Angka Kelahiran Terus Menurun, Korea Selatan Jadi Negara dengan Kesuburan Terendah di Dunia

Belakangan ini, sejumlah negara di dunia sedang mengalami masalah serius berupa penurunan tingkat kelahiran. Persoalan tentu saja tidak baik bagi kelangsungan suatu negara. Sejatinya apabila tingkat kelahiran mengalami penurunan maka akan timbul permasalahan yang lebih pelik seperti jumlah tenaga kerja muda akan berkurang, kesulitan menjaga produktivitas ekonomi di negara terkait, hingga melemahnya kekuatan negara itu sendiri.

Advertisement

Dilansir dari CNN Indonesia, Korea Selatan mencatat angka kelahiran atau tingkat kesuburan yang mengalami penuranan dibanding tahun lalu. Menurut data, angka kelahiran Negeri Gingseng kali ini masuk ke dalam rekor terendah.

Sebelumnya, dilansir dari BBC angka kelahiran di Korea Selatan ini sempat diproyeksikan mengalami penurunan bahkan hingga menyentuh titik terendah. Dilihat dari kondisi tiga tahun terakhir atau sejak pandemi 2020 hingga 2022, secara alami populasi di negara ini memang melandai.

Catatan angka kelahiran di Korea Selatan menunjukkan angka yang terus-menerus turun beberapa tahun terakhir

Angka kelahiran di Korea Selatan terendah di dunia

Angka kelahiran di Korea Selatan terus menurun dari tahun ke tahun / Credit: Photo by Yongzheng Xu on Unsplash

Rendahnya angka kelahiran di Korea Selatan kali ini disebut-sebut sebagai fenomena tersuram. Pasalnya, catatan angka kelahiran yang terus melandai membuat Korea Selatan menjadi negara dengan angka kelahiran terendah di dunia. Dilansir dari CNN Indonesia (Kamis, 23/02), Badan Pusat Statistik Nasional Korea mencatat tingkat kesuburan atau jumlah rata-rata anak dari per wanita sebanyak 0,03 dibandingkan tahun lalu.

Advertisement

Seperti diketahui, pada tahun 2021 angka kelahiran di Korea Selatan berada di angka 0,81 dan di tahun 2022 hanya sebesar 0,78 saja. Berdasarkan temuan yang cukup mengejutkan ini, Korea Selatan setidaknya memerlukan tingkat kesuburan sebesar 2,1 untuk menjaga populasi di negara tersebut agar tetap stabil dengan catatan tanpa adanya migrasi.

Melansir Republika.co.id (Rabu, 22/02/2023), angka kelahiran di Korea Selatan sendiri tercatat sebagai angka terendah di antara negara-negara di Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Negara-negara OECD memiliki angka rata-rata kelahiran sebesar 1,59 pada 2020. Di tahun yang sama Amerika Serikat mempunyai angka rata-rata 1,64 dan Jepang 1,33, sementara kota Seoul mencatat tingkat kelahiran di angka 0,59.

Angka kelahiran yang terus berkurang ini telah cukup lama di alami Korea Selatan. Tingkat kelahiran di Korea Selatan mulai dirasakan menurun sejak 2015 dan terus berlangsung hingga kini. Data mencatat untuk pertama kalinya di tahun 2020, angka kematian negara tersebut lebih banyak daripada angka kelahiran. Dilansir dari CNN Indonesia (Kamis, 23/02), di tahun 2022 Korea Selatan melaporkan ada sekitar 249.000 kelahiran dan 372.800 kematian.

Advertisement

Penyebab utama tingkat kelahiran Korea Selatan rendah serta sejumlah upaya pemerintah untuk menumbuhkan tingkat kelahiran

Angka kelahiran di Korea Selatan terendah di dunia

Faktor ekonomi dan menunda kehamilan merupakan penyebab utama angka kelahiran di Korea Selatan terus menurun / Credit: Photo by Daniel Bernard on Unsplash

Penurunan demografi tidak hanya terjadi di Korea Selatan, tetapi juga dibeberapa negara di Asia seperti Jepang dan China. Fenomena penurunan angka kelahiran ini dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan baru yakni kurangnya tenaga kerja muda untuk mendukung populasi lanjut usia (Lansia) yang tidak seimbang.

Usia rata-rata melahirkan di Korea Selatan pada tahun 2022 ialah 33,5 tahun yang mana angka ini naik 0,2 tahun dibandingkan usia pada tahun sebelumnya. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa sebuah kehamilan terjadi pada usia yang telah bertambah karena beberapa faktor seperti menunda kehamilan.

Pergeseran demografis ini dimungkinkan faktor ekonomi di antaranya budaya kerja yang menuntut, upah kerja yang tidak bertambah dan meningkatnya biaya hidup yang menyebabkan perubahan pola pikir tentang pernikahan dan kesetaraan gender. Terlepas dari faktor ekonomi, pengelolaan dana untuk mengatasi persoalan demografis ini terbukti kurang efektif. Melansir CNN Indonesia (Kamis, 23/02), Septermber 2022 lalu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengaku lebih dari US$200 miliar telah dialokasikan untuk meningkatkan populasi selama 16 tahun terakhir.

Menghadapi krisis angka kelahiran, Korea Selatan melakukan berbagai upaya sebagai antisipasi. Dikutip dari CNN Indonesia (Kamis, 23/02), beberapa upaya yang dilakukan pemerintah Korea Selatan di antaranya memperpanjang masa cuti melahirkan berbayar, memberikan “voucher bayi” berupa uang kepada orang tua baru. Selain itu, pemerintah Korea Selatan juga gencar melakukan kampanye sosial yang mendorong laki-laki untuk turut berkontribusi dalam proses pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga yang selama ini identik dilakukan oleh para perempuan saja.

Akhir-akhir ini memang diketahui banyak laki-laki maupun perempuan yang menunda pernikahan dengan bermacam alasan, salah satunya faktor ekonomi. Mereka memilih untuk berkarier dan menstabilkan ekonomi terlebih dahulu mengingat kebutuhan biaya hidup yang kian melonjak.

Pilihan tersebut tidak mudah memang, namun perlahan keputusan itu turut mengubah kondisi suatu negara. SoHip termasuk tim yang mana nih? Menikah dulu baru bersama-sama mapan atau berkarier dulu lalu memutuskan menikah?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Penikmat buku dan perjalanan

CLOSE