Setelah Misi ke Bulan dan Mars, NASA Kini Kirim Misi untuk Menyentuh Matahari. Emang Bisa Ya?!

Tahukah kalian kalau pada era 1950-1980an, perlombaan luar angkasa itu sama pentingnya dengan persaingan senjata dalam politik internasional. Negara dengan teknologi dan pengetahuan paling maju tentang luar angkasa, dianggap sebagai negara terkuat di dunia. Negara-negara adidaya semasa itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet, silih berganti mengirim pesawat ulang-aliknya menembus atmosfer bumi. Tujuan pertamanya?! Massa seperti planet yang terdekat dari bumi, bulan. Seperti yang kita ketahui bersama, pemenang lomba itu adalah Amerika Serikat lewat misi Apollo 11 yang mendarat di bulan pada tanggal 20 Juli 1969.

One small step for human, one giant leap for mankind’

Langkah pertama Neil Armstrong di bulan, merupakan langkah paling penting bagi umat manusia. Sayangnya setelah bulan, manusia belum lagi berhasil ‘mendarat’ di planet ataupun satelit lain di luar angkasa. Misi Mars yang sudah digarap bertahun-tahun ternyata juga belum membuahkan hasil yang maksimal. Namun ada kabar mengejutkan dari badan luar angkasa Amerika Serikat, NASA. Sebagaimana dilansir dari Independent , NASA berencana mengirim misi untuk ‘menyentuh’ matahari pada tahun 2018 nanti. Emang bisa ya!? Matahari ‘kan panas banget! Yuk simak bareng ulasan Hipwee News & Feature!

Bukan planet lain, NASA umumkan bahwa target mereka selanjutnya adalah pusat tata surya kita yaitu matahari. Tujuan misi ini adalah untuk ‘menyentuh’ matahari

Ingin ‘menyentuh’ bagian terluar dari matahari  via solarscience.msfc.nasa.gov

Dikutip dari Independent, tepatnya Senin kemarin (29/5) NASA umumkan kabar yang mengejutkan. Pada tahun 2018 nanti, NASA akan meluncurkan pesawat luar angkasa menuju matahari. Misi ambisius ini diberi nama Solar Probe Plus (SPP). Tujuan utama dari misi ini adalah untuk mencapai dan mengambil data di korona, lapisan terluar dari atmosfer matahari.

Dari dulu sih para peneliti memang penasaran banget sama lapisan korona ini. Pasalnya untuk alasan yang tidak diketahui, suhu korona itu jauh lebih panas dari permukaan matahari sendiri. Suhu di korona sampai 500.000 derajat Celcius! Kalau bisa dapat informasi dan data langsung yang bisa menjelaskan fenomena ini, diyakini mereka bisa bakal bisa lebih memahami cuaca di bumi.

Jelas ‘menyentuh’ matahari bukanlah hal yang mudah. Namun NASA ‘pede’ bahwa mereka sudah punya teknologi dan pesawat yang bisa mengemban misi ini

Harus membuat pesawat yang mampu menahan radiasi dan suhu ekstrem matahari  via futurism.com

Jelas untuk bisa ‘menyentuh’ atau berada dalam titik terdekat dalam sejarah dengan matahari, NASA harus mengembangkan pesawat ulang-alik khusus yang mampu bertahan di suhu dan radiasi ekstrem matahari. Pesawat yang berhasil dikembangkan NASA untuk misi tahun 2018 ini dilapisi oleh perisai komposit karbon setebal 11,5 cm. Dengan perisai ini, pesawat tersebut diprediksi bisa bertahan sampai jarak 4 juta mil atau sekitar 6,5 juta kilometer dari matahari.

Jika berhasil, tentu saja itu bakal jadi jarak terdekat dalam sejarah bagi objek buatan manusia yang mendekati matahari. Pembangunan pesawat ini dikabarkan bakal memakan biaya sebesar US$ 1,5 Miliar. Wah emang cuma negara kaya yang bisa merencanakan misi seperti ini.

Meski biayanya selangit dan risiko gagalnya besar, misi ini penting sekali untuk kemajuan peradaban manusia. Terutama memahami fenomena cuaca esktrem yang sekarang juga banyak terjadi di bumi

Demi memahami cuaca bumi yang makin ekstrem juga  via www.nasa.gov

Misi ini jelas tidak seperti layaknya misi bulan atau Mars, yang bisa secara fisik mendaratkan pesawat ke permukaannya. Matahari tidak memiliki permukaan. Meski hanya ‘menyentuh’ atau mencapai titik terdekat dengan matahari, misi ini diyakini bakal bisa kembali menyibak satu lagi misteri terbesar alam semesta ini. Terutama yang berkaitan dengan cuaca.

Sebagai pusat tata surya, matahari memiliki suhu paling tinggi dan ekstrem yang menyebabkan berbagai fenomena seperti badai matahari. Badai matahari seringkali menyebabkan banyak gangguan komunikasi di bumi yang sampai sekarang belum ada solusinya. Selain itu data-data dari misi ini juga diyakini penting untuk dapat lebih memahami cuaca ruang angkasa. Jika kita ingin lebih aktif lagi ‘berkelana’ dan mencari planet baru yang bisa ditinggali, pemahaman ini sangat penting.

Wah keren banget ya kemajuan peradaban manusia! Tahun 1950-an dulu, manusia baru bisa bermimpi ke bulan. Tahun 2017 ini, kita sudah siap-siap meluncurkan misi ke matahari. Tapi itu baru sebatas eksplorasi tata surya kita saja lho. Masih banyak planet dan galaksi lain yang belum terjamah sama teknologi manusia. Misteri alam semesta itu emang sepertinya nggak ada habisnya ya…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kertas...