Menilik Transformasi Undangan Pernikahan Masa ke Masa, Sekarang sih Tinggal Kirim WA atau Link Aja~

Undangan nikah dulu sekarang

Di era sekarang ini, kamu mungkin semakin jarang menerima undangan pernikahan fisik dari teman-temanmu yang akan menikah. Kalau buat teman-teman sebaya, calon pengantin kekinian lebih sering membagikan undangan lewat WA atau tautan landing page berisi informasi dan reservasi kedatangan. Undangan fisik paling hanya dikirim untuk teman-teman orangtua. Nah tapi jadi penasaran, kalau menilik balik jauh ke belakang, bagaimana sih bentuk undangan zaman dulu? Bagaimana juga cara disebarnya? Apakah harus diserahkan satu-satu atau lewat telegram?!

Advertisement

Nah, Hipwee Wedding berhasil menemukan beberapa undangan dari masa berbeda yang mungkin bisa kamu bandingkan sendiri apa saja perubahannya. Kita simak yuk bagaimana bentuknya!

1. Ternyata dari tahun 1940-an, undangan pernikahan sudah mulai dibuat dengan cara diketik untuk mengundang para tamu

Tahun 40an/ Credit: Astu Prasidya via twitter.com

Jangankan desain lucu penuh dengan hiasan, undangan tersebut bahkan diketik dengan font yang pilihannya sangat terbatas. Bahkan mungkin nggak ada pilihan font yang lain karena diketik dengan mesin tik manual. Bayangkan saja jika yang diundang ratusan orang dan di tengah jalan malah ada yang typo, duh! Kira-kira dikerjakan berapa lama ya?

Advertisement

Penggunaan bahasanya ternyata juga nggak melulu pakai bahasa Indonesia, namun di contoh ini menggunakan bahasa daerah. Ejaannya juga masih menggunakan ejaan yang ‘jadoel‘.

2. Mungkin kamu merasa bahwa undangan ini merupakan undangan kekinian dengan tema vintage, tapi ini beneran undangan tahun 1950-an lo

Tahun 50an/ Credit: Maulana Akbar via maulanaakbar.com

Undangan ini mulai dicetak di kertas yang cukup tebal dengan pilihan font yang sedikit lebih beragam. Bentuknya pun bukan hanya persegi biasa namun sudah sedikit ada modifikasi menjadi dua halaman dengan penutup di satu sisinya. Meskipun demikian belum ada tanda-tanda mulai muncul desain dengan hiasan berupa bunga-bunga atau hiasan menggemaskan lainnya.

3. Undangan tahun 1960 hingga 1970-an mulai memiliki bentuk portrait, pilihan font-nya pun ternyata dibuat lebih estetik

Tahun 60an/ Credit: Detik via news.detik.com

Undangan di atas merupakan milik Ibu Megawati Soekarno Putri. Karena dibuat untuk pernikahan orang yang cukup penting maka bisa disimpulkan bahwa undangan tersebut saat itu mungkin sudah terlihat cukup ‘wah’. Font yang dipakai mulai memiliki bentuk yang membuatnya terlihat lebih cantik.

Advertisement

4. Undangan pernikahan di tahun 1980 hingga 1990-an ternyata lebih kasual dan mulai terlihat kreatif. Isinya nggak melulu pakai kata-kata formal

Nyentrik/ Credit: Rancah Post via www.rancahpost.com

Undangan tersebut merupakan undangan milik penyair Wiji Thukul. Isinya terbilang nyeleneh dari yang biasanya karena di tahun 1980 hingga 1990-an sudah semakin berkembang pula berbagai inovasi. Dapat dilihat bagian background yan nggak cuma berwarna putih saja. Font-nya pun disesuaikan dengan kesan yang ingin ditimbulkan. Jika ingin memberikan kesan yang cantik maka dibuat yang agak melingkar-lingkar, sedangkan kalau kasual font minimalis bisa jadi pilihan.

5. Tahun 2000-an hingga sekarang undangan semakin beragam desain dan konsepnya, termasuk bahannya juga

Undangan 2000an/ Credit: Tokopedia via www.tokopedia.com

Undangan pernikahan setelah tahun 2000 semakin beragam desainnya. Hal ini didukung dengan teknologi yang semakin canggih sehingga pilihan gambar dan font semakin beragam. Nggak cuma itu, ternyata media yang digunakan untuk mencetak juga semakin beragam lo, dari kertas yang beraneka macam hingga akrilik yang membuatnya makin tampak kekinian. Bahkan banyak juga yang nggak dicetak tapi dikirim lewat aplikasi kirim pesan.

Terlihat kan bagaimana bedanya undangan-undangan ini dari masa ke masa? Namun yang namanya tren biasanya akan tetap terjadi perputaran seperti undangan dengan tema 1990-an yang justru juga banyak diminati di masa sekarang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day

CLOSE