WHO Akui Virus Corona Juga Mungkin Menyebar Lewat Udara, Bukan Droplet Saja. Apa Sih Bedanya?

Virus corona menyebar lewat udara

Meskipun banyak orang yang sudah lelah dan mungkin sampai tidak peduli lagi dengan segala pemberitaan tentang corona, penyebaran virus ini sebenarnya masih sangat mengkhawatirkan. Di Indonesia sendiri, sebagaimana dilansir dari laman Kompas , rekor penambahan kasus terbanyak baru saja terjadi pada Kamis kemarin (9/7) yaitu di angka 2.657 kasus per hari. Itu angka tertinggi sejak kasus pertama diumumkan di negara kita pada tanggal 2 Maret 2020 yang lalu. Tren kenaikan yang sama juga terjadi di banyak negara lain, seiring pembukaan dan pelonggaran aturan physical distancing. 

Nah, walaupun sudah capek, skeptis, sampai bahkan pasrah, kayaknya kamu harus tahu deh update yang satu ini. World Health Organization (WHO), organisasi kesehatan internasional yang jadi rujukan utama seluruh populasi dunia dalam menghadapi pandemi ini, baru saja mengakui adanya kemungkinan penyebaran virus corona lewat udara. Itu pun setelah ratusan ilmuwan mendesak WHO untuk merevisi imbauannya, bahwa virus ini kebanyakan menyebar lewat ‘droplet‘ atau cipratan sehingga kecil sekali kemungkinan penularan dengan menghirup udara sekitar.

Jangan panik dulu Guys, yuk pahami bareng apa sih beda penyebaran lewat droplet dan udara. Plus, langkah-langkah pencegahan yang harus kita lakukan jika virus ini mungkin menyebar di udara.

Semua hal tentang virus ini masih dalam tahap dipelahari, termasuk tentang bagaimana virus ini menyebar. Meski sekilas terdengar mirip, ada perbedaan risiko jika virus ini menyebar lewat droplet saja atau lewat udara juga

Pastikan ada ventilasi udara jika berada di dalam ruangan. Credit: unsplash@katetrifo via unsplash.com

Sebelum jadi realita, banyak pakar dan ahli sebenarnya sudah memprediksi dan memperingatkan betapa tidak siapnya masyarakat dunia jika terjadi wabah virus global. Penelitian, investasi, maupun persiapan menghadapi pandemi penyakit menular, masih sangat kurang. Bahkan di negara maju sekalipun. Maka dari itu, mereka pun kini harus bertarung melawan waktu mempelajari virus yang kini telah membunuh lebih dari setengah juta orang di seluruh dunia (555.531 kematian COVID-19 berdasarkan data terakhir per 10 Juli 2020 dari Johns Hopkins University (JHU) ).

Semua hal terkait pandemi ini masih berstatus ‘on going‘, alias belum bisa disimpulkan secara pasti dan harus dipelajari lebih lanjut. Baik dari indikasi atau gejala-gejala, obat maupun pengembangan vaksin, dan termasuk tentang bagaimana sebenarnya virus ini menyebar. Sampai beberapa hari lalu, WHO masih berpendapat bahwa kecil kemungkinan virus SARS-CoV-2 ini termasuk virus yang menyebar lewat udara atau airborne. Teori yang selama ini dipegang WHO adalah bahwa virus ini menyebar lewat droplet atau cipratan cairan dari saluran pernapasan ketika seseorang batuk, bersin, atau berteriak.

  • Penyebaran lewat droplets, partikel berukuran besar dan berat sehingga cepat turun ke permukaan. Risiko muncul saat berada dalam jarak dekat dengan orang yang batuk, bersin, atau berteriak. Pun mereka yang menyentuh permukaan benda atau furnitur yang terkontaminasi droplets. Maka dari itu saran dan imbauan utamanya adalah untuk menjaga kebersihan tangan
  • Penyebaran lewat udara atau airborne transmissionpartikel berukuran lebih kecil dapat melayang dan bertahan di udara untuk kemudian menginfeksi orang yang menghirup partikel tersebut. Bukan hanya berada dalam jarak dekat, orang yang berada dalam ruangan atau area yang sama dengan orang terinfeksi berisiko ikut tertular. Terutama jika ruangannya tertutup dan tidak memiliki ventilasi yang baik.

Namun setelah 239 ilmuwan dari seluruh dunia menuliskan surat terbuka sebagaimana dilaporkan New York Times , WHO kemudian mengakui adanya bukti-bukti yang mengindikasi virus ini juga bisa menyebar di udara. Spesifiknya di ruang tertutup yang minim ventilasi, di mana banyak orang berkumpul. Risiko itu akan langsung berkurang di area outdoor karena konsentrasi virus cepat hancur dan hilang di udara terbuka.

Selain menjaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan, WHO menambahkan imbauan keras untuk menghindari berada di ruangan tertutup yang ramai dalam waktu lama. Termasuk di restoran atau transportasi umum

Jangan terlalu lama berada di ruangan tertutup dengan banyak orang. Credit: unsplash@shawnanggg via unsplash.com

Lalu apa yang harus kita lakukan jika virus ini benar-benar bisa menyebar lewat udara?

Imbauan utama untuk memakai masker, menjaga jarak, dan cuci tangan tetap berlaku dalam kondisi apa pun, namun WHO menambahkan imbauan tentang bahaya berada di dalam ruang tertutup yang dipenuhi dengan orang. Terlebih lagi jika ruangan tidak memiliki ventilasi atau sirkulasi udara yang baik, virus corona dikhawatirkan bisa bertahan di udara dalam waktu yang cukup lama. Maka dari itu, pemakaian masker dan pelaksanaan protokol kesehatan lain di dalam ruangan pun jadi semakin penting.

Tempat atau fasilitas umum yang kini mulai kembali dipadati orang seperti restoran, tempat ibadah, dan transportasi umum yang biasanya tertutup atau full ac, perlu diwaspadai. Selain pembatasan kapasitas, pengelola juga harus mempertimbangkan faktor sirkulasi udara. Misalkan dengan membuka jendela, menambah air purifier, atau lampu ultraviolet yang dapat membunuh virus sebagaimana masih dilansir dari New York Times. Pengunjung pun bisa diprioritaskan untuk duduk di area outdoor terlebih dahulu.

Imbauan ini mungkin tidak berlaku di rumah, terutama jika kamu tahu betul riwayat atau kondisi kesehatan keluarga maupun kerabat dekatmu. Namun tidak ada salahnya terus berjaga-jaga. Ingat, pencegahan adalah strategi terbaik kita menghadapi virus ini.

Sudah waktunya kita lebih peduli, kenal, dan memahami virus corona yang sudah hidup di antara kita. Dapatkan E-book Panduan Normal yang Baru di sini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day

Editor

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day