Saat Penjualan Hewan Berwarna Masih Diminati, Fakta Di Baliknya Justru Bikin Miris Hati. Kasihan :(

hewan warna warni yang masih diminati masyarakat

Banyak cara atau strategi dalam penjualan. Misalnya saja dengan penawaran harga yang murah atau kualitas yang di atas rata-rata. Strategi ini tentu saja menyasar pada pangsa pasar. Melihat apakah pasarnya fokus pada harga, kualitas, atau malah penampilan atau menarik tidaknya produk tersebut. Hal inilah yang salah satunya diterapkan oleh bisnis jual beli hewan warna warni.

Advertisement

Di pasar tradisional, pasar malam, atau bahkan di depan sekolah, masih saja banyak pedagang yang menjual hewan-hewan berwarna ini. Bisa saja itu anak ayam, burung, hingga keong. Strategi ini buktinya sangat efektif untuk menarik perhatian anak-anak. Dibanding membeli makanan, bahkan ada anak yang lebih memilih untuk membeli hewan-hewan ini karena bentuknya yang menarik. Namun sayang, banyak yang nggak menyadari fakta menyedihkan di balik hewan berwarna-warni ini. Apalagi anak-anak, mereka mungkin cuma tahu kalau hewan berwarna-warni itu menggemaskan. Yuk ketahui fakta-faktanya bareng Hipwee News & Feature!

Pedagang seringkali mewarnai hewan yang akan dijual lantaran lebih menarik di mata pembeli

Ayam warna-warni via www.merdeka.com

Selama puluhan tahun, bisnis anak ayam warna-warni masih bertahan dan tetap diminati. Anak ayam yang baru berusia beberapa hari diwarnai oleh penjual dengan berbagai warna dengan alasan bahwa lebih menarik di mata pembeli. Tentu saja pembeli yang disasar adalah anak-anak. Memang, hewan mungil yang berwarna-warni akan lebih bagus terlihat oleh mata dibanding hewan yang sejatinya memiliki bulu polos. Oleh karena itulah penjualan hewan warna-warni seperti anak ayam, burung pipit, hingga kura-kura tetap laku.

Hewan ini pun dibeli juga bukan untuk peliharaan, melainkan mainan. Dilansir dari laman Merdeka, seorang penjual anak ayam warna-warni bernama Ati mengakui bahwa anak ayam yang diwarnai tersebut dijual untuk mainan. Jadi untuk urusan bertahan hidup, itu persoalan lain. Bahkan ia juga mengaku hewan yang diwarnai ini akan lebih cepat mati.

Advertisement

Bukan cuma sebagai strategi penjualan, pewarnaan hewan ini juga dianggap sebagai kebebasan berekspresi dan untuk memenuhi style

 

demi memenuhi gaya via banjarmasin.tribunnews.com

Jika di Indonesia hewan diwarnai bertujuan untuk melariskan dagangan, maka berbeda dengan yang terjadi di luar negeri. Hewan yang diwarnai justru hewan peliharaan sendiri. Mereka mewarnai hewan-hewan kesayangan mereka dengan alasan kebebasan berekspresi dan tentu saja untuk memenuhi keinginan fashion dan style. Misalnya saja yang terjadi beberapa tahun lalu. Seorang figur publik Rusia bernama Lena Lenina mewarnai anak kucingnya menjadi pink agar matching dengan outfit yang ia pakai. Akhirnya sang anak kucing itupun tewas setelah menelan bahan beracun dari cat yang mewarnai bulu-bulunya.

Sifat hewan berbulu yang selalu membersihkan bulunya dengan cara dijilat ini tentu akan langsung berdampak pada tubuh mereka ketika seluruh bulunya diwarnai. Hewan-hewan malang ini akhirnya keracunan dan mati hanya karena sang pemilik ingin terlihat gaya di mata orang lain.

Advertisement

Nyatanya, penggunaan zat pewarna seperti pewarna tekstil ini justru membahayakan nyawa hewan tersebut dan nggak jarang berujung kematian

Berbahaya bagi hewan ataupun pemilik via www.instagram.com

Pedagang hewan warna-warni menggunakan pewarna tekstil tentu saja karena harganya yang jauh lebih murah dibanding pewarna alami. Pewarna tekstil yang biasa digunakan untuk industri seperti pewarnaan kain, tinta, plastik, sabun, atau cat ini memiliki zat kimia terlarang. Sebut saja Rhodamin B dan Hydrogen Peroxide yang juga dilarang sebagai pewarna makanan. Senyawa radikal yang terdapat di dalam pewarna tekstil ini bisa memicu kanker di dalam tubuh manusia, sedangkan bagi hewan justru lebih berbahaya karena memicu kematian.

Bukan bahaya bagi hewan-hewan yang diwarnai saja, kesehatan anak pun juga dipertaruhkan di sini. Pasalnya, zat pewarna yang terdapat pada bulu hewan ini bisa masuk ke dalam tubuh mereka, apakah itu lewat saluran pernafasan ataupun karena interaksi langsung saat anak-anak memegang tubuh hewan-hewan berwarna ini. Selain itu, beberapa hewan berwarna ini juga rentan akan penyakit. Anak ayam saja misalnya. Anak ayam yang sering diwarnai adalah berjenis broiler, karena harganya yang murah. Namun ayam jenis ini justru yang paling rentan terhadap penyakit berbahaya dan menular pada manusia, misalnya saja penyakit flu burung.

Sisi psikologis anak juga bisa terganggu dengan hewan warna-warni ini. Mungkin banyak yang tidak sadar bahwa hewan-hewan berwarna ini akan lebih gampang mati. Ketika anak-anak sudah terlanjur senang dan sayang dengan hewan peliharaan mereka, tapi hewan-hewan ini justru nggak bisa bertahan hidup lama, tentu akan memberikan dampak negatif terhadap sisi psikologi anak. Kejadian yang berulang ini nantinya akan memengaruhi rasa empati si anak. Empati mereka bisa saja hilang lalu hewan-hewan yang sejatinya untuk dipelihara dan disayangi, hanya akan dianggap sebagai mainan yang tidak bernyawa. Tuh ‘kan, bukan cuma hewannya saja, tapi kesehatan si pembeli yang notabene anak-anak juga dipertaruhkan. Masih mau beliin anak-anak atau adik kita hewan warna warni ini?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemerhati Tanda-Tanda Sesederhana Titik Dua Tutup Kurung

CLOSE