Masuk Musim Hujan, Waspada Wabah Leptospirosis! 249 Kasus Ditemukan di Jatim

Memasuki musim hujan, memang banyak penyakit yang mulai mewabah. Bukan hanya flu dan pilek biasa, wabah penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri dari hewan pun nggak boleh diabaikan. Seperti wabah penyakit yang baru-baru ini menjangkit warga Pacitan dan beberapa kabupaten lainnya di Jawa Timur, yakni leptospirosis atau dikenal juga dengan kencing tikus.

Lonjakan kasus leptospirosis di tahun ini bisa dibilang sudah cukup tinggi apalagi memasuki musim hujan. Penyakit tersebut sudah menyerang ratusan warga dan telah menelan beberapa korban jiwa. Sebenarnya apa itu penyakit leptospirosis? Bagaimana penyebarannya dan gejala yang harus kita waspadai?

Tingginya kasus leptospirosis di Jawa Timur hingga Maret 2023

Leptospirosis

Kasus leptospirosis di Jawa Timur | Photo by Denitsa Kireva from Pexels

Wabah leptospirosis tengah menyerang warga di beberapa kabupaten di Jawa Timur. Berdasarkan data terkini yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Jawa Timur, angka positif leptospirosis sudah mencapai 249 kasus hingga 5 Maret 2023. Sejauh ini wabah leptospirosis paling tinggi di Kabupaten Pacitan dengan 204 kasus, bahkan 6 di antara dinyatakan meninggal dunia.

Sementara itu di kabupaten Probolinggo ada 3 kasus dengan jumlah kematian 2 orang, di Gresik ada 3 kasus, Lumajang 8 kasus, Kota Probolinggo ada 5 kasus dengan 1 kematian, Sampang 22 kasusu dan Tulungagung 4 kasus.

Melansir dari laman Dinas Provinsi Jatim, Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur, mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap gejala leptospirosis ini. Pasalnya gejala penyakit ini mirip dengan berdarah, sehingga bila nggak segera ditangani pasien bisa meninggal dunia.

“Kami mengimbau agar masyarakat yang merasakan gejala segera memeriksakan diri. (Gejalanya) mirip dengan demam berdarah, jika tidak segera tertangani, pasien terjangkit bisa meninggal dunia,” katanya pada Selasa (7/3).

Selain waspada dengan gejala seperti demam, nyeri oto, hingga kemeraan atau kekuningan pada mata, warga juga diminta untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Apalagi saat musim hujan seperti saat ini di mana penyakit leptospirosis lebih mudah menyebar. Risiko banjir pun bisa mempercepat penyebaran penyakit ini.

Mengenal penyakit  leptospirosis dan bagaimana penyebarannya

Leptospirosi

Leptospirosis dan cara penyebarannya | Photo by Denitsa Kireva from pexels

Leptospirosis ditemukan oleh Weil pada tahun 1886 dan sudah didiagnosis lebih sering selama beberapa tahun terakhir. Dilansir dari halaman CDC, leptospirosis adalah penyakit bakteri yang menyerang manusia dan hewan. Penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri dari genus leptospira. Bakteri tersebut disebarkan melalui urin hewan yang terinfeksi.

Urin tersebut dapat masuk ke air atau tanah dan bisa bertahan di sana selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Ada banyak jenis hewan yang bisa membawa bakteri ini di dalam tubuhnya. Seperti hewan ternak, babi, kuda, anjing, hewan pengerat seperti tikus, dan hewan liar.

Ketika hewan-hewan tersebut terinfeksi, hewan-hewan tersebut mungkin nggak memiliki gejala penyakit. Namun, hewan yang terinfeksi, dapat terus mengeluarkan bakteri ke lingkungan secara terus-menerus atau sesekali selama beberapa bulan dan tahun. Penyakit ini bisa menular ke manusia melalui media air yang terkontaminasi bakteri tersebut. Hal ini karena bakteri penyebab leptospirosis nggak bisa mati ketika terbawa air tawar.

Manusia dapat terinfeksi bakteri ini jika terkena kontak dengan urin atau cairan tubuh lain (kecuali air liur) dari hewan yang terinfeksi, kontak dengan tanah, air, atau makanan  dan minuman yang terkontaminasi urin hewan yang terinfeksi. Bakteri tersebut dapat masuk ke tubuh manusia melalui kulit atau selaput lendir seperti mata, hidung, atau mulut. Apalagi jika kulit tersebut terdapat luka atau goresan.

Leptospirosis disebut juga dengan istilah kencing tikus. Hal ini karena diistilahkan sebagai salah satu hewan yang banyak menularkan bakteri penyebab penyakit ini. Meskipun penyebabnya bukan hanya tikus saja.

Leptospirosis bisa menjadi wabah yang membahayakan saat banjir, sebab pada musim penghujan manusia lebih sering kontak dengan air banjir yang kemungkinan besar terkontaminasi dengan urin hewan yang terinfeksi leptospirosis. Itulah kenapa kasus leptospirosis melonjak ketika musim hujan apalagi di daerah banjir.

Selain itu, diketahui bahwa Leptospirosis paling sering terjadi di negara yang beriklim sedang atau tropis. Banyak yang berisiko terkena penyakit ini. Terutama bagi pekerja yang banyak melakukan kegiatan di luar ruangan atau sering terpapar hewan.

Pekerjaan tersebut seperti petani, pekerja tambang, pekerja saluran pembuangan, pekerja rumah potong hewan, dokter hewan dan penjaga hewan, pekerja ikan, peternak sapi perah, personil militer, dan lain-lain. Penyakit ini juga dihubung-hubungkan dengan kegiatan seperti berenang dan arung jeram yang airnya sudah terkontaminasi. Selain itu, infeksi leptospirosis semakin meningkat kepada anak-anak di wilayah perkotaan.

Gejala leptospirosis yang harus kamu waspadai!

leptospirosis

Gejala leptospirosis dan cara pencegahannya | Photo by Denitsa Kireva from Pexels

Leptospirosis biasanya disebabkan oleh paparan air yang terkontaminasi, contohnya air banjir dan air selokan. Namun, penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi. Jika penyakit ini terkena manusia, maka akan menyebabkan beberapa gejala.

Gejala tersebut seperti demam tinggi (>38 derajat celsius), sakit kepala, panas dingin, nyeri otot, muntah, penyakit kuning (kulit dan mata kuning), mata merah, sakit perut, diare, dan ruam. Namun, nggak semua orang yang terinfeksi bisa menunjukkan gejala yang sama ketika terinfeksi penyakit ini.

Melansir dari laman Kementerian Kesehatan, ada dua fase yang terjadi jika manusia terkena leptospirosis. Fase pertama adalah demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, muntah, dan diare. Pada fase tersebut, pasien bisa saja sembuh untuk sementara waktu namun penyakitnya bisa kembali lagi.

Fase kedua akan lebih parah. Pasien mungkin bisa mengalami gagal ginjal, gagal hati, atau meningitis. Penyakit tersebut bisa berlangsung beberapa hari hingga 3 minggu lebih.

Tanpa perawatan medis yang tepat, pemulihan mungkin akan menghabiskan waktu selama berbulan-bulan. Jika nggak diobati segera, leptospirosis akan menyebabkan kerusakan pada ginjal, meningitis (radang selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang), gagal hati, gangguan pernapasan, atau bahkan kematian.

Jika terdapat gejala yang mengarah kepada leptospirosis, maka pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian antibiotik seperti doksisiklin atau penisilin. Obat tersebut harus diberikan pada awal gejala. Untuk gejala yang lebih parah, pemberian antibiotik intravena mungkin diperlukan. Tentunya obat-obat tersebut harus diresepkan oleh dokter, ya!

Nah, memasuki musim penghujan seperti sekang, SoHip harus banget nih meningkatkan kebersihan di lingkungan tempat tinggal. Apalagi bagi SoHip yang tinggal diwilayah langganan bajir, begitu pun bagi SoHip yang sering berkontak langsung dengan hewan-hewan yang bisa menularkan leptospirosis ini. Selalu jaga kebersihan, cuci tangan pakai sabun setiap kontak dengan hewan atau setelah beraktivitas bersih-bersih baik di dalam maupun luar ruangan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Introvert

Editor

Penikmat buku dan perjalanan