5 Hal Ini Sebenarnya Bikin Travelingmu Lebih Bermakna. Sayangnya, Kamu Hanya Sering Lupa

Artikel ini adalah bentuk partnership antara Hipwee dan HotelQuickly . Mau last minute booking tapi malah dapat harga murah? Ya cuma di HotelQuickly !

Traveling sekarang bukan lagi jadi kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang punya status frequent flyer saja. Juga bukan jadi hal yang jauh dari jangkauan kita-kita yang masih menyandang status first jobber atau mahasiswa. Tiket murah, harga hotel yang terjangkau, dan banyaknya destinasi memudahkan kita untuk segera pergi.

Tapi semakin mudahnya traveling bisa dijalani, makin ringan pula kita melupakan apa yang penting dari kegiatan yang satu ini. Rasanya sekadar pergi lalu mengunggah foto di media sosial sudah cukup membuat aktivitas traveling bermakna. Padahal, kalau mau dilihat lebih dalam lagi ada hal lain yang tak kalah penting dari sekadar jalan-jalan dan foto-foto saja…

1. Kita terlalu asyik menikmati perasaan jadi pendatang. Lupa. Mengobrol dengan penduduk lokal justru meninggalkan kenangan panjang

Mengobrol dengan penduduk lokal justru menghasilkan kenangan panjang

Mengobrol dengan penduduk lokal justru menghasilkan kenangan panjang

Sesampainya di destinasi, kita sering sibuk mengeluarkan kamera. Atau mencari destinasi yang belum diketahui lewat GPS atau peta. Heboh mencari spot kuliner enak juga membuat kita melupakan orang-orang yang ditemui sepanjang perjalanan. Yang penting jalan dan senang, deh!

Foto dan rasa enak di lidah memang akan membuat hati senang. Indahnya destinasi dalam pandangan juga menciptakan rasa riang. Namun menjajal mengobrol dengan penduduk lokal mampu meninggalkan kenangan yang lebih panjang.

“Dulu bangunan ini awalnya difungsikan sebagai Rumah Doa Kristiani dan Panti Rehabilitasi, Mas. Hanya saja krisis moneter melanda, karena itu pembangunannya tidak dilanjutkan lagi.”

Testimoni sederhana penduduk soal Gereja Merpati di Bukit Rhema, Magelang akan lebih tertinggal lama di benakmu. Sementara foto tak mampu mengabarkan cerita, dan rasa lidah bisa terlupa — cerita penduduk lokal akan tertinggal selamanya.

2. Asyik selfie bikin kita fokus pada penampilan sendiri. Padahal foto panorama dan orang-orang yang ditemui bisa lebih melekat di hati

Asyik selfie membuat kita fokus pada penampilan sendiri

Asyik selfie membuat kita fokus pada penampilan sendiri via tumblr.com

“Bentar, bentar jangan difoto dulu. Rambut gue belum oke nih!”

Demi terlihat ciamik di foto yang diambil sepanjang perjalanan kita pun sering jadi amat self conscious pada penampilan. Rambut lepek sedikit membuat tak nyaman, muka yang berminyak setelah dihajar sinar matahari seharian rasa-rasanya harus diselamatkan. Saat foto sudah jadi pun kita lebih fokus pada wajah dan penampilan sendiri.

Padahal perjalanan yang bisa saja hanya datang sekali itu punya sisi lain yang lebih layak dikenang nanti. Foto panorama, candid picture dari orang-orang yang ditemui, sampai foto bersama fellow traveler yang baru dikenal dalam perjalanan itu mampu meninggalkan kesan yang lebih melekat di hati.

3. Belajar beberapa kalimat dalam bahasa lokal bikin kamu membaur tanpa kesulitan. Cara ini juga menunjukkan penghargaan

Belajar beberapa kalimat lokal menunjukkan penghargaan

Belajar beberapa kalimat lokal menunjukkan penghargaan via tumblr.com

“Sugeng enjang” (selamat pagi)

“Niki pinten?” (Ini berapa harganya?)

Penghargaan apa yang lebih tinggi dari berusaha memahami bahasa asli dari daerah yang sedang kamu datangi? Saat kamu pergi ke Jogja, misalnya. Jangan malas mencoba berbicara Bahasa Jawa meski hanya beberapa kata. Cari tahu cara untuk mengatakan sapaan, atau sepraktis bagaimana cara menawar dalam bahasa daerah yang digunakan.

Dengan melakoni ini bukan hanya menunjukkan penghargaan pada penduduk asli daerah yang kamu datangi. Kemudahan dan mendapatkan harga murah pun amat mungkin kamu rasakan!

4. Benar-benar menikmati beberapa destinasi lebih berarti dibanding menyikat habis semua tempat yang bisa didatangi. Hey, kamu tidak sedang lomba lari!

Kamu sedang traveling, bukan lomba lari!

Kamu sedang traveling, bukan lomba lari! via tumblr.com

Sebenarnya tidak ada check list yang harus dicentang dalam setiap perjalanan. Tidak ada kewajiban untuk pergi ke semua tempat yang masuk dalam buku panduan perjalanan, mendatangi seluruh destinasi yang disarankan oleh sesama pejalan juga bukan keharusan. Pada akhirnya perjalanan adalah tentang menemukan, dan menikmati setiap langkah yang dilakukan.

Kamu tidak harus ke Fukuoka Tower demi merasa resmi sudah mengunjungi Fukuoka. Berjalan santai di Momochi Beach, menikmati secangkir Sakura Frappe di Tenjin, bahkan duduk manis untuk membaca di City Library juga memberimu kepuasan yang sama. Kamu bisa memilih perjalananmu, sesuai arah yang disuka.

5. Pada akhirnya perjalanan bukan cuma soal diri sendiri. Apa lagi yang lebih membuat etape ini lebih berarti selain berbagi?

Apa yang membuat etape ini lebih berharga selain berbagi?

Apa yang membuat etape ini lebih berharga selain berbagi? via tumblr.com

Perjalanan, pada akhirnya, bukan cuma soal diri sendiri. Ini bukan cuma tentang tempat mana saja yang sudah kamu datangi, berapa banyak visa yang sudah tertempel di paspormu sejauh ini. Perjalanan juga perkara memperluas hati — berbagi pada mereka yang memang layak diberi.

Tapi gimana dong caranya berbagi sembari melakukan perjalanan? Apa ini artinya perjalananmu gak lagi bisa dijadikan ajang bersenang-senang? Eits, tenang! Sekarang bersenang-senang dan berbagi bisa bersamaan dilakoni. Karena HotelQuickly punya program #1Booked1Book yang bisa kamu ikuti.

Program #1Booked1Book dapat dibilang cukup unik, karena  ini merupakan sebuah donasi yang berasal dari pemesanan kamar hotel. Jadi, selama periode Juli-Desember 2015, setiap orang yang melakukan reservasi kamar hotel melalui aplikasi HotelQuickly, secara otomatis dapat turut menyumbangkan Rp 20.000,- yang nantinya dikonversikan menjadi sebuah buku.

Untuk ikut berpartisipasi, kamu tinggal meredeem kode “1BOOKED1BOOK” saat melakukan pemesanan via HotelQuickly. Dengan memasukkan kode ini kamu secara langsung sudah memberikan donasi sebesar Rp 20.000,-. Jumlah donasi yang terkumpul akan “diubah” menjadi buku-buku yang akan didistribusikan kepada anak-anak yang berada di bawah naungan yayasan Taman Bacaan Pelangi.

Jadi, apakah perjalananmu selama ini sudah cukup berarti?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis