9 Potret Kelam Kebun Binatang Manusia, Dikandangi dan Dijadikan Tontonan Layaknya Binatang

Potret kebun binatang manusia

Sebelum bisa diterima dengan baik seperti sekarang dan jauh sebelum Obama bisa jadi presiden, orang kulit gelap punya sejarah yang begitu kelam. Saat rasisme masih merebak dan dianggap hal yang normal, mereka seringkali diperlakukan secara tidak manusiawi oleh orang-orang kulit putih, cuma gara-gara kehidupan mereka lebih primitif. Sejak dulu orang-orang Eropa atau Amerika alias orang-orang kulit putih memang hidup lebih modern dibanding orang berkulit gelap di Afrika, sebagian Asia, atau Amerika Selatan. Hal ini membuat mereka merasa lebih berkuasa. Nggak kaget kalau zaman dulu perbudakan begitu merajalela.

Advertisement

Selain perbudakan, bentuk lain dari rasisme yang barangkali belum banyak diketahui orang adalah kebun binatang manusia. Iya, manusia dikandangin dan jadi tontonan kayak binatang itu beneran pernah populer di abad 19 sampai awal abad 20! “Korban”nya adalah orang-orang kulit gelap yang diambil dari benua lain. Fenomena ini jadi bukti kelam jejak rasisme di dataran Eropa dan Amerika.

1. Pemandangan orang berkulit gelap di dalam kandang dan ditonton banyak orang kulit putih seperti foto ini bukan sesuatu yang aneh zaman dulu. Ya, human zoo atau istilah lebih halusnya “pameran etnologi ” begitu populer awal tahun 1800-an

Zaman belum ada internet, orang begitu amazed dengan penampilan orang lain yang tampak berbeda dari kelompoknya, sampai dipertontonkan gini via www.change.org

2. Orang-orang kulit gelap ini dibiarkan beraktivitas seperti biasa di dalam kandang, ya kayak hewan di kebun binatang gitu. Soalnya dalihnya memang sebagai “pertunjukan budaya asing”

Orang-orang kulit gelap ada yang diambil secara paksa, atau dijanjikan kehidupan lebih layak, padahal kenyataannya malah dijadikan tontonan via www.cbc.ca

3. Dalam sebuah buku yang membahas  human zoo disebutkan kalau pelopor kebun binatang manusia ini adalah Carl Hagenbeck, wirausahawan binatang eksotis asal Jerman

Awalnya dia disarankan temannya untuk membawa serta orang suku asli yang paham binatang eksotis. Ia setuju, lalu memutuskan mengajak orang suku Sami dari Skandinavia beserta rusa kutub Utara yang akan dia pamerkan. Carl lalu membuat kandang yang di dalamnya ada rumah asli suku Sami, serta aksesoris pelengkapnya. Biar berasa di tempat tinggalnya sendiri gitu. Orang-orang Sami dibiarkan hidup seperti biasa di dalam kandang, termasuk melakukan ritual-ritual khas sukunya. Orang-orang Jerman pada tertarik karena mereka belum pernah melihat suku-suku primitif, maklum zaman itu belum ada TV apalagi internet.

Carl Hagenbeck via www.dw.com

4. Kebun binatang manusia milik Carl akhirnya banyak ditiru pebisnis-pebisnis Eropa lain. Human zoo kemudian menjamur tahun 1830-1840an dan banyak dijumpai di Paris, Berlin, London, hingga New York

Keberadaannya semakin menjamur via guadeloupe-actu.com

5. Kebun binatang manusia juga jadi ajang memamerkan manusia-manusia dari daerah lain sesuai negara jajahannya. Jadi misalnya bangsa Belgia kerap memamerkan orang-orang dari Kongo, bangsa Perancis punya orang-orang Madagaskar, dan lain-lain

Memanfaatkan orang-orang dari negara yang dijajah via www.npr.org

Bahkan bangsa Belanda juga pernah memamerkan orang-orang dari Hindia-Belanda yang sekarang jadi negara Indonesia lo! Huhu berarti bangsa kita dulu dianggap primitif ya sama bangsa Eropa…

Advertisement

6. Yang paling tragis, ada kisah seorang anak lelaki dari Kongo namanya Ota Benga. Ia dibawa ke AS oleh Samuel Phill Verner lewat janji manis akan disekolahkan. Namun kenyataan justru berbanding terbalik

Benga justru dimanfaatkan oleh Verner untuk mengeruk keuntungan dari bisnis kebun binatang manusianya. Suatu hari Benga diminta mengikir giginya menjadi tajam agar mirip binatang-binatang buas. Benga juga ditempatkan satu kandang dengan simpanse dan orangutan. Ia dibawa berkeliling kota dan dipertontonkan. Benga nggak pernah kembali ke Kongo. Setelah hampir 10 tahun tinggal di AS (tahun 1916), ia memutuskan bunuh diri di usianya yang masih 32 tahun.

7. Memasuki era televisi, kebudayaan daerah lain yang awalnya terasa jauh sampai harus mendatangkan suku asli sana, jadi terasa dekat. Minat orang pada human zoo berangsur menurun

Keberadaannya mulai dikritik via gabriellagiudici.it

Ditambah fenomena ini mendapat kritikan keras dari sejumlah pendeta kulit hitam dan organisasi-organisasi kemanusiaan global yang mulai menjamur pada pertengahan abad 20. Suara aktivis-aktivis anti rasisme juga bergema cukup kencang, menuntut dihapuskannya bisnis super rasis itu.

8. Akhirnya perlahan bisnis kebun binatang manusia ini runtuh dengan sendirinya

Runtuh karena sepi peminat via rarehistoricalphotos.com

Advertisement

9. Human zoo terakhir yang dilaporkan berdiri ada di Brussels tahun 1958. Bangsa Belgia memamerkan orang-orang asli Kongo yang waktu itu memang masih jadi negara jajahannya

Kongorama jadi pameran manusia terakhir di dunia via www.theguardian.com

Pameran ini diberi nama Kongorama . Orang-orang Kongo ditempatkan di dalam pagar bambu dan dibiarkan melakukan aktivitas sehari-hari seperti bertani. Alat transportasi dan karya seni mereka juga turut dipamerkan. Bahkan pengunjung ada yang melempar pisang dan uang agar orang Kongo itu beraksi. Mereka juga ditertawakan dan diejek. Pertunjukan ini kabarnya sampai menewaskan 7 orang Kongo akibat lingkungan yang buruk di kebun binatang.

Untung banget ya sekarang praktik semacam itu sudah dihapuskan. Meski sebenarnya jejak-jejak rasisme masih bisa ditemukan di beberapa wilayah, tapi setidaknya levelnya udah nggak separah dulu. Sekarang bahkan orang-orang berkulit gelap punya hak yang setara dengan mereka yang berkulit putih, dan bisa menempati posisi-posisi penting di berbagai lini. Thanks to technology!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE