Memelihara Tanaman Selama Pandemi Telah Membantuku Menghadapi Stres dan Kejenuhan yang Menganggu

memeliraha tanaman selama pandemi

Sejak imbauan berkegiatan dari rumah dikencangkan pemerintah menyusul pandemi Covid-19 yang merebak di Indonesia Maret 2020 lalu, waktu yang sejatinya tetap 24 jam sehari-semalam terasa lebih panjang dari biasanya. Cara hidup yang baru dengan waktu yang terasa panjang ini membuat nyaris semua orang merasa bingung dan bosan. Termasuk saya. Bingung karena nggak tahu mau ngapain ketika pekerjaan wajib selesai, bosan karena ritme kehidupan cenderung jadi monoton.

Advertisement

Untuk mengatasi dua hal tersebut, media sosial agaknya jadi salah satu pelarian banyak orang. Berharap dunia maya bisa memberikan energi positif sekalipun itu utopis. Tapi bukannya berdampak positif, konsumsi media sosial yang melonjak di masa pandemi ini malah cenderung menyumbang penyebab stres. Entah karena terpapar berita secara berlebihan, atau karena kesal melihat lini masa dipenuhi unggahan orang yang tetap nongkrong. Saya juga sempat stres karena dua alasan tersebut, sebelum akhirnya memilih mengikuti lebih banyak akun pecinta tanaman yang membuat saya jadi ingin memelihara tanaman untuk menghalau kebosanan.

Kata peneliti, interaksi manusia dengan alam baik untuk kesehatan mental. Saya percaya itu

Tanaman monstera (dok. Luthfi/Hipwee) via www.hipwee.com

Sebelumnya, selama swakarantina selama hampir 7 bulan ini, saya telah mencoba melakukan beberapa kegiatan biar nggak bosan. Seperti lebih banyak membaca dan main alat musik. Tapi dengan kemampuan bermusik yang pas-pasan dan malas mengeksplorasi, ujung-ujungnya saya bosan lagi. Syukurnya kebosanan ini nggak bertahan lama, karena di sela kegiatan scroll Instagram saya menemukan satu akun pecinta tanaman dengan unggahan yang cukup menggugah: beberapa sudut rumah dan kamarnya dipenuhi berbagai macam tanaman. Hanya dengan melihat unggahan tersebut saja saya merasa senang dan tenang. Sejak saat itu saya jadi lebih banyak mengikuti akun pecinta tanaman, dan algoritma Instagram selalu merekomendasikan hal serupa di deret teratas lini masa saya. Berita tentang pandemi yang berlebihan dan unggahan orang-orang abai terkalahkan!

Kesenangan melihat unggahan para pecinta tanaman lambat laun berubah jadi keinginan untuk memelihara tanaman sendiri. Maklum, di kota seperti Jakarta yang menjulang bukan pohon melainkan gedung; yang subur bukan tanah melainkan polusi. Padahal riset dari para peneliti Universitas Warwick dan Universitas Sheffield di Britania Raya mengatakan interaksi manusia dengan alam sekitarnya bisa menimbulkan perasaan nyaman yang baik bagi kesehatan mental.

Advertisement

Nah, didukung alasan tersebut, berhubung PSBB saya jadi nggak bisa berinteraksi langsung dengan alam terbuka, pun bisa ruang terbuka hijau di Jakarta sedikit banget, maka memilih beberapa tanaman yang sekiranya cocok untuk dipelihara oleh seorang pemula adalah pilihan yang menggiurkan. Selain ternyata bisa berdampak baik bagi kesehatan mental, dengan memelihara tanaman saya jadi punya variasi objek untuk dikagumi selain layar laptop.

Memelihara tanaman di rumah bisa jadi salah satu cara memenuhi kebutuhan manusia akan kawasan hijau

tanaman sukulen (dok. Luthfi/Hipwee) via www.hipwee.com

Keputusan saya memelihara tanaman untuk mengurai stres dan kebosanan ternyata sejalan dengan rekomendasi peneliti LIPI, Lengga Pradipta. Dalam tulisannya di The Conversation , Lengga mengatakan berkebun atau memelihara tanaman di lahan terbatas seperti rumah atau indekost, bisa jadi salah satu cara mensiasati kebutuhan akan kawasan hijau yang baik bagi kesehatan mental. Menurutnya, apapun cara yang dilakukan, aktivitas berkebun bisa membantu mengurangi risiko depresi dan stres khususnya di masa pandemi ini.

Advertisement

Jadi, kalau kamu punya ruang kosong yang bisa dijadikan lahan memelihara tanaman meski sedikit, maka gunakanlah. Teras bisa dijadikan tempat untuk beberapa jenis tanaman. Dinding yang kosong juga bisa dimanfaatkan. Atau seperti saya yang memanfaatkan sedikit pojok kosong di kamar. Merawat tanaman dengan rutin menyirami dan memberi pupuk, lalu menyaksikan pertumbuhannya yang dinamis akan semenyenangkan itu jika kamu coba. Percaya deh!

Nah, dalam pengalaman saya, saya memilih jenis tanaman yang bandel dan gampang dalam perawatan. Saat ini saya merawat duo monstera, sirih gading, beberapa jenis kaktus dan sukulen. Pertimbangan lain dalam memilih tanaman tersebut adalah manfaat langsung yang mereka hasilkan. Misalnya, tanaman lidah buaya saya pilih karena bisa meningkatkan kualitas tidur, dan sirih gading karena mampu menyaring kualitas udara dalam ruangan.

kaktus dan sukulen (dok. Luthfi/Hipwee) via www.hipwee.com

Dengan memelihara tanaman sejak 3 bulan terakhir, stres yang saya rasakan ketika harus menulis artikel yang berkaitan dengan pandemi agaknya bisa terurai. Merasa bosan harus menghabiskan waktu hari demi hari di indekost juga sudah jarang. Karena setiap tanaman yang saya rawat punya cara tumbuh yang unik dan dinamis, maka ia memberikan pengalaman yang nggak kalah menarik. Monstera adansonii misalnya, ia sangat cepat berkembang. Dalam satu minggu saja tiga tunas baru sudah muncul. Menyaksikan tunas baru muncul dari tanaman yang dirawat sendiri sangatlah menggembirakan hati.

Kini setiap pagi sebelum menyalakan laptop saya menyiram beberapa tanaman yang harus mendapat pasokan air. Sesekali mengajak mereka ngobrol sambil mendengarkan musik. Karena menurut penelitian, hal yang terkesan aneh ini mampu mempengaruhi kualitas pertumbuhan tanaman lo.

Penasaran kan mengapa saya mengajak ngobrol anak-anak hijau ini? Baca selengkapnya di sini ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Penikmat jatuh cinta, penyuka anime dan fans Liverpool asal Jombang yang terkadang menulis karena hobi.

CLOSE