Video Pembantaian Paus Ini Bakal Bikin Siapa Pun Bergidik Ngeri, Laut Aja Sampai Merah Darah!

Pembantaian ikan paus

Sadar nggak sih Guys, kalau nasib ikan yang ada di laut sekarang makin miris?! Terlebih lagi ikan-ikan besar atau makhluk laut yang biasanya hidup di laut dalam. Salah satu masalah terbesar: sampah plastik yang bahkan sudah mencapai laut terdalam. Beberapa tahun terakhir, kita makin sering mendengar berita paus atau lumba-lumba mati dan terdampar di pinggir laut dengan perut penuh berbagai sampah plastik manusia.

Advertisement

Di samping aksi buang sampah manusia yang perlahan-lahan tapi pasti banyak membunuh biota laut, ternyata ada aksi manusia yang jauh lebih kejam dan brutal terhadap makhluk-makhluk malang ini. Sebuah video yang diunggah akun Instagram @therealtarzann di bawah ini, bakal membuat siapa pun bergidik ngeri. Bagi yang tidak kuat lihat darah atau kengerian, mungkin jangan lihat videonya — langsung aja cus artikel.

Tanpa dibekali konteks apa pun seperti di mana, kapan, atau kenapa kejadian mengerikan di atas terjadi, siapa pun pastinya tahu kalau itu adalah adegan pembantaian. Pembantaian paus dan lumba-lumba yang digiring cukup dekat ke pantai, untuk kemudian dibunuh oleh segerombolan laki-laki yang terlihat sangat antusias. Hanya dalam hitungan detik, lautan di sekitar langsung berubah warna menjadi merah…

Advertisement

Usut punya usut, kejadian ini kemungkinan besar terjadi di Kepulauan Faroe, Denmark. Wilayah Eropa Utara ini memang punya tradisi lama untuk berburu dan menangkap paus untuk stok makanan

Bukan cuma paus berjenis pilot whale saja, ada juga lumba-lumba yang jadi target perburuan via poopbite.com

Usut punya usut, kejadian yang terekam dalam unggahan viral di atas, kemungkinan besar terjadi di Kepulauan Faroe yang termasuk wilayah negara Denmark. Di kepulauan kecil yang sebagian besar warganya berprofesi sebagai nelayan, ada tradisi turun menurun menangkap dan berburu paus sejak ratusan tahun lalu bernama “grindadráp“. Aktivitas ini dilakukan setiap tahun menjelang musim panas dan sebagai persiapan persediaan makanan saat musim dingin.

Tradisi penangkapan paus dan lumba-lumba yang dilakukan dengan cara yang sangat sadis ini, jelas mengundang banyak pro kontra. Berbagai organisasi dan kelompok aktivis perlindungan satwa menyerukan agar tradisi kejam ini dihentikan walaupun kedua spesies yang dibunuh di grindadráp bukanlah spesies langka yang dilindungi. Di sisi lain, penduduk lokal tentu saja banyak yang ingin mempertahankan tradisi nenek moyangnya.

Selain Kepulauan Faroe, tradisi menangkap dan memakan paus sebenarnya juga masih dipraktikkan di beberapa tempat lain. Termasuk Indonesia

Mengonsumsi daging ikan paus yang menjadi kontroversi via www.mongabay.co.id

Advertisement

Ternyata di negara kita sendiri pun juga ada hal yang sama lo. Ya, di Lembata Nusa Tenggara Timur (NTT) ternyata juga menjadikan perburuan paus sebagai aktivitas rutin tahunan, yang bahkan jadi sebuah tradisi. Nggak beda jauh dengan yang ada di Denmark, perburuan paus di NTT ini juga menggunakan kapal dan senjata tajam seperti tombak dan kail berukuran besar untuk melukai paus. Tapi dalam perburuan ini, masyarakat Lembata nggak melakukan pembunuhan terhadap paus secara asal-asalan, namun mereka memilih yang sekiranya udah dewasa.

Bahkan, pemerintah setempat mendukung dan turut serta mempublikasikan aktivitas ini sebagai tradisi yang terus-menerus dilestarikan bahkan sampai mendapat predikat festival internasional. Paus-paus yang terbunuh tadi nggak lantas dijual, dagingnya akan dipotong secara merata kemudian dibagikan kepada masyarakat setempat dan pengunjung yang mengikuti kegiatan tersebut.

Kalau sudah ngomong ‘tradisi’, sepertinya memang jadi sedikit rumit. Namun ketika tradisi tersebut malah banyak merugikan, mungkin sudah jadi tanggung jawab generasi masa kini mengambil langkah besar untuk berhenti atau menyesuaikan tradisi tersebut ke perkembangan zaman. Sedih juga ‘kan kalau atas nama tradisi hewan-hewan laut di atas harus terus menderita 🙁

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

Editor

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day

CLOSE