4 hari kerja. Hal ini tentu bukan tanpa alasan atau hanya mengikuti tren belaka. Pasalnya, secara keseluruhan, hasil uji coba negara yang telah berhasil menerapkan sistem 4 hari kerja memang membawa dampak positif bagi semua pihak yang terlibat.
Pengurangan jam kerja dan penambahan hari libur berarti memberikan kesempatan istirahat lebih panjang bagi karyawan. Mereka juga memiliki waktu lebih banyak untuk keluarga dan kehidupan di luar pekerjaan, sehingga karyawan merasa lebih bahagia. Di sisi lain, perusahaan diuntungkan karena hal tersebut bisa meningkatkan produktivitas karyawan dalam bekerja. Nah, kalau semua pihak diuntungkan seperti ini berarti sistem 4 hari kerja tampaknya sudah bukan mimpi lagi kan?
Namun, secara keseluruhan sistem ini belum bisa diterapkan pada semua karyawan meski dalam satu perusahaan yang sama. Sebab, tiap divisi bisa saja memiliki beban kerja yang berbeda. 32 jam seminggu yang terbagi dalam 4 hari kerja kadang nggak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan. Alhasil beban kerja semakin menumpuk atau karyawan nggak bisa menikmati hari libur mereka. Bahkan, perusahaan di bidang pelayanan juga banyak mengalami kerugian.
Kenapa sistem 4 hari kerja semakin banyak diminati di negara-negara maju? Bagaimana jika sistem ini diterapkan di Indonesia?
Sistem 4 hari kerja di negara maju | Credit by Fauxel on Pexels
Secara keseluruhan, negara-negara yang sudah berhasil menerapkan sistem 4 hari kerja adalah negara maju yang sudah memiliki kegiatan ekonomi yang cukup tertata. Melansir dari SHRM, negara maju sudah memiliki target pencapaian yang cukup baik secara ekonomi. Hal inilah yang membuat sistem 4 hari kerja diterapkan dengan mudah, karena mereka sedang mengejar kualitas kerja. Sementara di negara berkembang masih mengandalkan kuantitas kerja, misalnya jumlah jam kerja untuk mengejar ketertinggalan secara ekonomi.
Nah, hal itulah yang terjadi di Indonesia saat ini. Meski kualitas kerja juga cukup penting, tapi jika sistem ini diterapkan, bisa jadi kita nggak bisa mengejar ketertinggalan dari negara maju. Meski produktivitasnya meningkat, tapi tetap saja secara jumlah tentu akan tertinggal. Apalagi jika diterapkan secara keseluruhan se-Indonesia. Sehingga, saat ini 5 hari kerja masih dinilai efektif di Indonesia. Namun, bukan nggak mungkin jika suatu perusahaan secara internal menerapkan sistem ini. Sebab, dampaknya hanya pada budaya kerja perusahaan, bukan pada ekonomi negara secara global.
Seiring berkembangnya teknologi dan banyak negara yang menerapkan sistem ini, harapan kita sebagai karyawan untuk mendapatkan libur weekend lebih panjang juga bukan mimpi yang mustahil. Meski belum bisa diterapkan keseluruhan di Indonesia, bukan berarti nggak mungkin jika perusahaanmu menerapkan sistem 4 hari ya. Siap-siap aja deh, buat say good bye dengan 5 hari kerja~
Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.