Indonesia Masuk Peringkat Ke-3 Penyakit Kusta di Dunia, Apa Penyebabnya?

Ada penyakit yang masuk kategori golongan penyakit tropis yang seringkali terabaikan yaitu negleced tropical disease (NTD). Beberapa jenis patogen yang menjadi penyebab munculnya kategori golongan penyakit tropis di antaranya, bakteri, virus, protozoa dan cacing penyakit.

Advertisement

Ada 8  penyakit NTD yang menyerang di Indonesia antara lain frambusis, filariasis, schistosomiasis, kecacingan, taeniasis, dengue, chikungunya, rabies dan kusta. Sobat Hipwee tahukah kusta ialah penyakit kusta yang ada sejak zaman dahulu sampai dijadikan mitos penyakit kutukan, nah penyakit kusta ini kini benar-benar serius, di Indonesia sudah tercatat 10.976 kasus pada tahun 2021.

Menurut catatan dari Kementerian Kesehatan RI, Imran Pambudi dikutip dari Detik Healt bahwa kasus kusta terbanyak berada di lima wilayah di antaranya Papua Barat, Maluku Utara, Papua, Maluku dan Sulawesi Utara.

Melejitnya angka persebaran kusta di Indonesia, menjadi rangking 3 di dunia

Penyakit kulit yang dianggap kutukan, ini sangat serius angkanya melejeti. Namun jika dibiarkan penyakit ini menular sehingga kasusnya tidak dapat dikendalikan. Menurut data dari  Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes) 10.976 kasus kusta diidentifikasi menjadi peringkat ketiga di dunia, urutannya dari India, Brazil, Indonesia dan mozambique. Dilansir dari media DetikHealth, Imran mengungkapkan kalau penanganan kasus kusta ini menggunakan metode multi-drug, sehingga menggunakan beberapa kombinasi obat.

Advertisement

“Masih jadi masalah kesehatan dan saat ini kondisinya seperti pengobatannya, masih sekarang multi drug teraphy, jadi obatnya tak hanya satu jadi combine.”

Kendala yang menjadi sorotan ini, penyebab kusta yang penyebarannya begitu cepat, menular secara langsung dari pasien yang belum diobati ke orang lain. Penularan kusta sendiri melalui kontak pernapasan. Sobat Hipwee, tentunya penyebab penyakit kusta ini bisa diselesaikan jika akar masalahnya pun dicari. Mengobati secara efiesien pasien yang terserang penyakit kulit golongan penyakit tropis butuh kesadaran dari pasien untuk sembuh.

Mengetahui gejala penyakit kusta dan penyebarannya agar kasus penyakit kusta bisa berkurang

Kusta di Indonesia

Kusta hingga mengakibatkan kecacatan | Foto dari iStock

Advertisement

Penyakit kusta bukan penyakit kutukan, melainkan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae dengan nama lain Bassilus Hansen. Bakteri ini menyerang jaringan saraf perifer pada kulit serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung.

Sebenarnya penyakit ini bisa sembuh dan tidak begitu berbahaya jika ditangani dengan cepat, pengobatan dini dan bisa mencegah penularan. Karena jika penyakit kusta tidak disembuhkan dengan tepat akan menyebabkan kelumpuhan dan buta.

Gejala penyakit kusta sendiri sangat mudah dikenali, jika timbul bercak perubahan warna kulit yang lebih putih. Lesi di kulit (terjadinya sesuatu abnormal pada kulit) kemerahan atau benjolan. Gejala ini muncul secara bertahap, ia tidak hilang beberapa minggu atau lebih.

Tanda berikutnya jika lesi pada kulit ini disertai gejala kebas pada bagian tertentu disertai kelemahan otot, yang terjadi berikutnya adalah kerusakan saraf. Kerusakan pada safat akan berpengaruh pada daya kekuatan otot yang akan melemah.

Kerusakan saraf yang terjadi dapat menyebabkan seseorang kehilangan perasaan di lengan dan kaki, serta kelemahan pada otot. Semakin dini diagnosis dari gejala kusta terdeteksi, semakin cepat penanganan yang dilakukan agar tidak menimbulkan komplikasi berbahaya. Gejala dari penyakit kusta dapat menyerang mata dan jaringan tipis yang melindungi hidung bagian dalam.

Organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization) membuat klasifikasi kusta pada dua kelompok.

  1. Pausibasiler: 1-5 lesi, kusta jenis ini menyebabkan rasa baal yang jelas dan menyerang satu cabang saraf.
  2. Multibasiler: lesi lebih dari 5, kusta yang berbeda dari pausibasiler, kusta multibasiler membuat rasa baalnya tidak jelas dan menyerang banyak cabang saraf.

Penularan penyakit kusta tidak serta merta menyerang secara langsung, karena masa inkubasi bakteri ini selama 40 hari sampai 40 tahun. Rata-rata orang yang terserang penyakit kusta membutuhkan waktu 3-5 tahun setelah timbulnya gejala. Sebagai informasi tambahan, nih SoHip kalau ibu hamil yang terinfeksi penyakit kusta tidak menularkan penyakit pada bayi yang belum lahir. Penyakit kusta tidak menular dari kontak sesual.

Penyakit kusta hanya bisa menyebar lewat kontak kulit yang lama dan tinggal bersama orang tersebut atau lewat udara (ketika bersin) maupun batuk. Alasannya bakteri Mycobacterium leprae bisa hidup menjadi droplet di udara. Namun, penyakit kusta bukan penyakit yang mudah menular.

Agar penyakit Kusta yang sudah hampir sebelas ribu kasus di Indonesia ini bisa diatasi ada tindakan preventif itu tadi, seperti yang disampaikan oleh Kemenkes, Imran untuk segera berobat dengan multi drug yang diresepkan oleh dokter. Karena apabila penangannya telat. Bisa berakibat fatal mulai dari kebutaan (glaukoma), terjadi disfigurasi wajah (pembengkaan permanen dan benjolan), gagal ginjal.

Pada bagian otot akan berkurang fungsinya, yaitu otot menjadi lemah dan tidak bisa melenturkan kaki. Terjadi kerusakan permanen hingga cacat progresif pada bagian tertentu pada tubuh. Pada pria bisa terjadi disfungsi ereksi dan kemandulan. Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung yang menyebabkan mimisan serta hidung tersumbat kronis.

Nah, Sobat Hipwee, tentunya kita tidak ingin angka penyebaran kusta meningkat dengan demikian kalau merasa ada gejala ringan kusta segera konsultasi pada dokter agar mendapatkan penanganan lebih dini. Lebih cepat periksa, maka penyakitnya mudah diatasi. Begitu ya SoHip, menjaga kebersihan lewat kontak fisik dan menggunakan masker sebagai langkah preventifnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka menulis dan fotografi

Editor

Penikmat buku dan perjalanan

CLOSE