Generasi yang lahir tahun 2000-an mungkin kurang familiar dengan “bilik ajaib” bernama wartel. Wartel yang merupakan singkatan dari Warung Telekomunikasi atau Warung Telepon ini sempat populer di tahun 90-an, waktu ponsel masih jadi barang mahal yang nggak semua orang mampu beli. Wartel menyediakan telepon kabel bagi siapa saja yang ingin menghubungi keluarga, teman, atau kekasih hati nun jauh di sana. Tarif dipatok berdasarkan durasi mereka menelepon, makin lama ya makin mahal. Semacam argometer di taksi-taksi gitu lah. Makanya, kadang tuh yang diomongin beneran yang penting-penting aja, soalnya kalau banyak ngebacot bakal mahal tarifnya.
Namun sayangnya, semenjak ponsel merajalela, bisnis wartel ini kian meredup. Tahun 2014 jadi tahun terakhir jejak wartel terdeteksi. Masuk tahun 2015, wartel di seluruh Indonesia dilaporkan telah punah. Penurunan jumlah wartel ini juga terbilang cukup drastis. Dari 2013 yang masih 227.555, setahun setelahnya menurun jadi 836, hingga akhirnya hilang total.
Buat kalian yang mungkin belum pernah merasakan telepon di wartel, atau kalian yang dulu sempat bersahabat sama wartel gara-gara LDR-an sama si bebeb, yuk, kita nostalgia sedikit, tempat bersejarah sekaligus tempat favorit muda-mudi saling melepas rindu ini~
1. Wartel terdiri dari bilik-bilik kecil yang di dalamnya terdapat 1 telepon kabel, monitor pencatat tarif, kursi, kadang juga kipas angin, pulpen dan kertas. Jumlah bilik setiap wartel berbeda-beda. Kalau biliknya lagi penuh, ya terpaksa harus antri
2. Karena nggak semua rumah punya telepon kabel apalagi telepon genggam, keberadaan wartel sangat membantu bagi mereka yang ingin menghubungi orang namun terpisah jarak
3. Wartel sering dimanfaatkan anak-anak sekolahan yang minta jemput orangtuanya saat jam pulang sekolah. Nggak heran kalau wartel sering ditemukan di sekitar sekolah-sekolah
4. Wartel juga jadi tempat favorit muda-mudi yang ingin menghubungi kekasihnya nun jauh di sana. Setiap malam minggu tiba, bilik-bilik wartel sering dipenuhi para pejuang jarak ini
5. Layanan wartel nggak cuma sebatas domestik dan interlokal aja, orang pun bisa menghubungi sanak keluarga yang tinggal di luar negeri karena wartel menyediakan layanan SLI (Sambungan Langsung Internasional)
6. Selain layanan menelepon, ada juga wartel yang menyediakan mesin faximil, jadi orang bisa mengirim dokumen ke mesin faximil yang dituju melalui nomor telepon
7. Umumnya tujuan orang ke wartel memang untuk menelepon. Tapi ternyata ada juga wartel yang membuka jasa menerima telepon. Para TKI di luar negeri juga kerap memanfaatkan fasilitas ini
Para TKI ini menelepon wartel yang berada di dekat tempat tinggal keluarganya. Jika ada telepon masuk, pihak wartel akan menjemput keluarga yang dihubungi. Bahkan sampai ada yang menunjuk orang khusus buat antar jemput keluarga, mereka ini disebut ojek wartel. Nantinya pihak wartel akan menerima jasa dari penelepon serta pengganti bensin si ojek wartel tadi. Seru banget ya, mau teleponan aja harus diantar jemput dulu 😀
8. Kalau diingat-ingat, rasanya kangen sekali dengan momen-momen saat masih menjadi pengguna wartel. Selain ada harga, juga ada tenaga yang harus dikerahkan cuma buat berkomunikasi
9. Tentunya beda kayak sekarang, di mana komunikasi bisa dilakukan tanpa batas ruang dan waktu menggunakan telepon genggam. Kini hampir semua orang punya telepon masing-masing
Kita memang nggak bisa menghalangi kemajuan zaman dan teknologi. Saat wartel sudah banyak yang kolaps, penyedia jasa wartel ini banyak yang beralih ke bisnis pulsa. Mereka membuka konter-konter untuk berjualan pulsa dan nomor ponsel. Tapi seiring berjalannya waktu, bisnis ini pun juga mulai sepi peminat. Nggak sedikit orang yang lebih memilih membeli pulsa via mobile banking atau internet banking. Lebih efektif karena nggak harus angkat pantat buat keluar rumah.