Galau Putus Cinta Tingkatkan Risiko Kematian. Banyak Ahli Bilang Sindrom Patah Hati Itu Beneran Ada

Patah hati bisa bikin mati

Patah hati yang sedang kamu alami memang menyedihkan. Kenyataan pahit yang harus kamu terima tentang pacar yang berselingkuh, dia yang cuma mempermainkan, dan hal-hal menyakitkan lainnya ini terjadi dalam hidupmu. Susah banget rasanya mau mengikhlaskan dan mengambil hikmahnya. Tapi kalau kelamaan galau nggak baik juga lho. Berbagai penelitian ilmiah di bawah ini bahkan menyimpulkan bahwa patah hati bisa bikin seseorang cepat mati. Tuh ‘kan!

Dunia medis mengenal hal seperti ini dengan sebutan ‘sindrom patah hati’. Sindrom ini bisa terjadi lantaran seseorang telah mengalami stres berat akibat sakit hati yang dia alami. Selain itu, patah hati karena kematian juga bisa menjadi penyebabnya. Untuk itu, memendam rasa sakit jangan kelamaan kalau nggak mau kematian segera mendatangimu. Simak ulasan Hipwee News & Feature berikut ini untuk informasi selengkapnya.

Risiko kematian bagi orang yang sedang patah hati dianggap lebih besar dibanding orang normal. Katanya, risiko kematian tersebut banyak terjadi di 6 bulan pertama setelah patah hati

Terjadi 6 bulan pertama setelah patah hati via unsplash.com

Menurut penelitian dari Universitas Harvard dan Universitas Yamanashi, Tokyo, orang yang sedang patah hati akan berisiko lebih tinggi dibanding orang dengan kondisi psikis normal. Pada penelitian yang dilakukan pada 2011 itu mengikutsertakan 2,2 juta orang dan menunjukkan kalau 41 persen risiko kematian ada pada enam bulan pertama setelah patah hati. Kondisi psikis yang sedang menurun ini ternyata memang bisa berakibat pada kematian. 

Sindrom patah hati bisa terjadi gara-gara stres berat yang dialami. Lama-lama penyakit stroke dan serangan jantung bisa diderita

Diakibatkan stres berat via unsplash.com

Dilansir dari Live Science , menurut asisten kepala psikiatri di Zucker Hillside Hospital New York, Scott Krakower, sindrom patah hati bisa diderita seseorang ketika dirinya sudah mengalami stres berat. Stres yang dialami ini bisa disebabkan karena sakit hati dalam suatu hubungan atau kematian seseorang yang amat sangat dicintai. Berbagai penyakit diyakini akan segera mengintai, seperti serangan jantung dan stroke. Nah, untuk orang lansia yang kehilangan pasangan hidupnya akan dua kali berisiko mengalami penyakit ini sekitar sebulan setelah kematian orang tercinta.

Penyakit stroke dan serangan jantung bisa diderita oleh siapapun yang mengalami sindrom patah hati. Bahkan, untuk orang yang nggak punya riwayat penyakit ini sama sekali

Yang nggak ada riwayat stroke atau jantung juga bisa terkena via hcah.in

Menurut American Heart Association (AHA), sindrom patah hati juga dikenal sebagai stress-induced cardiomyopathy dan takotsubo cardiomyopathy. Jadi, penyakit stroke dan serangan jantung juga bisa menyerang kepada siapa saja yang mengidap sindrom ini, sekalipun nggak punya riwayat kedua penyakit itu sama sekali. Sindrom patah hati muncul saat sebagian otot jantung tengah membesar sementara dan nggak bisa memompa darah dengan baik. Ketika itu, bagian jantung yang lain bekerja dengan normal, bahkan bisa lebih keras. Hal seperti ini dapat menyebabkan detak jantung nggak teratur atau jantung akan terlalu lemah, sehingga darah tak mengalir merata ke seluruh tubuh.

Seperti apa gejalanya? Sindrom patah hati akan merasa nyeri dada dan sesak napas

sesak napas via www.rd.com

Yang mengalami sindrom patah hati biasanya akan mengalami gejala-gejala seperti serangan jantung. Bedanya adalah nggak terjadi penyumbatan pembuluh darah atau kerusakan jantung pada tubuh. Penyebab secara pasti sindrom patah hati memang masih belum jelas. Tapi, para peneliti menyakini kalau kadar hormon stres yang berlebihan dan kejang di arteri darah adalah faktor utamanya. Gejala yang dialami sindrom patah hati pun akan terjadi secara tiba-tiba yang biasanya muncul setelah mengalami tekanan psikis maupun fisik yang parah.

Selain itu, ketika kondisi jantung dicek melalui EKG (tes untuk mencatat aktivitas listrik jantung) hasilnya nggak akan terlihat sama dengan hasil EKG yang ditujukan bagi orang-orang yang memang terkena serangan jantung. Hasil tes bagi penderita sindrom patah hati hanya menunjukkan kalau ada gerakan yang nggak biasa pada ruang jantung kiri bagian bawah. Dengan demikian, penyembuhan bagi penderita sindrom patah hati diyakini lebih cepat dibanding yang memang terkena serangan jantung beneran.

Nggak cuma jantung atau stroke, tapi sistem kekebalan tubuh juga bisa terkena dampak dari patah hati

sistem kekebalan tubuh juga berpengaruh via sea.askmen.com

Pada penelitian lainnya, psikolog dari Universitas of Virginia, James Coan, mengatakan kalau stres berat yang dialami berkepanjangan dapat memengaruhi tubuh. Sugesti negatif tersebut akan menyebabkan tubuh seperti nggak bisa melawan berbagai penyakit. Sama halnya dengan kondisi psikisnya yang merasa nggak bersemangat dan tanpa ada gairah sama sekali untuk melanjutkan hidup. Makanya, daya tahan tubuh penderita sindrom patah hati pun menurun. Begitupun ketika seseorang sedang jatuh cinta, maka dopamin akan diaktifkan secara otomatis. Nah, dopamin ini yang memberi energi untuk hidup, fokus, motivasi, optmismis, dan bikin sehat.

Dari hasil penelitian tersebut, sangat disarankan bagi siapapun yang sedang mengalami patah hati agar jangan menyembunyikan perasaannya. Kamu bisa bercerita kepada orang-orang terdekat secara perlahan. Hal ini diyakini cara itu dapat mengurang beban stres yang ada dalam pikiran.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini