Tiga Pendaki Gunung Tampomas Ditemukan Meninggal Dunia. Tragisnya, Usianya Masih Belasan Tahun!

Pendaki Meninggal di Tampomas

Kabar duka kembali datang dari dunia pendakian Indonesia. Ada tiga pendaki yang ditemukan meninggal di Gunung Tampomas, Sumedang, Jawa Barat. Jenazah ketiga pendaki ini ditemukan meringkuk di dalam tenda, tepatnya di Pos 4 Gunung Tampomas. Diduga kuat mereka meninggal karena terkena hipotermia.

Tragisnya, ketiga pendaki adalah remaja usia belasan, mungkin seusia anak SMP. Bagaimana bisa anak seusia belasan tahun mendaki gunung tanpa ada yang menemani? Kok bisa sih naik gunung begitu saja, apalagi perlengkapan mendakinya sangat terbatas. Buat yang pengen tahu kronologisnya, yuk simak ulasan Hipwee Travel berikut ini.

Tiga pendaki berusia belasan ditemukan meninggal dunia di dalam tenda di Gunung Tampomas. Mereka ditemukan meringkuk di dalam tenda

ketiga pendaki meninggal di gunung via www.kliktrend.com

Sabtu, 2 Maret, ketiga remaja asal Indramayu berencana untuk mendaki Gunung Tampomas. Ketiga remaja itu adalah Ferdi Firmansyah (13), Lucky Parikesit (13) dan Agip Trisakti (15). Ketiganya merupakan warga Blok Kuang BTM, Desa Tugu Kidul, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu. Usianya masih sangat hijau, seusia anak SMP. Meskipun masih muda, mereka mencoba mendaki Gunung Tampomas dengan ketinggian 1684 mdpl yang berlokasi di Kabupaten Sumedang.

Tiga remaja yang belum tahu banyak tentang perlengkapan pendakian ini tidak berhasil pulang dengan selamat. Ya, di Pos 4 mereka harus meregang nyawa di tenda tempat berlindung dari malam dan hujan. Mereka ditemukan dengan kaos yang masih basa dengan posisi meringkuk.

Dilihat dari perlengkapan yang tidak memenuhi standar pendakian, bahkan tanpa jaket dan sleeping bag, dugaan kematian karena hipotermia pun mengemuka. Apalagi baju mereka basah

evakuasi jenazah para pendaki via news.detik.com

“Dugaan sementara karena hipotermia, bukan tersambar petir. Datanya belum diketahui karena tidak ditemukan kartu identitas. Usia mereka belasan tahun,” ujar Joshua Banjarnahor,Humas dan Protokoler Basarnas Kantor SAR Bandung.

Bisa dikatakan bahwa mereka mendaki sembarangan tanpa persiapan yang memadai. Hal ini diketahui setelah tidak diketemukan jaket ataupun sleeping bag dalam tas mereka. Baju ganti pun mereka tidak membawanya. Cuma baju basah satu-satunya yang melekat di tubuh mereka.

Bisa jadi saat malam terjadi hujan atau badai sehingga mereka terhempas air hujan hingga mereka bertiga mengalami hipotermiaHipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C. Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Tidak adanya baju ganti, jaket dan sleeping bag membuat tubuh rawan mengalami hipotermia. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan kematian.

Masalah selanjutnya, kok bisa pendaki usia SMP mendaki Gunung Tampomas tanpa perlengkapan memadai dan tanpa guide yang lebih senior?

gunung tampomas sumedang via candradityaa.blogspot.com

Gunung di Indonesia terkenal tidak ramah dengan pendaki pemula. Sudah banyak korban meninggal dunia ataupun tersesat di gunung. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kejadian seperti ini terus menerus terjadi. Faktor pertama, gunung di Indonesia kebanyakan tidak didukung oleh fasilitas yang baik, seperti shelter, toilet maupun jalur evakuasi. Beda dengan gunung di luar negeri yang semuanya serba tertata, detail, bahkan penginapan pun ada. Sementara di sini, banyak pihak ngotot gunung harus dijaga seliar dan sealami mungkin.

Faktor kedua adalah terlalu mudahnya regulasi untuk mendaki. Cuma bayar langsung bisa naik. Seharusnya di pos registrasi, semuanya dicek terlebih dahulu. Jika ada pendaki di bawah umur (13 dan 15 tahun) maka sebaiknya dilarang untuk mendaki sendirain tanpa guide atau pendamping. Itu pun mesti dicek perlengkapan pendakiannya. Kok bisa sih 3 anak-anak lolos mendaki Gunung Tampomas tanpa ada yang menegur atau mengecek bawaannya? Ini ‘kan sungguh konyol.

Semoga kejadian ini adalah peristiwa terakhir di gunung. Ya meskipun harapan ini selalu jadi omong kosong selama banyak pendaki pemula bisa naik gunung dengan mudah tanpa persiapan matang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Traveler Baper, Penghulu Kaum Jomblo