Wahana Ekstrem Tanpa Pengaman di Sekaten Jogja. Kora-kora, Kamu Akan Gemetaran Dibuatnya!

Roller coaster itu tampak baik-baik saja. Para penumpang yang kebanyakan anak muda seusia SMA saling tertawa jelang naik wahana menegangkan itu. Dan benar, teriakan mereka sepertinya menyenangkan ketika roller coaster meluncur deras di rel. Namun siapa sangka, satu botol minum salah satu dari mereka terlepas dan jatuh di rel. Roller coaster itu pun terpeleset dari rel karena botol minum dan seluruh penumpangnya tewas secara mengenaskan.

Adegan itu dapat kamu saksikan dalam film Final Destination 3. Sebuah film thriller yang menceritakan tentang manusia-manusia yang selamat dari kejadian tragis. Seremnya, karena seharusnya mereka ikut mati, mereka pun dikejar kematian dengan cara-cara yang sungguh mengerikan. Tak terkecuali beberapa orang yang akhirnya turun sebelum roller coaster tadi meluncur.

Cerita tadi menjelaskan tentang wahana pemacu adrenalin yang sudah terkenal seantero dunia, roller coaster. Wahana se-aman dan se-modern itu pun bisa mengalami kecelakaan fatal. Apalagi yang tidak punya pengaman sama sekali. Cuma mengandalkan pegangan tangan. Bisa bayangin nggak? Nah, aku ingin mengajakmu ke salah satu wahana ekstrem di Pasar Malam Sekaten di Alun-alun Jogja. Kamu akan merasakan apa itu namanya adrenalin! Dijamin jantungmu deg-degan nggak karuan.

Dan tahun ini aku ke Sekaten lagi, demi kora-kora yang memacu adrenalin tadi…

Malam itu Jogja padat sekali. Jelang akhir Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS), ribuan manusia berduyun-duyun berebut lahan parkir

Dari Wijilan di penjuru timur, Ngabean di barat hingga Kantor Pos Besar di Yogyakarta di utara, lautan manusia tak henti-hentinya datang. Ke mana lagi kalau bukan ke Sekaten yang tinggal hitungan hari. Masyarakat Jogja dan sekitarnya nggak mau melewatkan hajatan rakyat setahun sekali ini. Aku yang datang bersama kawan-kawan saja harus terpisah karena keterbatasan lahan parkir. Butuh waktu setidaknya setengah jam untuk menembus ribuan manusia ini dan sampai di jantung pasar malam. Demi apapun, aku akan berjuang sampai akhir demi ke kora-kora. Salah satu wahana paling menegangkan di sana.

Puluhan remaja mengantri di loket Kora-kora, tak salah kalau wahana inilah yang paling populer di Sekaten

Remaja putra dan putri mengantre penuh kesabaran di loket berbentuk kotak kecil yang cuma muat untuk 1 orang itu. Harga Rp 10.000,- bukanlah sesuatu yang berat demi 5 menit ber-kora-kora. Meskipun wahana ini paling serem, toh orang-orang berjubel kok. Laris…

Melihat rombongan depanku sudah mulai naik, perasaanku jadi campur aduk nggak karuan. Suara berdecit wahana berbentuk kapal itu (kora-kora adalah sebuah jenis kapal) ketika berayun mengingatkanku tentang roller coaster di Final Destination 3. Lebih-lebih ketika para penumpang kora-kora terutama cewek mulai berteriak histeris. Di bagian belakang bahkan ada yang hampir pingsan.

Dan, kali ini tibalah giliranku. Aku begitu antusias sekaligus cemas. Bayangan buruk selalu muncul ketika mengisi posisi paling belakang…

Salah satu gadis harus dipandu temannya untuk turun. Aku menyaksikan sendiri histerisnya perempuan itu ketika kora-kora terayun pada titik optimum tadi. Ia lunglai, dan sedikit meneteskan air mata. Entah bagaimana kondisi perutnya kala itu. Sementara yang lainnya, tertawa bahagia. Ya tawa khas anak muda ketika bertemu dengan hal ekstrem.

Nah, sekarang giliranku. Entah bagaimana caranya, tempat duduk kora-kora seketika sudah penuh oleh penumpang. Si operator yang gondrong itu menawariku untuk duduk di bangku paling ujung, belakang sendiri. Aku dan kawanku mengiyakan tawaran itu.

Kakiku sudah menapak dengan mantap, sementara tangan mencengkeram bangku depan dengan kuat. Sialnya adalah, tidak ada tiang tinggi yang biasanya berada di belakang. Kasusnya, bangku ini berada di belakangnya bangku belakang, alias tambahan. Gila, berbahaya sekali posisi ini.

Pada awalnya, aku teriak-teriak menikmati ayunan kora-kora yang perlahan-lahan menemukan iramanya. Penumpang di seberangku berteriak dengan sangat histeris. Dan sialnya, posisiku terlalu tinggi…

kora-kora

kora-kora via cdns.klimg.com

Bukan, aku bukan ikut berteriak histeris, melainkan sama-sama ketakutan. Betapa tidak, ketika ayunan kora-kora sudah mulai mencapai klimaksnya, sekonyong-konyong tubuh ini sulit untuk dikuasai! Rasanya seakan nyaris terlempar…

Tubuhku serasa terbang. Kakiku semakin kupaksa untuk menahan beban. Bayangkan betapa sulitnya jika posisi punggungmu berada di atas dan kepalamu benar-benar menghadap ke bawah. Berubah dalam posisi hampir 180 derajat dengan perut yang begitu mual. Aku sudah tak mampu berteriak, hanya mampu merapal dzikir yang bisa diingat. Gerakan kora-kora makin kencang, kakiku kian lemas. Pegangan tangan pun terasa akan lepas…

Untungnya, kawan di sampingku yang ikutan tegang memintaku untuk berpegang pada sandaran bangku di belakang. Ketika ayunan sedang di bawah aku cepat-cepat berpegangan satu tangan. Dan itu jadi pertahanan terakhir yang ku punya…

Untungnya, permainan segera selesai. Dan banyak pengunjung di bawah yang menyaksikan betapa berbahayanya bangku kora-kora paling belakang…

serem...

serem… via www.amnuhu.com

Tubuhku nyaris terpelanting ketika ayunan berada di titik terjauh. Kaki dan tanganku sudah lelah menahan beban tubuh yang berlawanan dengan gravitasi dan kecepatan tinggi. Jika fase tadi lebih lama 2-3 menit saja, tak tahulah apa yang terjadi. Yang jelas tangan dan kaki tak akan mampu menahan lagi. Dengan solusi berpegang pada sandaran bangku, akhirnya aku masih menghela nafas bisa selamat sampat di bawah. Dan ketika adegan menyeramkan tadi terjadi (teriakan histeris di seberang sana, dan muka pucat pasi di sebelah sini) si operator dengan tenangnya bermain HP.

Kurang ajar sekali! Penumpangmu bertaruh nyawa ini!

Bukan sekali ini aku naik kora-kora, dan percayalah, kora-kora dengan bentuk kapal paling meyakinkan ini yang justru begitu mengerikan. Selain ayunan yang begitu tinggi, tak ada pegangan bagi penumpang paling belakang. Operator yang harusnya diandalkan pun sama sekali tidak membantu. Tidak pernah aku merasakan kora-kora sedemikian kejamnya. Diangkat dalam posisi hampir terbalik tanpa satupun instrumen keselamatan. Nyawamu cuma tergantung oleh bangku penumpang depanmu, dan sandaran bangku yang tak banyak disadari orang. Memang serunya di situ, tapi bagaimana jika kejadian roller coaster terulang?

Sepertinya kora-kora yang dimainkan satu jam saja bisa jadi satu instrumen penyiksaan paling mengerikan untuk terdakwa hukuman mati, barangkali…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Traveler Baper, Penghulu Kaum Jomblo