Sudah sejak lama kehadiran rokok menjadi polemik di Indonesia. Dalam menghadapi polemik rokok ini pun, pemerintah dan masyarakat perlu memperhatikan berbagai sisi karena mirip buah simalakama. Kalau rokok ditiadakan, sektor industri rokok yang notabene menjadi penghasil devisa negara bisa gulung tikar. Sementara kalau peredarannya tak dibatasi, kesehatan masyarakatlah yang menjadi taruhannya.
Kehadiran rokok ini semakin miris ketika mulai marak anak-anak di bawah umur yang menikmatinya. Mereka seakan sudah kecanduan dan sulit lepas. Pun dengan dampak negatif lain yang bisa dirasakan oleh perokok aktif maupun pasif. Karena dinilai lebih banyak dampak negatifnya, di momen Hari Anti Tembakau Mei 2018 lalu, masyarakat menyerukan #RokokHarusMahal karena harga rokok selama ini dinilai terlalu murah.
Tapi kira-kira apa ya yang membuat harga rokok bisa murah di Indonesia? Bagaimana pula dampaknya jika harga rokok benar-benar jadi mahal? Biar makin tambah pengetahuanmu tentang harga rokok ini, nih Hipwee News & Feature kumpulkan beberapa informasinya untukmu!
ADVERTISEMENTS
1. Rendahnya tarif cukai rokok menjadi penyebab utamanya. Harga rokok baik per batang atau satu pak murah banget jadinya
Sudah menjadi rahasia umum kalau dalam peredarannya rokok diatur sedemikian rupa. Salah satunya adalah setiap batang rokok yang beredar harus dikenakan tarif cukai tertentu. Nah saat ini tarif cukai rokok yang berlaku dinilai masih rendah. Dilansir dari laman Sekretariat Kabinet, tarif cukai yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 146/PMK.010/2017 ini senilai 57% dari harga jual eceran yang diajukan oleh pengusaha pabrik hasil tembakau. Misalnya harga eceran rokok kretek murni golongan I Rp. 1.120,- per batang, maka tariff cukai yang harus dibayarkan sebesar Rp.590,- per batang.
Dengan tariff cukai segitu aja satu bungkus rokok masih saja berharga belasan sampai dua puluhan ribu atau nggak sampai dua ribu rupiah per batang. Bahkan untuk rokok dari produsen skala lokal bisa lebih murah lagi. Bisa nggak sampai seribu per batang!
ADVERTISEMENTS
2. Apalagi kalau harga rokok dibandingkan dengan negara lain. Harga rokok di Indonesia berada di urutan paling bawah alias murah banget
Dilansir dari Asian Money Guides, harga rokok di Indonesia menduduki peringkat yang paling bawah atau yang paling murah di antara negara-negara seperti Singapura dan Malaysia. Makanya nggak heran kalau banyak bule yang membawa rokok Indonesia sebagai oleh-oleh saat kembali ke negara asalnya. Ya gimana, soalnya murah banget sih!
ADVERTISEMENTS
3. Banyaknya jumlah produsen baik yang skala kecil sampai nasional juga menyebabkan makin murahnya harga rokok di Indonesia. Strategi biar laku dan nggak kalah saing kali ya~
Menurut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), di Indonesia sendiri ada 1320 produsen rokok baik yang skala kecil sampai internasional yang tersebar di Pulau Jawa dan sebagian kecil Sumatera. Dari sekian ribu tersebut, 3 di antaranya merupakan produsen rokok raksasa seperti Philip Morris-Sampoerna, Djarum, Gudang Garam, dan BAT-Bentoel. Saking banyaknya produsen rokok ini, mereka jadi bersaing ketat untuk bisa memasarkan produknya. Makanya nggak salah kan kalau harga rokok masih dipatok rendah demi nggak kalah saing dengan produsen rokok lainnya.
ADVERTISEMENTS
4. Penyebab lainnya adalah pendapatan masyarakat Indonesia. Karena sebagian besar masih tergolong rendah, harga rokok jadi mau tak mau menyesuaikan daya beli masyarakat ini
Sudah menjadi rahasia umum kalau sebagian besar masyarakat Indonesia tergolong rendah dalam segi pendapatan. Menurut survei BPS tahun 2016 pendapatan rata-rata masyarakat Indonesia kurang dari 4 juta rupiah per bulan. Dengan pendapatan segitu, belum lagi potongan pajak dan biaya-biaya lain yang makin mencekik, produsen rokok seperti nggak punya pilihan selain menyesuaikan harga jual rokok mereka.
ADVERTISEMENTS
5. Lalu kalau rokok benar-benar dinaikkan harganya? Apa saja yang bakal terjadi ya?
Kalau harga rokok benar-benar bisa naik, menurut Framework Convention of Tobacco Control (FCTC) harapannya konsumsi rokok masyarakat akan turun. Apalagi banyak di antara konsumen rokok ini adalah anak-anak di bawah umur. Pun secara tidak langsung angka kematian akibat penyakit yang disebabkan rokok juga bisa ditekan. Selain itu dari segi pendapatan tariff cukai, bisa dialokasikan untuk mengatasi defisit dana JKN atau yang lebih dikenal sebagai BPJS. Dari segi rumah tangga, diharapkan para perokok aktif ini akan berpikir ulang untuk membeli rokok dan mengalokasikan dana rokok mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti peningkatan gizi untuk anak-anak mereka.
ADVERTISEMENTS
6. Kalau benar harga rokok dinaikkan, kira-kira gimana ya nasib petani tembakau dan buruh pekerja? Bakalan ikut dapat untung atau malah buntung?
Sebenarnya kenaikan harga rokok tidak akan memberikan dampak besar bagi para petani tembakau. Sebab dilansir dari Tempo, kebutuhan industri rokok nasional saat ini 60% dikuasai oleh tembakau impor. Harga jual tembakau lokal pun sudah cukup rendah sejak dulu. Sedangkan untuk buruh pabrik rokok sendiri juga sama. Karena kebanyakan dari mereka masih buruh kontrak dan alih daya, naik atau tidaknya harga rokok tidak memberikan pengaruh apa-apa pada pendapatan mereka.
Menyikapi adanya kampanye #RokokHarusMahal dan menimbang banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan rokok ini, sekarang pemerintah tengah menggodok Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait tarif cukai yang bakalan berlaku tahun 2019 nanti. Kayaknya memang kenaikan harga rokok inilah yang dianggap bakalan paling efektif dalam mengendalikan peredaran rokok di Indonesia. Apalagi wacananya harga satu bungkus rokok bakalan mencapai angka Rp.70.000,-. Kalau menurutmu gimana guys? Ampuh nggak nih kenaikan harga rokok ini?