Viral Pelecehan Seksual di Kereta, Korban Justru Kecewa dengan Mediasi dan Komentar Petugas KAI

Pelecehan seksual KAI

Kisah yang sedang viral di jagat media sosial ini, mungkin akan mengusik rasa amanmu jika berkendara dengan kereta api. Terutama kalau kamu perempuan. Seorang pengguna Twitter @xry***y membagikan kisahnya dilecehkan penumpang lain yang duduk di sebelahnya saat tertidur dalam perjalanan dari Jakarta ke Surabaya. Dini hari sekitar pukul 2 pagi, di atas Kereta Api Sambrani sebagaimana dilaporkan Tirto, korban yang diketahui berinisial BN, terbangun merasa dilecehkan secara seksual oleh penumpang yang duduk di sampingnya.

Awalnya, korban sedang berada dalam kereta menuju tujuan stasiun Pasar Turi dan duduk bersebelahan dengan seorang laki-laki yang belakangan diketahui bernama Ahmad Riyanto. Ia sempat mengajak korban untuk mengobrol, dan dari ceritanya diketahui bahwa pelaku adalah bawahan ayah korban dalam lingkungan kerjanya.

LADIES, I NEED YOU TO BE AWARE IF YOU MEET THIS DISGUSTING MAN. Yesterday in a train, he fucking dared to sexually assault me. His name is AHMAD RIYANTO. he lives in Pesona Kalisari, ps. rebo. He’s a regular customer of KAI, he takes the line (JKT-SUB/SUB-JKT) every 2 weeks.”, terangnya dalam cuitan pertama yang dibagikan pada twitter pribadinya itu.

Bukan tanpa sebab, laki-laki yang duduk di sampingnya tersebut awalnya tiba-tiba menarik tangan korban ketika sedang tidur.

“I faked asleep under the blanket, showing my discomfort, i took my hand back. but he was so strong he rubbed on my arm and my stomach. wasnt done, he guided my hand and FORCED IT TO RUB HIS FUCKING DICK. i didnt know what to do, i was scared if i opened my eyes he would do more”, jelasnya lebih lanjut. Ia menceritakan bahwa ia sudah pura-pura tertidur dan ternyata tidak cukup hanya menarik tangannya saja, pelaku kemudian melecehkannya lebih lanjut.

Korban melaporkan kejadian tersebut kepada pihak keamanan kereta, tetapi responnya malah seperti menghakimi korban.

korban melaporkan ke pihak keamanan via twitter.com

Masih berada di dalam kereta, korban akhirnya memutuskan untuk melaporkan hal tersebut kepada pihak keamanan kereta dan kemudian dilakukan mediasi antar keduanya.

Dalam cuitan viral yang telah dibagikan lebih dari 22 ribu kali ini, BN menceritakan kekecewaan mendalamnya terhadap respons dan mediasi yang dilakukan oleh petugas PT Kereta Api Indonesia (KAI). Ia bahkan bercerita bahwa seorang petugas keamanan yang saat itu sedang bertugas di kereta sempat berkomentar :

ah biasalah mbak, namanya juga cowo. mending kita omongin baik-baik. dia pelanggan, saya harus jaga privasinya. lagi pula, mbaknya lagian terlihat seperti anak karokean, bukan anak baik baik, jelas aja dia berani.”

Korban yang pada awalnya hendak mencari perlindungan dari pihak keamanan dengan melaporkan hal tersebut akhirnya malah merasa semakin tertekan setelah mendengar pernyataan dari pihak keamanan. Emosi korban makin meningkat setelah dipertemukan dengan pihak humas PT. KAI beberapa waktu setelahnya. Dalam twitter korban, dijelaskan pernyataan dari Humas PT.KAI yang membuatnya semakin marah, “Ya mungkin mbaknya sedang emosional saat sedang mencerna omongan petugas, maksud yang disampaikan petugas sudah benar, mbaknya kurang baik mencerna kata-katanya”.

PT.KAI harus bisa bertindak lebih tegas terhadap pelecehan-pelecehan yang terjadi di dalam kereta

KAI harus tegas via www.jawapos.com

Dilansir dari Tirto , pihak PT.KAI hanya sebatas membantu secara mediasi antara korban dan pelaku pelecehan. Mereka meminta kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan dan sekaligus meminta maaf terkait respons pihak keamanan kereta dalam menanggapi kejadian tersebut.

Perihal kelanjutannya yang berkaitan dengan proses hukum, pihak PT.KAI menyerahkan sepenuhnya kepada korban. Namun ketika ditanyai soal perbedaan penanganan pelaku pelecehan seksual dan penumpang yang merokok di dalam kereta, pihak KAI berdalih. Menurut mereka, merokok adalah perbuatan yang kasat mata, sedangkan kalau pelecehan yang tahu hanya pelaku dan korban. Itulah mengapa penumpang yang merokok di gerbong bisa langsung diturunkan dari kereta sedangkan pelaku dalam kasus pelecehan di dalam kereta tidak bisa diperlakukan dengan cara yang sama.

Hal ini membuktikan bahwa masih minimnya ruang aman bagi para perempuan di ranah publik. Dan keprihatinan itu didukung dengan lingkungan yang tidak mendukung, dan cenderung memberikan respons yang dirasa kurang pas bagi para korban pelecehan seksual.

Dengan banyak kejadian serupa yang terjadi di dalam kereta, seharusnya pihak PT.KAI mempunyai mekanisme penanganan kasus pelecehan yang sewaktu-waktu dapat terjadi kepada para penumpangnya. Kalau begini terus, kapan perempuan bisa aman?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kadang menulis, kadang bercocok tanam